Tampilkan postingan dengan label Coret-coret ilmu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Coret-coret ilmu. Tampilkan semua postingan
Jumat, 26 September 2014 0 komentar

Menemukan cahaya lewat qurban


Namanya raya, seorang gadis yang sejak kecil tinggal dan tumbuh di panti asuhan, saat ini ia sudah beranjak remaja, setidaknya ia sudah mulai mengerti tentang siapa dirinya dan kenapa ia hidup di panti sejak kecil. Kedua orangtuanya meninggal sejak ia masih kecil dan ia hanya memiliki seorang kakak laki-laki tapi sayang sekali ia tak tahu kakak laki-lakinya berada dimana saat ini karena sejak kecil ia diadopsi oleh keluarga kaya dari kota besar dan dengan terpaksa raya ditinggalkan di panti asuhan.
Panti asuhan tempat ia tinggal dikelola oleh gereja, jadi setiap hari minggu semua anak panti diwajibkan berkunjung ke gereja, meminta pengampunan pada pastur dan memohon do’a, sementara di hari-hari biasanya ia bersekolah di sekolah khusus biarawati, santa maria namanya. Letak sekolahnya dekat dengan panti tempat ia tinggal.
Raya, berbeda dengan kebanyakan anak panti lainnya, ia selalu bertanya banyak hal pada pastur atau biarawati, tentang hidup, tentang Tuhan, tentang nasib dan takdir. Raya merasa sangat sedih bahwa selama hidupnya tak pernah bisa merasakan kasih sayang ayah ibunya sebab keduanya meninggal saat raya masih bayi. Ia selalu bertanya kenapa Tuhan begitu jahat, begitu tak adil mengambil dan merampas hak seseorang begitu saja bahkan sebelum ia tumbuh dewasa. Sudah sering ia habis dimarahi dan dipukul oleh biarawati di santa maria sebab pertanyaan-pertanyaan konyolnya dan menganggap Tuhan tak adil.
Pada hari-hari berikutnya raya semakin enggan pergi ke gereja, sebab ibadah yang sudah ia lakukan selama ini tak juga membuatnya damai dan merasakan kebaikan Tuhan, bahkan kakak satu-satunyamasih tak ada kabar juga.
Raya, kenapa tadi tidak pergi dengan teman-teman lainnya?
Tanya pengasuh panti, seorang ibu paruh baya yang hanya membalas dengan senyuman bila raya bertanya ini itu soal hidup dan lain hal.
Kalau raya bisa bertemu abang, raya baru mau pergi ke gereja.
Seperti itulah jawaban raya setiap kali ditanya mengapa enggan pergi ke gereja.
Hari-hari berlalu begitu saja, dan tentu saja raya tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan penuh tanya dalam hidupnya.
Suatu hari raya bertekad mencari kakak laki-lakinya ke kota besar, dulu memang sempat keluarga yang mengadopsi kakaknya meninggalkan alamat, sudah sejak dulu raya ingin mencari tapi dulu ia masih kecil dan belum memiliki keberanian pergi ke kota besar apalagi tak ada orang yang dikenal. Ia mohon pamit pada pengasuh panti, kalau-kalau ia tak bisa menemukan kakaknya mungkin ia akan kembali, tapi bila ia tak juga kembali anggap saja ia sudah bertemu dengan kakaknya, begitulah pesan raya pada ibu pengasuh panti.
Perjalanan pun dimulai, raya pergi ke kota besar dengan berbekal alamat yang ia sendiri tak pernah tahu dan tak pernah ia kunjungi sebelumnya, peta kota besar sudah ia pegang, ia hanya perlu sering bertanya pada orang yang lewat atau pedagang di pinggir jalan.
Dari pagi sampai sore ia mencari, peluh keringat sudah sejak tadi membasahi bajunya, perutnya yang kosong sudah berteriak minta diisi, akhirnya ia beristirahat sejenak di sebuah warung makan sederhana.
Baru beberapa suap saja ia makan, tiba-tiba saja ia mendadak berhenti, sendok yang akan disuapi mulutnya tertahan, baru saja ia mendengar nama jalan yang ia cari sejak pagi disebut-sebut oleh ibu penjual makan. Dan dengan segera raya bertanya dimana letak jalan yang ibu penjual maksud, jalan kemang, itulah naman jalan alamat dari keluarga yang mengadopsi kakaknya.
Raya lupa makannya belum usai, tapi ia segera berlari mencari angkot, dengan wajah yang sedikit lega ia bisa bernafas, setidaknya sebentar lagi alamat itu akan ia datangi dan kakaknya, ah sudahlah ia hanya mencoba, dalam hatinya pun tak sepenuhnya yakin sebab itu sudah lama sekali, siapa tahu keluarganya pindah.
Akhirnya angkot berhenti, sampailah ia di jalan kemang, raya turun dari angkot, matanya masih melirik kanan kiri, ia baru sadar rupanya langit sudah semakin gelap, semoga pencariannya usai malam ini juga.
Raya bertanya berkali-kali pada orang yang lewat, tapi masih belum menemukan titik terang, sampai akhirnya raya merasa kelelahan dan ia melihat ada keran air yang digunakan banyak orang mencuci muka, ia segera melangkah ke arah tempat keran air, tepat saat langkahnya berhenti di depan pagar bangunan itu, ada suara yang menggema keluar dari sana, entah suara apa raya tak tahu, sejak kecil ia tak pernah mendengar suara seperti ini, dan raya benar-benar dibuat terpukau dengan suara itu, lembut, syahdu, dan damai, itulah yang ia rasakan. Setelah suara yang mendamaikan itu berhenti, raya memasuki halaman bangunan itu, disana ada banyak orang berkumpul laki-laki dan perempuan, yang laki-laki bergantian mencuci wajah dan kakinya di keran air, dan perempuan memakai kain penutup kepala berwarna putih berkumpul di bagian belakang, raya mulai merasa heran, apa mungkin ada suatu acara di bangunan ini, tapi sepertinya ini bukan rumah karena dilihat dari sisi manapun tak mirip rumah, lebih mirip bangunan-bangunan sejarah yang pernah ia lihat di internet.
Raya tak peduli, ia terus saja melangkah dan mendekati keran air tempat para laki-laki mencuci wajah dan kakinya.
Belum sampai ia melepas tas kecilnya, seorang laki-laki tua mendekatinya.
Nak, kalau mau wudlu di sebelah sana ya, ini khusus laki-laki.
Ucap laki-laki tua itu sambil menunjuk sebuah bangunan kecil tak jauh dari tempat keran air.
Ia hanya mengangguk saja, apa tadi katanya wudlu? Wudlu itu apa lagi, raya semakin merasa heran berada di bangunan itu.
Selepas ia mencuci wajahnya ia masuk ke dalam bangunan itu, dan ia melihat ada seorang lelaki tua berdiri seorang diri di depan banyak orang dalam bangunan dan sepertinya akan ada yang ia sampaikan, karena merasa penasaran raya akhirnya duduk di belakang.
Banyak sekali yang lelaki tua itu sampaikan sampai raya merasa mengantuk, sebab tak mengerti apa yang ia sampaikan, tapi tetiba saja rasa kantuknya hilang saat ia mendengar dari laki-laki tua itu kalimat “bagaimana bisa Ibrahim merelakan anaknya untuk Tuhan, itulah qurban, sebuah ketundukan, ketaqwaan sungguh-sungguh, merelakan sesuatu yang sejatinya bukan milik kita”.
Raya mulai tertarik, ia mendengarkan dengan serius.
Jama’ah pengajian, siapa diantara kita yang rela, yang ikhlas, yang mau orang yang sangat disayangi diambil? Anak, masyaAllah, anak adalah hadiah terbesar untuk kita semua bagaimana mungkin kita rela anak kita diambil, saya yakin tidak ada orangtua yang mau merelakan anaknya, ditambah lagi anak yang kita relakan itu harus kita sembelih, bayangkan disembelih? Kita pasti akan memilih lari dan menolak keras.
Yah, itulah kita memang tak pernah rela, bagaimana mungkin orang yang disayang diambil, dalam hatinya raya bergumam sendiri. Ah kata-kata lelaki tua itu dahsyat sekali, raya semakin bersemangat untuk terus menyimak kata-kata lelaki tua di depan sana.
Tapi coba jama’ah bayangkan, justru ketika anak yang akan disembelih tadi tiba-tiba saja berubah menjadi seekor binatang, dan kemana si anak , dia selamat, masyaAllah betapa hebatnya ibrahim, bahwa Allah hanya sedang mengujinya.
Itulah qurban, sebuah ujian untuk seorang hamba, sejauhmana ketaqwaannya pada Tuhan dan sejauhmana ia tunduk dan ikhlas merelakan sesuatu yang sejatinya bukan miliknya, sebab di dunia segala hal, anak, istri, suami, harta semuanya hanya titipan dari Allah.
Entah kenapa raya merasa ia dibius total oleh lelaki tua itu, kata-kata yang keluar darinya begitu menenangkan, damai, dan ternyata ada orang sehebat itu di dunia ini, siapa tadi, ibrahim, ya ampun luar biasa sekali ibrahim. Kenapa dia begitu saja mau menyembelih anaknya hanya karena itu permintaan Tuhan.
Raya merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, banyak hal yang ingin ia tanyakan pada lelaki tua itu, tentang hidupnya, tentang keadilan dan tentang bagaimana bisa seikhlas ibrahim, ia ingin bertemu ibrahim jika bisa.
Selesai acara tadi, semua orang bubar, dan dengan cepat raya menghampiri lelaki tua tadi.
Pak, permisi, saya raya, boleh saya tanya beberapa hal pada bapak, sepertinya bapak orang yang luar biasa.
Lelaki tua itu tersenyum mengiyakan, ah senyum itu mendamaikan sekali, senyum seorang ayah yang ia impikan.
Dek raya, apa tidak keberatan kalau bapak ajak ke rumah bapak saja, sambil kita makan malam, bapak sudah lapar.
Tangan keriputnya menunjuk perut sambil tersenyum dengan senyum mendamaikan.
Tentu saja raya mengiyakan, dia juga sama, sudah lapar.
Sampai rumah bapak tua, ah sumpah ini rumah atau istana, bangunan megah dihadapannya adalah rumah lelaki tua ini, tapi lihatlah bapak tua ini, dia sederhana sekali, aku pikir bapak tua itu hanya orang biasa.
Raya bergumam saja dalam hati.
Mari dek raya, anak dan istri saya sudah menunggu di dalam.
Sampai dalam rumah, betapa terkejutnya raya akan kemegahan isi rumah, segalanya lengkap dan sangat mahal pastinya.
Bu, arif, ini ada tamu, ayo makan bersama.
Ah mungkin bapak tua itu sedang memanggil anak dan istrinya.
Beberapa detik kemudian seorang ibu paruh baya mengenakan penutup kepala keluar dari kamar, dan seorang laki-laki dewasa turun dari tangga.
Siapa tamunya abi?
Suara dari atas tangga terdengar.
Ah itu mungkin anak laki-lakinya.
Sampai akhirnya keduanya berada dihadapan raya, betapa terkejutnya ia.
Dadanya bergemuruh, tangannya gemetar, dan airmata menetes begitu saja, bibirnya tertutup, ia tak bisa bicara.
Laki-laki yang dihadapannya ini,..
Raya.
Namanya keluar dari bibir anak laki-laki bapak tua itu.
Kakak.
Detik kemudian keduanya saling berpelukan. Tuhan bapak, Tuhan anak, roh kudus, akhirnya aku bertemu kakakku.
Rupanya kakaknya memeluk Islam, agama lain, bukan kristen, dan keyakinan mereka berbeda. Saat itu juga kak arif, kakak satu-satunya itu mengenalkan Islam pada raya, ia menceritakan tentang kisah ibrahim dan anaknya ismail.
Satu bulan kemudian keyakinan menggenapkan niat raya, ia masuk Islam.
Ia menemukan cahaya lewat qurban, lewat ibrahim, lewat ismail dan cerita tentang para Nabi, ah andai saja mereka masih ada raya ingin sekali bertemu.
Raya akhirnya tahu mengapa kedua orangtuanya diambil bahkan sebelum ia sempat bertemu, bukan karena Tuhan tak adil, tapi justru karena Tuhan sayang pada kedua orangtuanya dan agar raya bisa jadi hamba Tuhan yang baik.
Betul begitu kak arif.
Senyum cantiknya kini merekah, jilbab merah menutupi kepalanya...



26 September 2014
Refleksi qurban.


Senin, 28 Oktober 2013 0 komentar

Catatan Kecil Symposium dan Pelatihan Da’i Nasional DPP IMM di Kota Bandung




Tema seminar : Dakwah Kultural Muhammadiyah di tengah hedonisme mahasiswa disampaikan oleh Bpk Agus Kusnadi selaku majelis tabligh PP Muhammadiyah.
Hedonisme dianggap menjadi sebuah tantangan dakwah di muhammadiyah, karena akar sejarah, dampak dan prilaku persoanal yang memiliki paham seperti ini hanya akan merusak moral umat islam.
Seorang da’i yang berusaha melakukan dakwah di masyarakat harus memiliki trifungsi dalam dirinya, pertama, fungsi kekhalifahan, kemudian fungsi kerisalahan dan terakhir fungsi kerahmatan. Ketiga fungsi ini harus menjadi satu kesatuan, harus berintegrasi dan menjadi karakter seorang da’i. Tiap fungsi tidak bisa mengabaikan fungsi yang lainnya.
Seorang da’i juga harus memiliki pola pikir yang holistik, tidak boleh berpikir setengah-setengah dan men-generalisir suatu permasalahan hanya dengan melihat dari satu sudut pandang saja. Yang terpenting lagi seorang da’i harus memiliki tauhid yang kholis, karena tauhid merupakan pondasi awal dan utama untuk membangun iman dan amal soleh.
Kenapa dakwah tidak boleh berhenti?
Pertanyaan ini menarik, kebanyakan orang hanya memahami secara normatif, bahwa dakwah tidak boleh berhenti karena sudah diwajibkan oleh Allah, sudah ada perintahnya dalam al Qur’an, kalau tidak ada seruan kebaikan lagi maka di dunia ini mungkin hanya akan ada sedikit orang yang sadar dengan kebaikan.
Jawabannya sederhana, karena Allah tidak pernah berhenti berbuat baik. Jika Allah saja tidak pernah berhenti, lantas atas dasar apa kita harus berhenti dari berdakwah?. Bahkan pada saat kita berhenti sekalipun, Allah tidak akan berhenti.
Kemudian materi seminar ini dilanjutkan dengan tema Revitalisasi dakwah kultural ormas untuk konsolidasi kebangsaan dan peran MKCH di tengah dinamika pemikiran, yang disampaikan oleh Ir Arif munawarti (anggota DPRD) dan Drs Ayat dimyati (Pimpinan PWM Jabar) .
Rumusan konsep dakwah di Muhammadiyah sudah pernah dibuat pada muktamar 1990 masanya Amien Rais. Pada dasarnya, dakwah di parlemen itu merupakan sebuah produk, sudah pada tataran implementasi, bukan lagi berbicara teori. Maka orang-orang yang masuk parlemen bisa dinilai aplikasi dari dakwah dan keimanan mereka setelah mereka merasakan langsung dinamika dan pergolakan ujian keimanan. Ketika mereka berhasil bertahan, mampu amanah, maka artinya dakwah/kebaikan yang mereka terima selama ini berhasil mereka aplikasikan di tataran praksis.
Yang menjadi masalah saat ini, kebanyakan dari da’i tidak memahami situasi riil di masyarakat, sehingga tidak sedikit dari da’i hanya berspekulasi dari sebagian saja realitas yang ia lihat, ia tidak merasakan langsung kesulitan yang dialami masyarakat bawah. Maka pada saat da’i berbicara panjang lebar tentang sesuatu hal, sementara ia tidak pernah memahami secara langsung, hasilnya ditolak mentah-mentah oleh masyarakat.
Metode dakwah kultural ini memang tidak mudah, seorang da’i harus memiliki kemampuan komitmen dan keteguhan hati yang kuat dalam memegang ideologi, pertama dia harus masuk dalam komunitas dengan mengikuti kebiasaan masyarakat yang ada saat itu, akan tetapi keikutsetaan da’i tidak boleh membuatnya larut dan akhirnya justru ikut dengan kebiasaan masyarakat. Dan selanjutnya, da’i harus mampu merubah kebiasaan buruk yang ada di masyarakat saat itu dengan perlahan tapi pasti. (Step by step). Metode ini hampir sama dengan metode yang Nabi gunakan ketika pertamakali al Qur’an turun kepadanya, yaitu metode Tadrijiyah. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan saat ini, ketika kita menggunakan metode dakwah cultural untuk menyampaikan dakwah di masyarakat lapisan pedesaan, tidak semua orang memiliki kemampuan bisa menjaga komitmen diri dengan kuat, lalu bagaimana jika dengan cara itu justru membuatnya larut dan tidak bisa kembali pada kebenaran yang pertamakali ia bawa, maka ini menjadi sebuah dilema besar bagi kita, kita menyampaikan dakwah dengan tegas menyerukan kebenaran justru cepat ditolak oleh masyarakat, tapi dengan strategi dakwah kultural pun tidak mudah bisa mempengaruhi masyarakat apalagi kita dituntut untuk terlebih dahulu mengikuti kebiasaan mereka.
Munculnya konsep dakwah kultural, sebagaimana diputuskan oleh Sidang Tanwir  Muhammadiyah, Januari 2002, didorong oleh keinginan Muhammadiyah untuk mengembangkan sayap dakwahnya menyentuh ke seluruh lapisan umat Islam yang beragam sosial kulturalnya. Sehingga dengan dakwah kultural, Muhammadiyah ingin memahami pluralitas budaya, sehingga dakwah yang ditujukan kepada mereka dilakukan dengan dialog kultural, sehingga akan mengurangi benturan-benturan yang selama ini dipandang kurang menguntungkan, tetapi tetap berpegang pada prinsip pemurnian (salafiyyah) dan pembaharuan (tajdidiyah).
Dengan demikian, dakwah kultural sebenarnya akan mengokohkan prinsip-prinsip dakwah dan amar makruf nahi munkar Muhammadiyah yang bertumpu pada tiga prinsip Tabsyir, Islah dan Tajdid (TIT).
Prinsip tabsyir, adalah upaya Muhamamadiyah untuk mendekati dan merangkul setiap potensi umat Islam (umat ijabah) dan umat non-muslim (umat dakwah) untuk bergabung dalam naungan petunjuk Islam, dengan cara-cara yang bijaksana, pengajaran dan bimbingan yang baik, dan mujadalah (diskusi dan debat) yang lebih baik. Kepada umat Ijabah (umat yang telah memeluk Islam), penekanan tabsyir kepada peningkatan dan penguatan visi dan semangat dalam berislam. Sementara kepada  umat dakwah (umat non-muslim) adalah memberikan pemahaman yang benar dan menarik tentang Islam, serta merangkul mereka untuk bersama-sama membangun masyarakat dan bangsa yang damai, aman, tertib dan sejahtera. Dengan cara ini dakwah kepada non-muslim tidak diarahkan untuk memaksa mereka memeluk Islam. Tetapi membawa mereka kepada pemahaman yang benar tentang Islam, sehingga mereka tertarik kepada Islam, bahwa dengan sukarela memasuki Islam.
Prinsip Islah, yaitu upaya membenahi dan memperbaiki cara berislam yang dimiliki oleh umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, dengan cara memurnikannya sesuai petunjuk syar’I yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Ini dapat diartikan bahwa setelah melakukan dakwah dengan tabsyir, maka umat yang bergabung diajak bersama-sama memperbaiki pemahaman dan pengamalannya terhadap Islam.
Umat yang telah bergabung dalam dakwah tabsyiriyah memiliki background yang beragam baik sosial ekonomi, sosial budaya, maupun latar belakang pendidikannya. Keragaman tersebut akan membawa pengaruh kepada cara pandang, pemahaman dan pengamalan Islam, yang dalam banyak hal perlu diperbaiki dan dibenahi sesuai dengan pemahaman keagamaan Muhammadiyah, yang bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Prinsip tajdid, sesuai dengan maknanya, prinsip ini mengupayakan pembaharuan, penguatan dan pemurnian atas pemahaman, dan pengamalan Islam yang dimiliki oleh umat ijabah, termasuk pelaku dakwah itu sendiri.
Materi I Pelatihan Da’i Nasional.
Metodologi Manhaj Tarjih Muhammadiyah disampaikan oleh Prof.Dr.Syamsul Anwar.MA (seharusnya) namun karena berhalangan hadir digantikan oleh Bpk Dadang Komarudin (Wakil Ketua PWM Jawab barat).
Manhaj tarjih secara harfiah berarti cara melakukan tarjih. Sebagai sebuah istilah, manhaj tarjih lebih dari sekedar “cara mentarjih.” Istilah tarjih sendiri sebenarnya berasal dari disiplin ilmu usul fikih. Dalam ilmu usul fikih tarjih berarti melakukan penilaian terhadap suatu dalil syar’i yang secara zahir tampak bertentangan untuk menentukan mana yang lebih kuat. Atau juga diartikan sebagai evaluasi terhadap berbagai pendapat fikih yang sudah ada mengenai suatu masalah untuk menentukan mana yang lebih dekat kepada semangat al-Quran dan as-Sunnah dan lebih maslahat untuk diterima. Sebagai demikian, tarjih merupakan salah satu tingkatan ijtihad dan merupakan ijtihad paling rendah. Dalam usul fikih, tingkat-tingkat ijtihad meliputi ijtihad mutlak (dalam usul dan cabang), ijtihad dalam cabang, ijtihad dalam mazhab, dan ijtihad tarjih.
Manhaj (metodologi) tarjih juga mengandung pengertin sumber-sumber pengambilan norma agama. Sumber agama adalah al-Quran dan as-Sunnah yang ditegaskan dalam sejumlah dokumen resmi Muhammadiyah,
1. Pasal 4 ayat (1) Anggran Dasar Muhammadiyah yang telah dikutip di atas yang menyatakan bahwa gerakan Muhammadiyah bersumber kepada dua sumber tersebut.
2.   Putusan Tarjih Jakarta 2000 Bab II angka 1 menegaskan, “Sumber ajaran Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbūlah (السنة المقبولة).” Putusan Tarijih ini merupakan penegasan kembali apa yang sudah ditegaskan dalam putusan-putusan tedahulu (HPT, h. 278),
الأَصْلُ فِي التَّشْرِيْعِ اْلإِسْلاَمِيِّ عَلَى اْلإِطْلاَقِ هُوَ اْلقُرْآنُ اْلكَرِيْمُ وَالْحَدِيْثُ الشَّرِيْفُ .
Artinya:
Dasar mutlak dalam penetapan hukum Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits asy-Syarif.
Kemudian beliau menjelaskan bagaimana implementasi tarjih dan tajdid dalam gerakan muhammadiyah, muhammadiyah memiliki prinsip cerdas mengkritisi dan cermat memberikan solusi. Untuk itu hasil dari keputusan tarjih tidak serta merta menjadi doktrin yang mutlak, tapi bersifat terbuka dan menerima masukan, kalau ada perubahan maka keputusan pun bisa jadi berubah.
Kisah Sukses Kaderisasi Muhammadiyah Tempo dulu disebabkan oleh: Keikhlasan dan Kebersamaan misalnya dengan Mendirikan Sekolah (AUM lainnya), tanpa ada harapan menjadi kepala sekolah, guru, karyawan ataupun rekanan bisnis. Kalaupun mereka menjadi pengelolanya, rela digaji lebih rendah daripada tenaga dari luar. Kalaupun jadi rekanan bisnis, rela dicicil/ditangguhkan pembayarannya. Segenap Warga/Pimpinan berkomitmen untuk memajukan sekolah tersebut; hanya menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Muhammadiyah sekalipun anaknya masih berkesempatan masuk sekolah negeri. Hal-hal ini yang pada masa sekarang sudah tidak berlaku lagi di muhammadiyah, sudah banyak warga muhammadiyah yang mulai prgamatis dan masuk muhammadiyah hanya karena ada kepentingan.
Materi ke II Dakwah melalui tulisan disampaikan oleh Mas Dadan Ramadhan (Editor sekaligus pengurus PWM Jabar).
Jurnalistik dakwah adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan berupa dakwah kepada khalayak ramai melalui saluran media. Media ada berbagai macam, Cetak (Surat Kabar, Majalah, Tabloid) Elektronik (Facebook, Twitter, Instagram, Blog, Web).
Seorang jurnalis muslim harus memiliki sifat kenabian dalam menyampaikan pesan dakwahnya, ada 4 sifat kenabian :
Ø Shiddiq mengacu kepada pengertian jujur dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam konteks jurnalistik, shiddiq adalah menginformasikan sesuatu yang benar dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran Islam (Al-Quran dan As-Sunnah).
Ø Amanah artinya tepercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, merekayasa, memanipulasi atau mendistorsi fakta
Ø Tabligh artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran.
Ø Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi, termasuk membaca apa yang diperlukan umat dengan meneladani kecerdasan Nabi Muhammad SAW (prophetic intelligence).
Seorang penyampai dakwah di media juga harus Menyampaikan informasi dengan benar, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta (QS. Al-Hajj: 30); Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman objek pembaca harus dipahami sehingga berita yang disusun akan mudah dibaca dan dicerna  (QS. An-Nahl: 125); Meneliti fakta/cek-ricek. Untuk mencapai ketepatan data dan fakta sebagai bahan baku berita yang akan ditulis, jurnalis muslim hendaknya mengecek dan meneliti kebenaran fakta di lapangan dengan informasi awal yang ia peroleh agar tidak terjadi kidzb, ghibah, fitnah dan namimah (QS. Al-Hujarat: 6);  Tidak mengolok-olok, mencaci-maki, atau melakukan tindakan penghinaan sehingga menumbuhkan kebencian (QS. Al-Hujarat: 11); Menghindari prasangka/su’udzon. Dalam pengertian hukum, jurnalis hendaknya memegang teguh “asas praduga tak bersalah”.
Realitasnya banyak dari jurnalis media saat ini mengabaikan prinsip-prinsip dasar dalam menyampaikan kebenaran sehingga akibatnya pemberitaan di media menjadi berlebihan, tidak sesuai fakta, terjadi fitnah, dan kebenaran tidak tersampaikan dengan baik. Maka kader IMM harus rajin-rajin menulis dan mengirimkannya di media..
Materi III Marketing dakwah oleh M.Khoirul Muttaqien (Direktur LAZISMU Pusat)
Gerakan dakwah yang marak saat itu terbagi menjadi 2, gerakan dakwah kiri dan kanan, sedangkan posisi IMM berada di tengah-tengah tapi justru menjadi abu-abu dan tidak jelas karena tidak mempunyai identitas yang jelas.
Mengapa IMM tidak seterkenal gerakan lain?
Karena IMM tidak punya daya jual yang tinggi di hadapan khalayak. IMM tidak memiliki identitas yang jelas yang bisa membedakan dari gerakan lain, misalnya KAMMI atau HTI, hanya dengan melihat mereka satu kali saja kita sudah bisa mengenali mereka melalui penampilannya, melalui akhwatnya yang berpakaian sangat tertutup. Sedangkan IMM? Apa yang bisa membuat kita bisa mengenali kader IMM di tengah ribuan manusia di negeri ini. Padahal kebanyakan orang akan tertarik pada sesuatu berawal dari penampilan, dari fisik yang bisa mereka indera, soal visi misi, ideologi, AD ART atau apapun itu hanya akan membuat mereka tertarik dan tahu setelah mereka masuk di dalamnya.
Oleh karena itu mulai saat ini IMM perlu membuat suatu kesepakatan bersama untuk menentukan identitas simbolis apa yang bisa membuat kita berbeda, membuat kita menarik massa. Misal cara berdakwah IMM yang harus seperti apa sehingga kita tahu “oh dia da’i dari IMM”, atau cara berdiskusi yang seperti apa sehingga orang akan tahu “Oh itu kader IMM toh pantas sekali cerdas dan berwawasan luas”. Hal-hal semacam ini yang belum kita miliki.
Maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuat perencanaan, dengan punya daya jual tinggi dan menarik massa maka dakwah yang akan kita sampaikan pun akan mereka dengar dan ikuti.
Materi IV IMM Membumi dari Masjid oleh Bpk Asep Purnama Bachtiar (Ketua MPK PP Muhammadiyah)
Sejatinya 3 gerakan IMM (keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan) adalah perincian dari 3 gerakan dalam Muhammadiyah (Islam, dakwah, tajdid) yang mengalami perubahan situasi dan kondisi objek dakwah.
IMM saat ini, katanya sudah jauh dari masjid, kalau dulu ada yang mengatakan untuk mencari anak IMM cukup datangi masjid dan perpustakaan, karena di 2 tempat itulah mereka biasa berkumpul. Realitasnya saat ini gimana?
Masjid-masjid kampus justru dikuasai oleh gerakan –gerakan lain, jarang sekali ditemukan kader IMM berada disana, di perpustakaan, saat ini orang ke perpustakaan hanya ada 2 kepentingan, mengerjakan tugas dan skripsi. Selain itu, jarang sekali mahasiswa yang datang ke perpus berlama-lama untuk membaca buku dan mengkajinya.
IMM perlu memasifkan kembali gerakan dakwah di masjid, jadikan masjid sebagai pusat dakwah dan informasi. Di masjid-masjid bisa diadakan berbagai macam kegiatan baik yang bersifat kegamaan misalnya pengajian, belajar membaca al Qur’an, sholat dhuha bersama, kajian rutin, atau yang bersifat kemahasiswaan/intelektualitas misalnya diskusi, baca buku, bedah buku, belajar bareng, dan yang bersifat sosial, misalnya ada majelis ta’lim untuk ibu-ibu, baksos, TPA, atau apapun itu yang masyarakat bisa rasakan hasilnya.
Materi V Paradigma Pemikiran dan Tabligh Ikatan oleh Mas Abdul Halim Sani (Instruktur DPP, Mantan Bidang Dakwah DPP IMM)
Paradigma artinya world view, sudut pandang. Menurut George Ritzer, paradigma adalah gambaran fundamental mengenai subyek ilmu pengetahuan, yakni memberikan batasan apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab, dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh.
Dasar agama islam adalah al Qur’an dan Sunnah. Selanjutnya akal pun dalam wilayah tertentu dijadikan dasar untuk menetapkan hukum. Muhammadiyah membagi 3 cakupan nash, ada aqidah, ibadah dan muammalat.
Perangkat dakwah ikatan yang paling penting adalah Muballigh, dengan harus memiliki karakter Pengetahuan Islam luas dan mengamalkannya, Zuhud dalam kehidupan, Bersih jasmani dan rohani, Pemaaf, penyabar dan jujur, Tegas bertidak dan proporsional, Berlaku adil dan watak robbaniyah.
Cara berdakwah ikatan yaitu dengan “Menjadikan Islam sebagai rahmat” dengan cara; Mudahkanlah jangan dipersulit, Gembirakanlah jangan membuat sedih. Masifkan kembali gerakan jamaah dakwah jamaah di tiap masjid kampus.
Bandung, 24-27 Oktober 2013
Wallahu A’lam bi Showab.

Kamis, 09 Mei 2013 0 komentar

Media dan Publikasi Orientalis

  1. Pendahuluan
Secara bahasa orientalisme berasal dari kata orient yang artinya timur. Secara etnologis orientalisme bermakna bangsa-bangsa di timur, dan secara geografis bermakna hal-hal yang bersifat timur, yang sangat luas ruang lingkupnya. Sedang oriental mengandung arti orang timur/Asia dan timur. Sumber lain menyebutkan, orientalisme berasal dari bahasa Prancis ‘orient’ yang berarti timur atau bersifat timur, dan isme berarti paham, ajaran, cita-cita, atau sikap. Dalam bahasa Latin, orient bermakna belajar atau mempelajari sesuatu, menurut bahasa Prancis kata orienter berarti arahan, petunjuk dan bimbingan, Sedangkan menurut bahasa inggris orientation mengandung arti bimbingan atau yang berkaitan dengan bidang moral, masyarakat, pemikiran, atau bimbingan kepribadian dalam pemikiran atau spiritual. Orientalis adalah kata nama pelaku yang menunjukkan seorang yang ahli tentang hal-hal yang berkaitan dengan "timur". Sedangkan kata orientalisme (Belanda) ataupun orietalism (Inggris) menunjukkan pengertian tentang suatu paham. Jadi orientalisme berarti sesuatu paham, atau aliran, yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta lingkungannya (Sou’yb, 1990:3) dan Orang yang menekuni dunia ketimuran disebut orientalis.
Secara Terminologis, menurut Edwar W.Said dalam bukunya “Orientalisme”, pada awalnya orientalism adalah sebuah istilah yang digunakan untuk orang barat yang mempelajari bahasa timur, kemudian penggunaan istilah ini mengalami perluasan, istilah orientalism digunakan barat dalam pendekatan terhadap timur, dan pendekatan yang dilakukan meliputi pengetahuan, penemuan dan pengalaman. Definisi lain yang diyakini oleh Arberry tahun 1638 (seorang anggota persekutuan gereja-gereja timur) orientalis mengandung arti orang yang mengetahui sebagian bahasa-bahasa timur, Anthony Wood tahun 1691, Samuel Clarke. Di tempat lain, Arberry yakin, sesuai dengan Oxford Dictionary, orientalis adalah orang yang mengetahui bahasa-bahasa dan sastra timur. Sumber lain menyebutkan, orientalis adalah ilmuwan yang mendalami bahasa-bahasa, kesusastraan, agama, sejarah, adat istiadat, dan ilmu-ilmu dunia timur. Dunia timur yang dimaksud di sini adalah wilayah yang terbentang dari Timur Dekat sampai Timur Jauh dan Negara-Negara yang berada di Afrika Utara.
Orientalisme adalah gagasan pemikiran yang mencerminkan berbagai kajian tentang negara-negara timur Islam. Objek kajiannya meliputi peradaban, agama, seni, sastera, bahasa dan kebudayaannya. Gagasan pemikiran ini telah memberikan kesan yang besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap Islam dan dunia Islam. Caranya ialah dengan menyebarkan kemunduran cara berfikir dunia Islam dalam pertarungan peradaban antara Timur (Islam) dengan Barat. Masih Menurut Edwar Said, orientalisme bukan sekedar wacana akademis tetapi juga memiliki akar-akar politis, ekonomis, dan bahkan relijius.
Secara analitis, orientalisme dibedakan atas keahlian mengenai wilayah timur, metodologi dalam mempelajari masalah ketimuran, dan sikap ideologis terhadap masalah ketimuran, khususnya terhadap dunia Islam. Tiga point di ini, berkumpul dalam istilah orientalis dan orientalisme, yang berkonsentrasi mengkaji kawasan timur, lebih khusus Islam.  
Dari pengertian bahasa dan istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa orientalisme adalah sebuah paham/cara pandang, pengetahuan barat tentang timur, secara khusus Islam, sedangkan orientalis adalah orang yang mendalami ilmu-ilmu atau dunia timur. Pada mulanya wilayah kajian orientalisme hanya terbatas pada kajian keislaman, peradahan Islam, bahasa dan sastra Arab. Kemudian wilayah kajian ini meluas dan mencakup seluruh aspek kajian ketimuran , yakni mulai dan aspek bahasa ketimuran, agama-agama Timur, adat istiadat, hingga budaya ketimuran. Fokus utama kajian orientalis adalah agama Islam dan Bahasa Arab, karena keduanya merupakan faktor terbesar dan ketertarikan orientalis dan menggambarkan kontroversi gagasan, politik dan teologi yang mewarnai kehidupan masa kini. Studi orientalisme, yang bertujuan mengkaji peradaban Islam dan bahasa Arab, sebenarnya merupakan inspirasi dan generasi masyarakat Eropa dan negara Barat, sekaligus sebagai tindak lanjut dan Perang Salib. Orientalisme juga bertujuan membuat bingung kalangan non-muslim untuk menerima dan memeluk agama Islam melalui imperialisme kolonialis dan kekuatan ekspedisi missionaris dalam rangka zionisme dan kristenisasi seperti yang telah dicapai di wilayah Afrika dan Asia Timur.
Para orientalis, umumnya adalah keturunan Yahudi, Nasrani dan setiap orang yang mengikuti jejak dan terinspirasi oleh mereka, yaitu generasi non-Yahudi dan non-Nasrani, termasuk kaum muslimin yang kebarat-baratan (westernist), yang keluar dari agama Islam karena sependapat dengan gagasan dan ide-ide orientalis. Kajian orientalisme ini awalnya hanya dilakukan oleh para pendeta, cendekiawan, dan missionaris yang sebagian mereka tertarik pada teologi dan sebagian lagi sangat peduli pada kcbangkitan dan pendidikan gereja. Meski pengakuan dan paradigma orientalis berbeda-beda, namun keduanya mengarah pada satu titik yang sama, yaitu menghancurkan Islam.
  1. Kegiatan Orientalis
Para orientalis menulis buku, memberikan kuliah dan pelajaran, menyebarkan missi kristen di tengah umat islam, mengumpulkan harta untuk mendirikan berbagai yayasan, dan mengadakan seminar-seminar, menerbitkan media pers, dan mengadakan kongres/muktamar untuk menyusun strategi.
Para orientalis juga menyusun berbagai buku keislaman tentang Rasul, al Qur’an, sejarah kaum muslimin dan masyarakatnya.

  1. Media dan Publikasi
Aktivitas mereka :
  1. Tahun 1887, bangsa prancis mendirikan satu lembaga untuk para orientalis kemudian didirikan lagi pada tahun 1920, menerbitkan majalah al majallah al asiawiyah.
  2. 1823, di london didirikan lembaga yang mendukung kegiatan studi ketimuran, yang ditangani oleh raja. Juga menerbitkan majalah al jam’iyah al asiawiyah al mulkiyah.
  3. 1842, orang amerika mendirikan lembaga dan majalah as syarqiyah al amerikiyah, pada tahun yang sama orientalis jerman menerbitkan majalah khusus, begitu juga yang ada di austria, italia dan rusia.
  4. Diantara majalah yang diterbitkan oleh orientalis amerika pada abad ini adalah majalah oriental-studies association, yang diterbitkan di kota gambier, ohio.
  5. Majalah middle east affairs dan majalah middle east yang sifatnya politis.
  6. Majalah yang paling berbahaya adalah majalah The muslim world yang diterbitkan oleh S. Zweimer tahun 1911, sekarang diterbitkan oleh Hartford amerika. Pemimpin redaksinya K.Cragg.
  7. Orientalis perancis menerbittkan majalah la monde musulman.
  8. Diterbitkannya Ensiklopedi islam, didalamnya fanatisme melawan dan memusuhi islam
  9. Orientalis diam-diam masuk ke lembaga bahasa di mesir dan lembaga ilmu pengetahuan di damaskus dan baghdad
  10. Mengadakan kongres dari waktu ke waktu, kongres 1 pada tahun 1783 hingga saat ini
  1. Kongres Kairo tahun 1324 H/1906 M
  2. Kongres Bidenburg tahun 1328 H/1910 M
  3. Kongres Lucknow, india tahun 1329 H/1911 M
  4. Kongres Al Quds tahun 1343 H/1906 M
  5. Kongres Al Quds tahun 1354H/1935 M
  6. Kongres Al Quds tahun 1380 H/1961 M
  1. Didirikan lembaga-lembaga keagamaan, dan ekonomi. Untuk memberikan biaya kepada mereka yang menggeluti dunia orientalisme
  2. Masuk ke dunia pendidikan dengan menyisipkan pendidikan yang ke barat-baratan.



Contoh buku-buku karya orientalis :
  • The Encyclopedia of islam
  • Shorter Encyclopedia of islam
  • Riwayat hidup Muhammad karya Sir William Muir
  • AL-ISLAM karya Alfred Geom
  • Sejarah mazhab-mazhab tafsir islam karya Goldziher
  • Akidah Islam karya L.Weinsink
  • Sumber-sumber sejarah Islam karya Arthur Jeffry
  • Whaiter Islam karya H.A.R Gibb.
  • Islam kini karya A.J Alberry
  • Sejarah arab karya Philip K. Hitti.
  • Perang dan damai dalam islam karya Majid Qudori
  • Sumber-sumber sejarah al Qur’an karya Arthur Jeffry
  • Tasawuf dalam islam karya Nicholson
  • Mukadimah al Qur’an karya R.Bell
  • Al-Islam karya D.S.Margoliouth
  • Jembatan menuju islam karya Eric Betmen
  • Kesatuan dan keragaman kebudayaan islam karya G. Von Gruneboum
  • Yudaisme dalam islam karya Abraham Kasy



Daftar Pustaka
  • Dr. M Al Bahiy, Pemikiran Islam Modern, Hal 355-357, Alih Bahasa Su’adi Sa’ad. Penerbit Pustaka Panjimas 1986 Jakarta Cetakan 1 Desember 1986.
  • H.A. Mannan Buchori.Lc., Menyingkap tabir orientalisme, Jakarta : Amzah, Cetakan I Juni 2006, Hal 104-109.
  • Edwar W.Said, Orientalisme, Bandung : Penerbit Pustaka, Cetakan ke-4 2001 M. Alih bahasa Asep Hikmat.
  • BAB I_PENDAHULUAN, Orientalisme.pdf.
  • Dr. Hasan Abdul Rauf M. El-Badawiy dan Dr.Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme; Menelikung pola pikir umat islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Cetakan pertama, February 2007


Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;