Senin, 22 Juli 2013 0 komentar

Derap Kaki Debu: Surat untuk Ramadhan..

Derap Kaki Debu: Surat untuk Ramadhan..: Kutulis surat ini sesaat sebelum aku sahur, mataku sudah terjaga jauh sebelum waktu sahur tiba, rasanya ada sesuatu yang ingin kulak...
2 komentar

Surat untuk Ramadhan..



Kutulis surat ini sesaat sebelum aku sahur, mataku sudah terjaga jauh sebelum waktu sahur tiba, rasanya ada sesuatu yang ingin kulakukan, dan akhirnya kutulis surat ini dengan penuh sukacita..  
Ramadhan, ....
Satu hari sebelum kau tiba perasaanku dilanda berbagai macam rasa, antara rindu yang kian merayu pada ibu, kewajiban yang harus kutunaikan, rindu pada kampung halaman, rindu pada sahabat-sahabatku, dan rindu pada seseorang yang telah membiarkan ramadhanku sendirian.
Malam sebelum kau sampai, tiba-tiba berubah menjadi malam yang menakutkan, ada kesepian sekaligus kerinduan yang sudah bertumpuk-tumpuk tak menentu, ada keinginan dan harap yang tak pernah sampai. Dan pada akhirnya aku harus menerima bahwa sahurku tanpanya lagi.
Ramadhan,...
Sahur pertamaku sepi, meski dalam ramai dan bising suara saling bersahutan, aku selalu merasa sahurku sepi, tanpanya lagi dalam sekian waktu yang telah terjadi.
Ramadhan seperti ini bukan yang pertama, telah berkali-kali kualami dan tak ada yang berubah, aku selalu merindunya saat ramadhan dan lebaran menjelang.
Ramadhan, sampaikan salamku padanya, aku yakin dia pasti baik-baik disana.
Masih terekam jelas di kepalaku, setiap menjelang ramadhan dan lebaran dia selalu membelikanku petasan api, kami nyalakan berdua di beranda rumah, aku bahagia bukan kepalang karena kesukaanku sejak kecil bermain petasan api, dan dia selalu mengerti. Ibu yang sibuk menyiapkan makan malam, adik laki-lakiku yang masih asyik bermain mobil-mobilan, dan aku selalu bersamanya, menghabiskan waktu berdua.
Dia selalu berjanji memberiku hadiah kalau aku bisa tamat berpuasa, dan karena besar inginku dapat hadiah darinya aku selalu tamat. Dan hadiahnya kau tahu? Ayam panggang satu porsi dan dibelikan baju baru... hihihi, saat itu seperti menjadi manusia paling bahagia keinginanku telah sempurna ditunaikan.
Ibu memang tak pernah menjanjikan apapun tapi ibu pasti memberiku hadiah, entah mainan, baju baru atau alat tulis. Sejak kecil aku tidak suka bermain boneka seperti anak perempuan kebanyakan, mainanku layang-layang, petasan api, manjat pohon, tengkar dengan laki-laki, dan yang paling aku suka bermain masak-masakan. Aku biasa mengambil banyak daun,  jenis rumput dan bunga-bungaan lalu mereka kumasak dan kusimpan untuk buka puasa, meski itu hanya mainan aku membuatnya seolah kenyataan dan terbukti sudah hasil suka masak sejak kecil saat ini aku suka sekali makan, hehe.
Ramadhan,...
Saat kecil aku nakal sekali, sering bertengkar dengan anak laki-laki, tapi aku selalu kalah dan pada akhirnya hanya bisa menangis. Pernah suatu kali aku bermain sampai larut sekali, karena dia tak pernah mengizinkanku bermain diluar berlama-lama, akhirnya aku kabur dan berbohong mengerjakan tugas sekolah, padahal aku bermain ke sungai yang cukup jauh dari rumah, aku takut sekali ketika pulang dia marah-marah padaku, dan aku tak mau berbohong lagi padanya karena salahku juga lutut kakiku cedera sampai mengeluarkan darah banyak dan aku tak henti-hentinya menangis. Maafkan aku yah, yah, dulu aku masih nakal. Sekarang sudah tidak lagi kok.
Ramadhan,..
Saat ini usiaku 21 tahun, aku berharap di saat usiaku 22, 23 atau 24 dan seterusnya ramadhanku tidak seperti ini, ramadhanku akan menjadi ramadhan yang tak perlu lagi kukhawatirkan.
Ramadhanku akan bahagia..  aku yakin.

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;