Kamis, 02 Agustus 2012 0 komentar

Perlunya kaderisasi yang unggul di Perguruan Tinggi Muhammadiyah



Mahasiswa adalah penerus persyarikatan. 

Statement diatas menjadi dasar bagi setiap perguruan tinggi Muhammadiyah untuk menyiapkan kader-kader mahasiswanya yang intelektual, berpikiran maju, dan berideologi yang kuat untuk meneruskan perjuangan persyarikatan Muhammadiyah. Maka dibentuklah ortom Muhammadiyah yang bisa menampung mahasiswa dalam wadah yang tepat, yaitu ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM). 

IMM menjadi sarana dakwah sekaligus tempat mengolah diri untuk menyiapkan kader-kader yang cerdas, intelektual dan berakhlak mulia. 

Faktanya, banyak di perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah yang memang tidak seluruhnya bisa menjadi kader, karena dasar yang dibawa pada awalnya tidak seluruhnya pula berbasic Muhammadiyah, hanya sebatas simpatisan, atau pelarian karena tidak diterima di perguruan tinggi negeri. Alasan-alasan inilah yang menjadi sebab kenapa tidak muncul kader-kader yang diharapkan oleh persyarikatan. 

Contoh kasus saja, dalam IMM pun tidak seluruhnya yang mengelola adalah orang-orang yang berideologi Muhammadiyah, mereka masuk IMM ada yang terpaksa, nampang nama, hanya sekedar ingin aktif, sehingga IMM tidak berjalan dalam roda Muhammadiyah, banyak anak IMM yang kelimpung sana sini, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa jiwa mahasiswa adalah jiwa pencari, mereka akan terus saja mencari apapun sampai pada akhirnya mereka menemukan kebenaran yang sesuai dan cocok untuk mereka yakini, maka tak heran kalau dalam diskusi mahasiswa yang dibahas adalah seputar ideologi, kepercayaan, keTuhanan, dan kebenaran. Karena untuk hal-hal seperti itulah mereka merasa dalam keraguan.
Jika IMM saja sudah sedemikian buruk, lalu apa yang bisa diharapkan untuk meneruskan persyarikatan ini? Mengapa saya menggunakan kata buruk, dalam hal ini contoh sederhananya, kader IMM shalatnya masih bolong bahkan tidak shalat, kader IMM tidak mencerminkan akhlak mulia yang diusung dalam visi misinya, kader IMM masih bergaul bebas dan tidak mengenal norma antara lawan jenis, maka kader IMM seperti inilah yang dikategorikan sedemikian buruk.  

Pengkaderan pertama dalam IMM disebut dengan DAD (Darul Arqam Dasar), pengkaderan ini tidak bisa semata-mata menjadi tolak ukur untuk mencetak kader yang baik dalam IMM, maka pengkaderan dalam bentuk personal atau kolektif harus tetap dijalankan, pengkaderan tidak berhenti sampai di DAD saja, tapi selama masa kepengurusan dalam IMM harus tetap mengolah dan melatih diri baik diri sendiri ataupun oranglain untuk selalu melakukan kaderisasi diri yang baik. 

Adanya pengkaderan khusus dari pimpinan juga menjadi hal yang baik untuk memantapkan basic diri menjadi penerus dakwah, karena disaat-saat jiwa pencarian mahasiswa menjadi sangat kronis bahkan dalam ambang kebingungan yang daki, maka kontrol khusus dari pimpinan-pimpinan menjadi sangat perlu, selain sebagai bentuk perhatian pada ortom juga sebagai kontrol sosok bapak pada anak yang sedang dalam kebingungan mencari kebenaran. 

 
Naelul Fauziah
0 komentar

Perjalanan masa depan (Tentang 3 pertanyaan)



Petra,, ada pedih yang terpendam di dalam sana sehingga pelan-pelan menjadi kesedihan yang berkepanjangan dalam hidupku, bukan ku tak ingin membuangnya hanya saja kesedihan itu sudah terlalu kuat menggerogoti, ibarat virus maka seluruh tubuhku sudah diserangnya. Maka bukan hal mudah bisa melepasnya begitu saja.
Petra, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, pada orang-orang di dunia ini yang bisa menikmati hidup tanpa beban dalam hidupnya, orang-orang yang bisa tersenyum begitu ikhlas dilihat bahkan kita yang melihat ikut bahagia, dan aku ingin bertanya pada Tuhan, petra, sungguh ada banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan, seandainya Tuhan membuka dialog interaktif bagi makhluknya maka aku akan menjadi pendaftar pertama.
Petra, untuk banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan aku hanya akan mengajukan tiga pertanyaan yang selama ini membuatku selalu penasaran, adakah orang yang bisa memberikan jawaban yang tidak perlu lagi aku bertanya.
Pertama, kenapa manusia harus dibedakan antara status sosial kaya miskin, bahagia sengsara, rasanya sangat tidak adil petra, bagaimana dengan orang-orang kaya yang menghabiskan uang hanya berfoya-foya dan tak pernah berderma, anak-anak mereka dibiarkan bebas hidup dan bergaul, pendidikan tidak lagi menjadi menu pokok untuk mencerdaskan anak, karena dengan uang apa saja bisa diperoleh, lalu bagaimana dengan orang-orang miskin papa, yang untuk sekedar makan saja susah apalagi untuk sekolah sampai sarjana dan berilmu, sehingga mereka mengubur impian mereka dalam-dalam karena untuk sekedar bermimpi bisa sekolah tinggi saja tidak berani apalagi bisa mewujudkannya, padahal keinginan sangat kuat dalam hatinya, bagimana ini bisa terjadi, kenapa orang yang kaya itu tidak disematkan pada mereka yang memiliki impian tinggi dalam hidupnya, haruskah ia mengubur mimpi yang selama ini hanya ia susun di benaknya paling dalam??
Kedua, kehilangan itu menyakitkan. Petra, aku tak pernah ingin kehilangan siapapun dan apapun yang kumiliki saat ini, tapi petra ternyata manusia milik Tuhan, maka tak pantas jika aku ingin memiliki sepenuhnya, aku harus bisa mencintai siapapun sekedarnya, sehingga ketika kehilangannya aku tak perlu bersedih hati keterlaluan, tapi petra, ini teori, setelah kita mengalaminya maka semua teori itu gugur, kita tak bisa mempercayainya lagi, bahkan akhirnya kita akan mengatakan persetan dengan semua teori apapun, karena kenyataan akan sangat berat dialami, maka petra pertanyaanku bagaimana kita bisa ikhlas ketika kehilangan??
Terakhir petra, jika ada seseorang yang mencintaimu dan kau takut menyakitinya apa kau pasti akan menerima wanita itu dan menikahinya padahal kau belum tentu mencintainya, namun di satu sisi kau mencintai wanita lain tapi kau meragukan cintanya padamu bahkan dia belum tentu mencintaimu sejauh cinta wanita yang mencintaimu, maka yang manakah yang kau pilih??



Aira
22.20
30-07-12

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;