Jumat, 31 Oktober 2014 0 komentar

Mengigau

Hai..
apakabar?
bukankah akhir-akhir ini malam menjadi hangat dan ramai?
tidakkah kau juga merasakannya?
malam yang lalu, malam kemarin, juga malam ini sepi dan gelap mendadak hilang, berganti dengan hangat dan selimut tebal, ah mungkin karena langit kita berbeda mungkin kau tidak merasakannya.

hai, apakabar?
hujan mengingatkan lagi semua hal yang kuredam, tentang pertemuan pertama kita di sore yang riang ditemani hujan, tentang pertemuan kali kesekiannya kita di sore yang deras, juga banyak pertemuan kita yang selalu ditemani hujan.
tidakkah kau mengingatnya juga?

sepertinya aku mulai mengigau lagi...

Minggu, 26 Oktober 2014 2 komentar

Ibu, terimakasih..



Suatu malam di akhir waktu kepulanganku, dengan bermanja-manja sebab rindu yang terlampau sesak pada ibu, aku meminta tidur satu ranjang bersamanya, beratapkan kelambu untuk menghindari nyamuk yang keberadaanya menganggu tidur, berselimutkan kain tebal dan kami saling berpelukan hangat, kalau sudah begini membuatku malas untuk kembali, biar saja aku disini, disamping ibu berselimut hangat berdua.
Selain karena betul-betul ingin tidur bersamanya, ada satu hal penting yang sangat ingin kuceritakan padanya, ah pada siapa lagi mengadukan resah dan gundah selain pada seseorang yang mengurus kita sejak kecil dan tahu apa yang harus dilakukan untuk anak kesayangannya.
Berawal basi-basi yang remeh, bertanya ini itu soal keseharian ibu saat aku tak disampingnya, kulanjutkan dengan memancingnya menceritakan kisah masa lalunya bersama bapak atau bahkan sebelum bertemu bapak, dan mengalirlah begitu saja seperti air, hanya satu dua pertanyaan, jawaban sudah melengkapi semua pertanyaan bahkan yang belum diajukan sekalipun. Ibu memang senang sekali bercerita, kata banyak orang dan beberapa teman dekat ibu yang kukenal, dia memang sosok perempuan tangguh, aktif, kritis, dan selalu jadi juru bicara. Itu memang benar, kalau ditelpon saja baru tanya kabar, jawaban sudah sampai pada menu makanan, hahaha ah ibu ibu memang sosok yang luar biasa.
Ada satu hal yang mengejutkan dari cerita ibu, ternyata ibu dan bapak adalah hasil dari perjodohan, sebelumnya ibu sudah mencintai seseorang sejak lama, hampir 10 tahun, laki-laki itupun mencintai ibu, tapi entah kenapa mereka selalu ragu untuk berencana menikah, ibu bilang laki-laki yang ia cintai seseorang yang lemah, pengetahuan agama yang kurang baik dan sebagainya, sudah tahu begitu masih saja cinta, dasar, hihihi.. dan akhirnya ibu dan bapak dijodohkan oleh guru ibu di sekolah, dan bapak adalah salah satu guru juga disana, usia mereka terpaut 10 tahun, kalau kuingat-ingat wajah bapak, memang beliau sudah sangat tua sekali, aku merasa lebih baik memang Allah mengambilnya dengan usia bapak yang sudah rentan itu.
Akhirnya aku menemukan titik temu yang cocok, aku mulai bercerita sedikit demi sedikit tentang keresahanku, awalnya hanya soal sekolah yang kuajar, murid-murid dan sampailah pada satu sosok itu, tentang seseorang yang juga pernah mampir sesaat dalam hidupku dan hingga hari ini aku masih belajar melepasnya, sebab melepaskan tidak semudah saat pertama kali bertemu dan menemukan perasaan baru padanya, tidak semudah itu, aku harus membunuh setiap kali kerinduan muncul dalam sesak, aku harus mengubur setiap kali rasa mulai memenuhi hati, sementara aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mengingatnya begitu saja seperti angin.
Bu, terkadang aku menyesal sudah bertemu dengan dia, andai saja dulu tak pernah bertemu, tak pernah kenal, kami tak pernah memiliki rasa yang sama, andai saja...
Kataku pada ibu dengan perasaan penuh sesal. 
Kamu salah nak, justru harusnya kamu bersyukur sudah pernah mengenalnya, kalian memiliki perasaan yang sama, hanya waktu yang tak berpihak, dan itu bukan sebuah kesalahan, kalian pasti memiliki waktu yang manis bersama dan itulah kenangan yang bisa kau ingat suatu hari nanti, tentu saja kenangan hanyalah bagian dari masa lalu, masa depan nanti akan jadi milikmu dengan seseorang yang lebih baik lagi darinya. Seperti bapak dan ibu. Ibu tak pernah menyesal sampai hari ini.
Betulkah begitu, aku hanya harus bersyukur karena waktu yang pernah kulalui dengannya merupakan kenangan manis?
Aku hanya harus belajar lebih banyak pada ibu, belajarkan melepaskan masa lalu dan membuka lagi pintu yang baik untuk masa depan..
Ibu, selalu mengobati luka dengan cara yang tidak pernah diduga...




24102014, Bogor. 
0 komentar

Aku baik-baik saja



Tentu saja aku baik-baik saja, aku masih bisa tersenyum dan tertawa, hey kita ini apa sih? Hanya sekedar numpang mampir di bumi Tuhan, datang sendirian, tak pernah punya siapa-siapa dan tak pernah jadi milik siapa-siapa, maka akan baik-baik saja jika manusia yang hidup lalu lalang masuk keluar dalam hidup kita, datang dan pergi begitu saja, untuk yang datang kita sambut dengan baik dan berbuat baik padanya, untuk yang pergi relakan dengan senang hati, sebab kepergian tak selalu berujung pada kesedihan, ada juga kepergian yang membahagiakan.
Aku sungguh baik-baik saja, sebab hidup memang harus terus berjalan ada atau tidaknya seseorang yang peduli pada kita, sebab segalanya menjadi kita saja seorang, perbuatan kita, kebaikan kita, jangan terlalu risau memikirkan orang lain yang tak pernah jelas, bahkan malaikat saja menanyai kita seorang saja, tidak berdua, tidak juga dengan orangtua, keluarga, sahabat dekat, apalagi bersama seseorang yang hanya hadir sesaat dalam hidup kita, rasanya mustahil.
Untuk itu, aku berharap tidak pernah ada yang berubah, semuanya baik-baik saja, aku tetap menjadi aku yang keras kepala dan selalu ingin belajar banyak hal, tak peduli ada atau tidaknya seseorang yang akan bertanya kabar atau sekedar menceritakan kisah di malam hari.
Abi, do’akan anakmu yang manis ini selalu kuat dan tegar menghadapi apapun, sekuat umi saat kau meninggalkannya...


Pakpayoon.
26 Oktober 2014


Sabtu, 04 Oktober 2014 0 komentar

Hanya saja, ingin bercerita padamu..




Abi, apakabarnya engkau disana? Bagaimana rasanya indah syurga? Aku sungguh berharap pada Dia menempatkan engkau pada kedudukan yang tinggi. Amin.
Abi, anak pertamamu yang manis ini tentu saja selalu baik-baik saja, usiaku sudah 22 tahun hampir saja sampai di 23, berat badan terakhir kemarin 59 kg, ah engkau tentu tak akan khawatir dengan kondisiku yang sehat ini. Anak abi yang kedua dan si bungsu juga baik-baik saja, ah kemarin sudah kuceritakan bukan kalau dede sudah masuk perguruan tinggi dan si bungsu sudah 2 SMP dan tinggal di pesantren juga aktif di kegiatan sekolah, tak berbeda jauh denganku, yah sebab si bungsu selalu ingin menjadi tetehnya, andai dia tahu tetehnya sangat biasa saja, tak ada apa-apanya.
Abi, sudah 6 bulan berlalu aku menetap di negri antah barantah ini, dan abi tahu sebentar lagi aku mau pulang, ah rasanya rindu ini sudah terlalu penuh untuk kutampung jadi kubiarkan ia terurai satu persatu, rindu umi, rindu si dede dan si bungsu dan tentu saja rindu semua hal yang ada di negri kita. Disini aku baik-baik saja, betah, guru-guru dan tetangga baik-baik, murid-muridnya, yah seperti yang abi tahu ada saja murid-murid nakal yang sedang berproses menjalani kehidupan, tapi aku sungguh baik disini, hanya saja yah hanya saja pada satu waktu ketika sepi dan bosan mencekik leher dan tak ada yang bisa dilakukan, pada satu waktu itulah jalan yang teringat adalah pulang, sebab pulang adalah obat dari semua kerinduan.
Abi tahu, kemarin adalah idul adha yang sudah kesekian tak kulalui bersama keluarga, tidak hanya sekali dua kali tapi sudah sering, dan ini yang terberat karena begitu jauh dari siapapun, tak ada tempat untuk sekedar menyimpan rindu yang sudah penuh, semua disini terasa sempit sekali. Di negri antah barantah ini perayaan lebaran bukanlah seperti yang kita rasakan di negri muslim biasanya, disini sepi sekali, bahkan tak ada suara takbir, bahkan beberapa hari sebelumnya aku lupa kalau esoknya adalah lebaran idul adha.
Abi, sekarang aku sudah mulai membaik dalam mengontrol diri, mengontrol perasaan dan menahan semua yang mendidih dalam hati, perlahan-lahan aku sudah bisa, di surat yang kesekian aku pernah bercerita bukan tentang sosok dia, seseorang yang alisnya mirip sekali denganmu, sebab begitu banyak hal yang terjadi dan tentu saja aku sadar diri siapa diriku ini maka aku belajar untuk menahan, semoga hasilnya manis suatu saat nanti, abi ingat kan sosoknya, seseorang yang kusebut namanya dalam do’a.
Abi, esok ketika sudah sampai rumah, sudah bertemu umi dan kedua anak abi yang lain aku janji akan mengirimimu surat kembali, aku janji, janji anak pertamamu, pasti abi juga rindu umi, aku akan menceritakan bagaimana keadaan umi nanti..
Abi, selamat malam...

04 Oktober 2014
Pakpayoon.


Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;