Kamis, 26 Juni 2014 0 komentar

Surat untuk ramadhan


Ramadhan,..
Sudah 23 kali aku bertemu denganmu, tapi naas sungguh imanku masih belum juga bertambah baik, akhlakku masih begini begini saja, masih suka sekali membicarakan aib orang, masih suka menunda-nunda sholat, masih malas berbuat baik, dan masih masih yang lain..
Ramadhan,..
Iyah, sudah 23 kali aku bertemu denganmu, dan di hampir setiap pertemuan itu lagi-lagi aku selalu jauh dari orang-orang yang kusayang, jauh dari keluarga, jauh dari kerabat, dan menjelang waktu pertemuan seperti hari-hari ini selalu membuatku teringat akan seseorang, selalu, setiap kali kita bertemu, aku kembali mengingat dia, seseorang yang tak pernah habis cintaku untuknya, seseorang yang hanya menemani ramadhanku 9 tahun saja, selepasnya ia membiarkanku bertemu denganmu dengan kesendirian.
Tahun lalu, aku berdo’a di ramadhan berikutnya aku berharap akan ada seseorang yang menggantikan dia, menemani pertemuan ramadhanku dengan manis dan bahagia, dan lagi, ramadhan yang kudo’akan di tahun lalu sudah tiba, bukan hanya tidak ada seseorang yang menemani dengan bahagia, juga tidak bersama ibu yang selalu siap sedia dengan hidangan makanan apapun saat berbuka, yang akan kuciumi tangan dan pipinya saat lebaran nanti, juga tak bersama adik laki-lakiku yang memang tak pernah bertemu bertahun-tahun, dan juga tak bersama si kecil hikmah, yang rentan sakit dan sangat lemah, tapi sungguh aku sayang sekali pada mereka.
Ramadhan,..
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, pertemuan kita kulalui di negri orang, sebuah tempat pengasingan, dimana aku merasa menjadi minoritas, orang-orang sepertiku yang akan bertemu denganmu cukup kesulitan, aku tak tahu bagaimana hari-hari bersamamu akan kulalui, tapi aku berharap bisa melewatinya dengan baik, dengan imanku yang menjadi baik, dengan akhlakku yang juga menjadi baik.
Ramadhan...
Aku rindu dia, rindu seseorang yang kupanggil abi, rindu ibu, rindu adik-adikku, rindu cerewetnya nenekku, rindu baiknya kakekku membangunku sahur, ah betapa sulit ternyata menghadapi pertemuan denganmu dengan tumpukan kerinduan yang harus kulebur dan kubenamkan dalam-dalam.
Sebab itulah, aku selalu berharap di tahun-tahun berikutnya pertemuanku denganmu tak lagi kurasa sendirian, mungkin dengan seseorang yang saat bangun kulihat wajahnya di sampingku, entah aku yang terlebih dulu bangun, lalu menyiapkan sahur, atau dia yang bangun lebih dulu lalu membangunkanku. Aku hanya berharap tidak merasai ramadhan sendirian, sudah cukuplah bertahun-tahun usia mudaku kuhabiskan dengan jauh dari banyak orang terkasih, yang bisa saling mengingatkan kebaikan, dan berlomba-lomba menjadi paling baik.
Iyah, hanya itu harapanku...
Ramadhan, bantu aku melewati pertemuan denganmu dengan cara baik, dan hasilnya pun jauh lebih baik, aku malu sungguh pada Tuhan yang sudah terlalu baik padaku...
Mari berfastabiqul khairat jadi insan yang lebih baik, Amin..





26 Juni 2014

Pakpayoon, Pathalung. 
Rabu, 25 Juni 2014 0 komentar

Nasihat si kecil


Tidak usah khawatir kak, kalau laki-laki itu serius pasti dia akan menjaga hati dan menjaga dirinya untuk kakak.

Dengan santainya adik kecilnya itu menasihati raya. Ia memang tidak suka masalah pribadinya diketahui banyak orang, tapi karakternya yang terkadang keceplosan, atau karena menahan kesal tanpa sadar ia akan mengalir saja, menceritakan semua unek-uneknya pada orang yang saat itu ada didekatnya, kebetulan malam itu adik laki-laki kecilnya itu sedang duduk seperti biasa di depan laptop, raya dengan wajah badmoodnya pulang dari kantor, semrawut, dan menahan marah. Adiknya yang usianya hanya terpaut 3 tahun itu merasa ada sesuatu terjadi pada kakak tertuanya, ia sempatkan menyapa meskipun dalam hatinya takut kalau ia pun kena damprat badmoodnya.

Soal hati lagi ya kak?
Ia membuka percakapan itu dengan cukup berani, ia tahu satu-satunya masalah yang sering dihadapi kakaknya adalah soal hati, ia tahu betul kakak semata wayangnya itu paling rentang dalam urusan hati.
Belum sempat menjawab, raya sudah melepas jilbabnya dan menangis di depan adik laki-lakinya itu.
Si adik tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya menepuk-nepuk pundak si kakak, dan ia rasa cukup menutup mulut sampai kakaknya mau berhenti menangis dan memulai bicara.
5 menit kemudian, tangisnya mulai mereda, ia usap seluruh wajahnya yang basah airmata dengan jilbab yang sudah ia lepas, si adik geleng-geleng, merasa tingkah kakaknya terkadang sangat kekanak-kanakan. Tapi ia sangat tahu kakaknya itu sangat baik dan peduli pada banyak orang.
Raya mulai menhentikan tangisnya, ia mulai bercerita pelan-pelan apa yang sedang terjadi pada dirinya, dari A-Z ia jelaskan detail pada adik laki-lakinya itu, entah ia tidak sadar kenapa harus menceritakan hal seperti ini pada anak yang usianya lebih muda dari dia, tapi ia hanya ingin menumpahkan kesalnya saja, ia hanya ingin ada seseorang yang mendengar apa yang ia rasakan dalam hatinya saat ini.
Begitulah perempuan, ia hanya butuh didengarkan, terkadang solusi memang bukan jawaban yang dicari, cukup didengarkan, setelah itu ia merasa lega.
Si adik tahu betul masalah yang menimpa kakaknya, secara tidak langsung ia memang suka memperhatikan tingkah si kakak, dekat dengan siapa di kantor, orang-orang yang peduli pada kakaknya dan juga seseorang yang sudah lama kakaknya harapkan jadi seseorang di masa depan dalam hidupnya.

Kak, tidak usah khawatir, kalau laki-laki itu memang baik dan jodoh kakak, tidak akan kemana, jodoh itu tidak akan tertukar bukan?

Dengan sok bijaknya si adik menasihati raya, entahlah raya merasa kata-kata adiknya memang benar.
Dan kata-kata selanjutnya muncul.

Tidak usah khawatir kak, kalau laki-laki itu serius pasti dia akan menjaga hati dan menjaga dirinya untuk kakak.

Jleb. Tiba-tiba raya menjadi diam dan berpikir keras, adiknya benar, kalau memang dia serius kenapa aku harus takut, kenapa aku harus khawatir, dia pasti akan menjaga hati dan dirinya untukku. Orang tidak ingin bukan pasangannya kelak adalah orang yang buruk akhlaknya dan pandai menjaja kata-kata manis pada banyak orang, membual janji, dan pada akhirnya hanya omong kosong.
Malam itu raya yakin akan suatu hal, mulai saat ini ia hanya akan terus memperbaiki diri dan akhlaknya, menjaga hati dan kehormatannya, sebab ia pun ingin mendapatkan seseorang yang sama sepertinya.
Perlahan senyumnya mengembang, si adik pun ikut tersenyum melihat kakaknya bisa membaik, walaupun terkadang ia tak begitu paham nasihat-nasihat bijak yang sudah ia sampaikan pada kakaknya itu apa dia juga bisa seperti itu.
Si adik pun jadi termenung sesaat. Ah sudahlah, yang penting saat ini kakak bisa tersenyum kembali.
Raya memeluk adiknya penuh sayang, ia tahu tidak pernah salah ia menceritakan hal ini pada adiknya, nasihat itu tidak harus dari seseorang yang dewasa dan lebih tua bukan, bahkan kata-kata anak kecil yang lugu itulah yang bisa diambil pelajaran.
Terimakasih ya dek, malam ini kakak bisa tidur nyenyak...




25 Juni 2014
Pakpayoon, Pathallung.



Jumat, 20 Juni 2014 0 komentar

Perempuan Gila



Itu sebab ibadahmu masih kurang nay.
Bisikan dari telinga kanan mengagetkan lamunanku.
Ups, kau ini mengagetkanku saja, apa tadi kau bilang?
Aku pura-pura tak mendengar bisikannya.
Sudahlah, lupakan, aku Cuma bilang saat ini yang harus kau lakukan adalah perbaiki sholatmu, perbaiki tadarusmu, hafalanmu kemana? 1 2 3 hanya tinggal beberapa hari ramadhan akan datang.
Ia seperti biasa selalu bersemangat menasihatiku.
Aku hanya mengangguk malas.
Nay, kamu tahu sebab keresahan yang terus menerus menimpamu, kamu selalu takut akan hal-hal yang belum terjadi, cemburu pada selain Dia, memikirkan seseorang yang belum tentu kelak menjadi pendampingmu dan bla bla bla...
Masih dengan semangat yang berapi-api ia terus menasihatiku.
Oke oke aku tahu, aku tahu, aku sudah jarang dzikir, tadarusku jarang, hafalanku hilang, shodaqohku hampir nol, oke aku salah.
Aku menggerutu kesal.
Sepertinya ia mulai mengerti, kekesalanku akan dengan mudah mengabaikan nasihat-nasihatnya.
Nay, bagaimana bila nanti kau mendapatkan seseorang pendamping hidup yang sama persis sepertimu? Seperti ini?
Mata dan garis bibirnya menunjukkan keraguan akan diriku.
What? Seperti aku? Tidak mau.
Aku masih menggerutu kesal, siapa pula yang ingin dapat suami persis seperti diriku, aku yang sangat labil dan mudah marah. Belum lagi bla bla bla...
La, gimana toh, pendampingmu kelak itu adalah gambaran dari dirimu saat ini. Kalau kamu sekarang saja seperti ini, jangan harap mendapatkan pendamping yang sesuai keinginan.
Ia kembali mengingatkanku.
Ah sudah sudah, tak usah membahas soal jodoh, pendamping, cinta, apapun itu, tidak penting.
Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Oke, sekarang maumu apa? Dikasih tahu harus memperbaiki ibadah sama Allah dan banyak-banyak berbuat baik tak digubris, melakukan aktivitas yang bermanfaat juga tak didengar, sekarang dikasih tahu tentang jodoh malah diabaikan.
Sepertinya ia mulai menyerah.
Aku malas menanggapi, kututupi wajahku dengan selimut, berharap ia segera pergi, dan selanjutnya kuharap muncul suara dari telinga kiriku, sepertinya ia akan lebih mendukungku.. hahaha #tertawajahat.
Ternyata ia tetap ada, Cuma tersenyum dan menatapku kasihan..
Dalam hatinya berbisik “kasihan sekali perempuan malang ini, tersebab rasa segala yang bahagia dilupakan seketika, lupa bahwa ada yang lebih Kuasa diatas sana”



20 Juni 2014

Pakpayoon, Pathalung. 
Kamis, 19 Juni 2014 0 komentar

Keep calm


Hampir saja, hampir saja emosiku meledak, melempar benda apa saja yang ada didekatku, ingin melempar benda suci itu pun ragu, bukan karena apa, tapi semua itu tertahan kalau tidak ingat niat pergi mengasingkan diri ke negri orang adalah untuk berubah jadi lebih baik, dulu begitu kenapa sekarang pun harus sama? Tidak ada hal buruk yang dibuang, hidup saja di negri sendiri.


Ah dasar kau, tak pernah tuntas memahamiku... 
#menggerutu kesal pada kunang-kunang yang sok tahu
0 komentar

Kotak Pandora


Mendadak akhir-akhir ini terbersit keinginan untuk menikah, ups keceplosan deh, hehe, yeah mungkin ini dampak dari beredarnya berita pernikahan dimana-mana, bermunculan foto pernikahan di beranda fb, dan bayi lucu secara bergantian pula memenuhi berita, soal bayi memang sejak dulu aku suka bayi, pengen punya bayi itu udah keinginan sejak dulu, tapi tidak sempat terpikirkan untuk menikah cepat, ya pokoknya punya bayi (nah loh).
Sejak dulu memang tak pernah terpikirkan untuk menikah cepat, walaupun aku satu-satunya di keluarga besar yang punya pemikiran seperti ini, sebab selalu muncul nasehat perempuan lebih baik nikah muda, makanya keluarga besar khususnya yang perempuan sudah menikah semua, yeah hanya tinggal aku, tapi lagi-lagi aku selalu mengabaikan hal-hal yang sekiranya kurang pas dengan pemikiranku, yah tentunya dengan memberikan penjelasan dan pemahaman pada keluarga, misalnya karena alasan pendidikan, pekerjaan, belum siap dan sebagainya, dan syukurnya sejauh ini mereka masih mau menerima alasanku, entahlah bila nanti sepulang dari sini, atau tahun berikutnya, berikutnya lagi, ah entahlah.
Ada banyak hal yang masih ingin kulakukan, pendidikan, pengalaman, pekerjaan dan membantu mewujudkan impian adik-adikku, alasan itulah yang paling besar dan mampu menghalangi keinginan itu, jadi yeah walaupun sekarang bilang pengen nikah sejujurnya juga belum siap, aku pikir menikah bukan soal akad, halal, bahagia bisa bersama orang terkasih tanpa takut dosa, bukan hanya itu saja (bukan menganggap tidak penting, tapi aku pikir harus seimbang semuanya), tapi banyak hal lain yang mengikuti yang akan dialami pasca semua itu, misalnya mengurus rumah tangga, finansial, saling memahami karakter, dan paling penting mendidik anak, ah rasanya berat sekali, kalau memikirkan itu jadi takut untuk menikah.
Jadi jangan Cuma ikut tren, kalau pengen menikah ya siapkan diri sejak saat ini, hoho gaya bener, misalnya perbaiki diri, belajar dan terus menuntut ilmu tanpa batas, belajar dari pengalaman orang yang sudah menikah, bekerja keras dan melatih diri untuk mempersiapkan semua itu (jiaah, nasihat untuk diri sendiri kayaknya), jadi ya harus mengubur keinginan ikut tren itu dalam-dalam sebelum jauh melampaui dan tidak bisa dikendalikan.
Sekarang fokus saja mempersiapkan semua itu, belajar dan belajar jangan lupa kelak ibu adalah madrasah pertama (aduh jadi takut), apalagi kelak anak-anakku akan lahir di tahun yang kejam dan menakutkannya lebih dari tahun ini. Jadi bersabarlah, menikah di waktu yang tepat dengan kesiapan kedua pihak itu lebih penting.
Ingat, jangan Cuma ikut tren, menikah itu menyempurnakan agama, sekali seumur hidup, so, jangan sekedar ingat yang enak-enak dan melupakan amanah dan tanggungjawabnya, untuk menyempurnakan agama pastinya butuh kesiapan yang matang untuk bisa sempurna... that’s right... hehe.
Oke, good bye keinginan yang mendadak aneh itu, kusimpan kau di kotak pandoraku, suatu hari bila aku sudah siap aku akan membukanya dengan senang dan bahagia.. bye bye...



19 Juni 2014

Pakpayoon, Pathalung. 
Rabu, 18 Juni 2014 0 komentar

24




Di suatu sore yang manis, seorang gadis kecil mematung diri, wajahnya murung, gelisah yang terbaca dan matanya nanar memandangi langit, tak tahu apa yang sedang menimpanya, tapi hembusan angin seolah merasakan ada yang janggal dalam hati si gadis, karena merasa iba akhirnya ia beranikan diri menyapa.
Hey gadis kecil, mengapa kau tampak murung dan sedih, ada gerangan apa kau terlihat begitu?
Angin berhembus mengibas-ngibas rambut ikalnya yang dikepang dua.
Gadis kecil merasakan hembusan angin yang sedang menyapanya. Masih memandangi langit ia menjawab dengan murung.
Aku ingin lihat pelangi.
Hembusan angin turut murung mendengarnya. Tapi tak ingin melihat si gadis terus sedih ia berusaha menghibur.
Hey kau tahu, seharusnya yang kau tunggu bukan pelangi tapi hujan.
Hembusan angin melanjutkan bicara.
Kenapa harus menunggu hujan?
Tanya si gadis kecil heran dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari langit sedikitpun.
Karena setelah hujan pasti akan ada pelangi.
Hembusan angin berusaha menghibur.
Hening sesaat, si gadis kecil tak menggubris perkataan hembusan angin, ia hanya terus memandangi langit, ia berharap akan ada pelangi yang tiba-tiba muncul.
Hembusan angin pun merasa heran, kenapa gadis kecil ini hanya diam.
Tak lama kemudian, si gadis mulai melirikkan sedikit pandangannya pada hembusan angin.
Belum tentu, tidak setiap habis hujan ada pelangi, hanya hujan istimewa saja yang bisa menghadirkan pelangi.
Si gadis menjawab dengan yakin.
Hembusan angin merasa kaget dan tidak menyangka jawaban yang akan keluar dari bibir mungil itu akan seperti itu.
Hembusan angin pun pergi melewati rumput dan menerbangkan dedaunan, masih dengan kumpulan pertanyaan yang ia simpan.
Si gadis kecil mulai tersenyum perlahanl-lahan, dalam hatinya ia merasa yakin hanya hujan istimewa yang akan menghadirkan pelangi..


Untuk kamu, semoga harapan yang disimpan akan sampai pada pemilik langit dan Dia mengabulkan do’a-do’amu..
Selalu bersyukur untuk usia yang masih ada, selalu jadi yang terbaik untuk orang-orang yang mencintaimu, mendo’akanmu diam-diam, dan untuk semua itu selamat ulang tahun... dengan jarak bermilyar waktu, aku hanya bisa menguapkan resahku pada angin yang berhembus di setiap sore dimana langit kupandangi lekat-lekat, semoga kau selalu baik dan sehat...
Untuk usiamu yang tidak lagi muda...



19 Juni 2014...

Pakpayoon, Patthalung. 
00.00
Selasa, 17 Juni 2014 0 komentar

Kunang-kunang sok tahu


Malam pekat, seorang gadis duduk bersandarkan dinding, menatap luar jendela tak menemukan apapun, hanya jalanan yang sepi, wajahnya murung, seperti menahan airmata yang ia harap tak keluar dari kelopaknya. Ingin sekali ia luapkan emosi hatinya pada apapun, pada seseorang, pada tetes hujan, pada senja yang indah, tapi tersebab malam yang gelap, ia hanya bertemu dengan seekor kunang-kunang.
Kunang2 yang cantik, apa kau pernah merasa sesak yang perih di dadamu tersebab kau merasa menyerah dengan perjalanan yang kau hadapi?
Kunang-kunang cantik masih terus berputar, ia tak bisa diam berlama-lama, mungkin karena ia suka menari-nari atau karena sedang riang.
Hey, kenapa berkata seperti itu?
Kunang2 berusaha tetep menjawab meski tubuhnya terus menari-nari.
Entah, beberapa waktu ini, tidak, sudah sejak lama aku merasakan hal ini, tapi aku berusaha menahannya, tersebab aku takut kehilangan, namun kali ini bukan karena rasa takut itu hilang tapi kepercayaanku perlahan mulai memudar.
Sudah sejak lama aku merasa menyerah, aku menyerah dengan impian kecil ini, tersebab ketakutanku yang besar aku bisa mengubur itu dalam-dalam, tapi jarak ini, hal-hal yang terjadi begitu saja tanpa diduga, perasaan kekanak-kanakanku yang berlebihan, aku yang tidak ada apa-apanya sama sekali dibanding gadis yang ia kenal, dan pikiran-pikiran buruk yang memenuhi seluruh pikiran dan hatiku menyebabkan aku merasa menyerah, aku takut, takut sekali, kepercayaanku mulai memudar, aku takut tersebab aku tak pernah ada apa-apanya, aku tak punya apa-apa tak ada yang bisa kubanggakan, jadi bukankah tidak ada alasan yang kuat untuk membuatku sok berlaga keren?
Tak ada yang bisa kulakukan, aku Cuma bisa berdo’a, lagi-lagi tersebab jarak ini, ketakutanku semakin besar, tapi aku tak bisa berbuat banyak, hal-hal yang tak kusukai begitu saja terjadi dan aku tak mungkin mencegahnya, dia bukan milik siapapun, apapun yang ia lakukan adalah hak atas dirinya.
Bagaimana jika? ...
Aku tak mau berandai-andai meluapkan pikiran-pikiran burukku, tapi sejujurnya aku teramat takut, seandainya ia bisa membuatku percaya sepenuhnya, seandainya, tapi justru kepercayaan itu perlahan memudar, memudar, dan aku takut aku kehilangan kepercayaan padanya, dan kepercayaan pada diriku sendiri.
Kunang-kunang justru tertawa terbahak-bahak mendengar luapan emosi si gadis.
Si gadis terperangah mendengar gelak tawa yang tidak seharusnya itu.
Mengapa kau malah tertawa?
Si gadis bertanya dengan nada kesal. Merasa sudah ditertawakan.
Aku tahu, aku bisa merasakan, kau ini, berlebihan sekali, apa kau sedang cemburu?
Kunang-kunang lagi-lagi tertawa geli.
Si gadis memanyunkan bibir, menutup jendela, bahkan tak sempat ucapkan kata selamat tinggal sama sekali pada kunang-kunang, ia menutup wajahnya dengan selimut. Dalam hatinya ia berdesah kesal, bagaimana mungkin si kunang2 jelek itu bisa tahu..


18 Juni 2014

Pakpayoon, Pathalung. 
Sabtu, 14 Juni 2014 0 komentar

Mei 2015


Seharian ini aku tidak keluar rumah, malam ini akhirnya terpaksa keluar dan ternyata dunia belum berubah, kupikir seharian mengurung diri dari aktivitas sekolah dan luar akan ada yang berubah, pas keluar ternyata aku sudah berada disana, di kota tempat kita bertemu, kau menyambut kepulanganku.
Sejak hari ini aku sudah menerka-nerka pertemuan kita, setahun kemudian, kau di bandara menjemputku, aku dengan senang dan juga malu ingin segera bertemu, kita beradu mata, aku yang cukup kaget dengan penampilanmu yang sedikit berubah setahun kemudian, rambut itu, kulitmu yang putih kecoklatan, alismu yang menaik persis seperti milik ayahku, dan senyum sok kerenmu yang tak berubah sama sekali. Kau pun merasakan atmosfer itu, seperti bertemu seseorang yang tidak dikenal, kau memandangiku utuh, berat badanku yang sudah turun, kulitku yang bertambah legam, dan senyum khasku yang juga tak akan hilang. Kita memulai kembali pertemuan pertama setelah setahun kemudian..
Aku sudah menerka-nerka pertemuan kita, aku yang memulai sapa, kau membantuku membawakan barang dan diammu yang sebetulnya menyimpan banyak pertanyaan tapi tersebab senang yang menimpa kita akhirnya kita hanya bisa tersenyum dan kau mengantarku pulang.
Sepanjang perjalanan, kita masih saja diam, kau dengan senyum sok kerenmu dan aku yang menahan malu, sampai akhirnya kau memulai percakapan.
Gimana kalau kita makan dulu yuk, kamu pasti kangen makanan khas kota ini.
Aku yang masih senang bukan kepalang mengangguk saja mengiyakan. dan akhirnya kita berhenti di sebuah rumah makan yang dulu biasa kudatangi setahun yang lalu.
Sambil menunggu makan, kita memulai percakapan, aku bercerita perjalananku, setahun di negri orang, kau pun bercerita aktivitasmu, kuliahmu, dan hal-hal yang tidak kita ketahui tersebab lama tak bertemu.
Entah kenapa waktu begitu cepat berputar, percakapan kita yang manis terpaksa harus diakhiri, aku mengeluh dalam hati, kau pun begitu, kita seolah saling tahu bahwa kita masih ingin bersama.
Sore itu pukul 17.00 akhirnya sampailah aku di penginapan, mungkin lusa aku akan pulang ke rumah, dan kita masih saja beradu pandang, tak ingin berpisah, masih ingin bersama, atmosfer yang bisa kita baca, saling menguapkan rindu, akhirnya aku membuka percakapan.
Besok kamu bisa nemenin aku jalan-jalan ?
Sebentar kau lihat agenda di handponemu, meraba-raba apakah besok ada kuliah, ada jadwal, lalu dengan cepat kau balas pertanyaanku.
Iya bisa, besok aku gak ada kuliah kok.
Sekali lagi aku senang bukan kepalang, besok kita bisa bertemu lagi, melepaskan kepingan-kepingan rindu yang kita simpan selama setahun.
Dan kita berpisah di sore itu, sambil menunggu-nunggu esok untuk bertemu.
Kupandangi punggungmu, dan dalam beberapa langkah saja kau berhenti dan kembali memandangiku, aku tahu, aku juga merasakan itu, atmosfer dimana hati kita masih ingin terus bersama...

14 juni 2014


Setahun kemudian di bulan mei 2015
Selasa, 10 Juni 2014 0 komentar

Dear : A-Z (Mimpi)


Hey lelaki penghapus kabut di sore hari, pernahkah terbersit di pikiranmu akan seperti apa masa depan kita, takdir jenis apa yang akan menimpa kita di masa depan, menimpaku, menimpamu, menimpa kita berdua.
Aku masih saja sibuk bertanya dan mencari-cari tahu, meski bayangan masa depan tak bisa diraba barang satu kejap matapun, sebab Dia yang punya kuasa untuk rencana-rencana apapun kita di masa depan, haruslah dapat ridhoNya.
Tadi malam aku memimpikanmu untuk yang kedua kalinya setelah beberapa jeda kita terpisah jarak dan waktu, aku bahagia bisa melihatmu, bisa bersamamu walau hanya mimpi, sebab ketika terbangun alarm berbunyi dan mataku terbuka yang kulihat hanya kekosongan, yang kulihat hanya hamparan selimut yang terlepas sejak semalam karena kepanasan, yang kulihat hanya seorang teman yang menemani tidurku setiap malam, dan pagi itu lagi-lagi tak ada pesan masuk darimu seperti biasanya.
Hey, kau tahu, aku mendadak menjadi sangat ringkih, apapun yang kulihat tiba-tiba mengingatkanku padamu, aku harus menahan keras, menyimpan rapat apa yang bergejolak dalam hatiku, aku takut suatu saat ia tak mampu lagi bertahan dalam diam.
Semalam aku memimpikanmu lagi, aku melihatmu, mendengar suaramu, tawamu yang hampir saja aku melupakannya dalam ingatan tersebab lamanya waktu tak lagi mendengar tawa itu, kita berdua saja, di sebuah rumah, entah aku tak tahu itu rumah siapa, kau bilang lapar, dan aku dengan sigap membuatkanmu makan siang, sebab saat itu matahari terasa hangat di kulitku, aku tak tahu itu mimpi jenis apa, namun saat alarmku berbunyi, mimpi itu menjadi samar, aku enggan membuka mata, tapi perlahan kau menghilang dan saat kuterbangun aku enggan sadar bahwa tadi hanya mimpi tersebab tumpukan alam bawaah sadarku yang terlalu banyak mengingatmu...
Bagaimana denganmu? Lampu kekuningan itu apa sudah cukup untuk membuatmu bermimpi tentangku?

aku masih saja mencari tahu, takdir jenis apa yang akan menimpa kita di masa depan.. 


Parkpayoon, 11 juni 2014



Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;