Kamis, 24 Juli 2014 0 komentar

Dear : A-Z (Merasai sendiri)



Hey, kau yang melukis pelangi selepas hujan, apakabarmu? Waktu semakin cepat saja berlalu, perlahan kita mulai lupa dengan apa yang terjadi kemarin, seminggu yang lalu, satu tahun yang lalu apalagi untuk mengingat 4 tahun lalu saat pertemuan yang tidak diduga itu. Tapi aku masih mengingatnya, seperti kejadian hari kemarin aku masih hafal detail tentang pertemuan tak diduga itu, ah memang mungkin saat itu Tuhan sedang merencanakan sesuatu.
Malam ini sangat sepi, sepi sekali, teriakanku pun bahkan tak terdengar sama sekali, cuaca dingin, hujan sudah turun sejak tadi pagi, orang-orang sibuk memilih kampung halaman sebagai tempat kembali, sekolah sudah libur, penghuni asrama pun sudah tak tersisa, dan hanya ada aku serta 3 orang teman seperjuanganku disini, hanya kami berempat saja di asrama yang gelap dan sepi. Kami berusaha membuat gaduh, keramaian yang tanpa tujuan, aku sibuk mencuci pakaian dan piring-piring kotor, ketiganya sibuk dengan menelpon rumah, bermain gadget, memasak untuk sahur, kami berusaha membuat ramai tapi rupanya sunyi tak bisa ditolak.
Bagaimana denganmu disana?
Ini kali pertama aku habiskan libur ramadhan sampai idul fitri tidak pulang, tidak bertemu orang-orang terkasih, tidak bisa mencium maaf ibu dan para tetua keluarga, tidak mendapat thr dari tetua, tidak bisa merasai lezatnya masakan ibu, aku jadi merasa malam ini mulai menyakitkan, dan besok, lusa sampai hari seterusnya kesakitan dan menahan rindu harus kurasai sendirian.
Hey, kau yang kusebut dalam diam do’aku, suatu hari mungkin kita akan merasakan hal seperti ini, jauh dari keluarga, idul fitri tidak bisa berjumpa, mungkin saja, mislanya bila sudah berkeluarga, bila darurat pekerjaan dan bila-bila yang lain yang mungkin datang tidak diduga, tak bisa ditolak, seperti pertemuan kita yang tak bisa kutolak. Aku, kamu atau siapapun mungkin akan merasakan hal yang sama, menikmati malam-malam sendirian, kesunyian yang sulit dihindari lalu merasa hari menjadi menyakitkan setiap waktunya.
Aku masih tidak tahu apa yang akan terjadi esok, apa yang akan kulakukan esok, tapi yang sudah pasti terjadi ramadhan sebentar lagi berakhir, idul fitri tiba, dan yeah seperti itulah, diriku masih saja begini, buruk yang tidak juga lenyap setelah melewati ramadhan, ketaqwaan yang tidak juga bertambah baik setelah berusaha selama ramadhan, aku tidak tahu masih maukah Tuhan memberiku ampunan sementara aku masih menjadi orang yang buruk.
Hey, untukmu yang jauh disana, maaf untuk semua yang sudah kulakukan diketahui atau tak, dirasakan atau tak, sebab waktu setiap detiknya akan membuat kita menjadi pelupa, bahkan lupa dengan dosa..
Selamat malam, semoga kau baik-baik saja. :) 



24 Juli 2014
Pakpayoon, Pathalung.


Selasa, 15 Juli 2014 0 komentar

Aku, masih akan menyebutmu dalam do’a.



Sisa hujan masih membekas di balik kaca mobil, tetiba saja hujan deras menemani perjalanan, aku menatapnya lekat-lekat, setiap kali naik mobil secara refleks aku akan memilih duduk dekat kaca, aku menyukainya sebab memandangi jalanan lewat kaca jendela seperti merangkai kenangan secara detail di tiap sudut jalan, sebab aku akan mengingat seperti apa jalanan yang pernah kulewati pada hari ini, seperti apa langit yang kulihat pada hari ini, detail itu suatu saat akan menjadi rangkaian kenangan yang suatu hari akan kuurai satu persatu setiap kali kata rindu menghinggapi.
Seperti pula hari ini sambil memandangi tetes hujan di kaca, sore yang dingin, duduk di sudut kursi mobil, melewati hijau pepohonan, secara tiba-tiba pula rangkaian kenangan di masa dulu kuurai satu persatu, duduk di jendela kamar, diluar hujan deras tak juga henti, sembari menahan gigil, kutatap lekat-lekat tetes hujan yang cepat, kutulis namaku di kaca, lalu secara refleks pula kutulis namamu di kaca ada nama kita dibalik tetes hujan di jendela kamarku, aku tersenyum sendiri, kuhapus kembali nama kita, sambil masih duduk dekat jendela, kutulis lagi namamu, hanya namamu saja dan kulingkari. Sore yang gigil itu lirih bisikku pada Dia, merafal do’a dan harap yang kusebut diam-diam.
Aku mengingat itu, aku tersenyum lagi hari ini mengingatnya, betapa bodohnya aku saat itu, hampir saja kuulangi, menuliskan namamu di kaca mobil, tapi tiba-tiba saja pesan masuk itu kuhafal kuat dalam benak.
Tidak semua yang diinginkan akan diperoleh kan?
Semoga Tuhan tidak pernah bosan mendengar do’a dan pinta dari orang-orang berdosa, sepertiku.
Aku, masih akan menyebutmu dalam do’aku....





15 july 2014

Pakpayoon, Phattalung. 
Rabu, 09 Juli 2014 0 komentar

Dear : Lelaki yang 10 tahun tak bertemu (My Lovely Young Brother)


Akhir-akhir ini aku jadi lebih sering ingat pulang, membayangkan pulang, bertemu keluarga, teman-teman yang setahun ini tak bertemu. Yeah, hanya satu tahun saja. Bagaimana dengan orang yang sudah 10 tahun tak bertemu?
Aku adalah anak pertama, punya adik laki-laki yang sudah 10 tahun tak bertemu, bagaimana perasaanmu? Kami memang sudah selama itu tak bertemu, saat usianya sangat kecil, sekitar SD dia sudah pergi merantau bersama paman dan bibiku, merantau ke wilayah timur, tinggal disana, sekolah, besar disana sampai akhirnya tak pernah pulang. Pernah satu kesempatan dia pulang pasca lulus SMP, tapi sayang saat itu aku sedang ujian di kampus, semua keluarga sudah bertemu dengannya, sedangkan aku?
Kami hanya berbicara satu sama lain melalui sms, telpon, facebook, yah hanya sebatas itu saja, saling bertukar kabar, bercerita sekolah dan teman-teman, juga saling mendo’akan untuk kesuksesan bersama, yah hanya sebatas itu saja.
Sejujurnya aku sangat merindukannya, aku membayangkan bagaimana nanti kami bertemu? Kapan kami bisa bertemu? Dan aku tidak tahu reaksi seperti apa yang terjadi saat kami sudah bertemu?
Aku bahkan tidak tahu sudah setinggi apa dia sekarang, walaupun melihatnya lewat foto kalau tidak langsung tetap saja berbeda, yang jelas saat ini dia sudah lebih tinggi dariku, sudah menjadi laki-laki remaja yang mulai memperhatikan diri dan penampilan, sudah berbicara tentang lawan jenis, yang kami bicarakan pun terkadang bahasan yang intelektual (ya semacam pelajaran, hahaha), aku sadar saat ini dia sudah tumbuh besar bukan adik kecilku yang cengeng dan menangis minta ikut supercamp ke bandung saat kecil, hihi..
Aku ingin sekali suatu saat pergi bersamanya, membelikannya baju, memilihkannya ukuran yang pas, warna yang pas, membelikannya sepatu, dan kami pergi makan siang bersama, nonton bioskop bersama, lalu kami saling bertukar cerita, aku berharap suatu saat bisa melakukan itu sebelum perempuan lain yang melakukannya.
Tahun ini dia sudah lulus SMA, itu artinya dia akan kuliah dan masuk universitas, dan dia akan tumbuh jadi laki-laki dewasa perlahan-lahan, ah bahkan aku masih belum bisa bertemu dengannya.
Dek, kalau dede baca ini teteh janji setelah pulang dari negri antah barantah ini, kita harus bertemu, dan keinginan-keinginan pergi bersama, membelikanmu baju, memilihkan ukuran yang pas, hal-hal semacam itu teteh janji akan melakukannya, tolong ingat janji ini yah, dan apapun yang saat ini dede rasain, entah rindu atau tidak, tapi jujur teteh rindu banget pengen ketemu...
Miss you my lovely young brother....
Semoga sehat dan dimudahkan selalu, dan semoga jadi kuliah di jawa, J
insyaAllah Allah akan selalu memudahkan hambanya yang ingin menuntut ilmu, jangan takut dan jangan khawatir.




09 Juli 2014

Pakpayoon, Pathalung. 
Jumat, 04 Juli 2014 0 komentar

Bertemu Jodoh


Seorang teman pernah bertanya di sela-sela diskusi panjang tentang pilpres dan surat-suratan para pendukung, entah angin darimana tiba-tiba saja ia memulai pembicaraan yang membuatku mendadak diam.
Eh nay, kalau kamu ketemu jodohmu kamu ingin di situasi seperti apa?
Bola matanya yang besar berkedip satu, entahlah itu jenis ekspresi apa.
Eh, kok mendadak bicara itu toh, ayolah kita bahas lagi soal dolly, jadi kamu mau daftar gak ke dolly? #ups
Nay, sukanya deh mengalihkan topik.
Wajahnya sedikit ditekuk.
Lagian orang bicara apa tiba-tiba bahas soal jodoh, alayaaaah.
Mendadak nada suaraku berubah mengikuti seorang murid bernama laila, di akhir kata pasti ia akan mengatakan “alayaah”, entah itu artinya apa, aku belum sempat menanyakannya. Tapi itu semacam ekspresi sebal-sebal bohong, hahaha. Sebal tapi Cuma becanda.
Udah nay, dijawab aja.
Rupanya penasaran sekali ini orang sampai memaksa-maksa.
Oke, oke, maksudnya bertemu dalam situasi apa itu gimana, coba jelasin dulu.
Aku mulai merespon pertanyaan anehnya.
Gini loh, misalnya senior kita kan ada yang bertemu jodohnya pas ikut kajian ramadhan, mereka sama-sama peserta dan bertemulah, saling suka lalu sekarang sudah menikah, ada juga yang pas di warung makan, pertama lihat langsung suka, ta’aruf dan langsung ngajak nikah walaupun yang ini agak ekstrem si, la wong belum kenal kok langsung ngajak nikah.
Jelasnya bersemangat. Dasar orang ini jelasin sampai berapi-api, lupa apa yah lagi puasa, paling habis ini bilang haus, hahaha.
Em, emang beneran po mereka langsung nikah setelah bertemu pertama kali itu?
Tanyaku penasaran.
Iyah, langsung ngajak nikah, yah memang itulah jodoh nay, baru lihat pertama entah sebab apa kamu merasa yakin sekali pada dia.
Senyum merona di pipinya terpancar, aku tahu pasti dia sedang membayangkan sesuatu.
Jadi walaupun kita tidak kenal siapa dia, tapi entah kenapa melihat pertamakalinya kita merasa yakin menyukai dia dan ingin menikah dengannya, itulah jodoh, gitu maksudmu.
Tanyaku masih belum puas.
Katanya si gitu, ya aku juga belum tahu. 
Jawabannya mulai terlihat ragu-ragu.
Tapi bukan itu yang pengen aku tahu, tadi kan aku tanya kamu pengen ketemu jodohmu dalam situasi yang gimana? Kalau aku pengen banget ketemu pas aku lagi di toko komik, atau pas aku lagi ikut seminar, talkshow gitu, setidaknya terlihat dari kepribadinnya dia suka komik, atau dia suka belajar dan mencari ilmu, pasti orang pinter.
Masih penuh semangat ia menjelaskan.
Aku?
Aku mulai merangkai inginku.
Aku ingin bertemu dengannya di tengah hujan, tidak terlalu deras, bukan juga gerimis, ya semacam hujan tapi yang sedang-sedang saja, anginnya tidak kencang, tidak banyak becek di jalan, hujan yang biasa saja, aku dengan penampilanku yang biasa saja, dia juga, sangat biasa saja, aku menunggu hujan berhenti, dia pun begitu, kami sama-sama tak membawa payung, dan hanya berteduh di depan toko. Lalu ketika melihat toko tempat kami berteduh rupanya kami sadar ternyata itu toko buku, lalu kami masuk ke dalamnya, kami sibuk melihat-lihat buku, sebab hobby kami sama suka buku, mengoleksi dan membacanya, dan pada satu titik kami bertemu pada satu rak yang sama, rak novel. Lalu mata kami bertemu, dia seorang yang biasa saja tapi entah kenapa terlihat sangat hebat, sebab dimataku orang yang suka membaca adalah orang yang hebat, kelopak matanya hitam, mungkin sebab ia sering membaca dan sedikit tidur, alisnya menaik seperti orang yang sedang menantang, mungkin menantang seberapa banyak bisa membaca, tatapannya tajam, sangat tajam, pertama kali mata kami bertemu di bola matanya tak ada satupun yang bisa kubaca, seorang yang susah ditebak, tapi rupanya ia amat ramah sebab ia memulai pembicaraan.
Lagi cari novel apa?
Suaranya, cukup jantan, seperti umumnya suara lelaki yang memiliki jakun, terdengar jantan dan betul-betul lelaki.
Aku yang memang dasarnya malu pada orang baru tentu saja hanya membalas dengan senyuman.
Saya juga suka novel, saya suka novel ini, bagus ceritanya. Bukan sekedar novel.
Ia melanjutkan bicara sambil memberiku satu buah buku yang menurutnya bagus.
Sifat dasar maluku mendadak hilang, sebab pembicaraan mulai spesifik, tentu saja karakterku bila sudah bertemu orang yang klop untuk membahas sesuatu tersebab samanya yang disuka, yang dibaca atau yang ditonton, aku menjadi lupa diri.
Ah ini, aku juga punya novel ini, tapi belum selesai kubaca, sebab butuh waktu panjang, harus sambil berpikir.
Jawabku bersemangat.
Novel berjudul dunia sophie menjadi awal pembicaraan.
Pembicaraan berlanjut, hujan masih saja belum berhenti, ia mulai bercerita mengenai novel apa saja yang ia baca, yang ia suka, genre apa, aku memang paling suka mendengarkan, dan aku jadi tahu satu hal, orang yang baru kukenal ini senang membagi ilmunya. Gantian aku yang bercerita novel apa yang kusuka, dan ternyata tak banyak yang berbeda soal genre apa yang kami baca, beberapa penulis buku pun sama-sama kami suka.
Yeah, aku ingin bertemu jodohku dengan situasi seperti itu.
Rupanya sejak tadi ia tertidur, aku yakin ia tak mendengar sedikitpun jawabanku, besok besok kalau ditanya lagi aku malas menjawab.
Dengkurnya terdengar keras, bertemu jodoh, aku jadi teringat akan seseorang, yang saat pertama kali melihatnya tanpa ragu, amat yakin aku merasa dialah, yah dialah. Tapi entahlah, itu memang baru katanya, qila wa qola kan tidak pernah pasti.


5 Juli 2014

Pakpayoon, Phathalung. 
Rabu, 02 Juli 2014 0 komentar

Koneksi lemah


Kau tak boleh merindukanku.
Katamu di malam yang tiba-tiba berubah jadi mencekam, sebab suaramu tiba-tiba saja berubah jadi lebih berat dan tawa yang khas itu tak kudengar sedikitpun. Aku menjadi takut sebab situasi seperti ini aku tahu, kau ingin mengatakan sesuatu hal yang serius.
di ujung telepon aku hanya diam, sebab aku tak tahu jawaban jenis apa yang layak atau pertanyaan macam apa yang pantas kulontarkan. Kurasa diam menjadi jawaban.
Kenapa jadi diam?
Aku ingin sekali berpura-pura tak mendengar ucapanmu tadi, lalu kujawab eh kau bilang apa tadi, sinyalnya buruk aku tak dengar, atau aku bilang suaramu kecil sekali disini sangat berisik, kau bilang apa barusan. Tapi aku tak bisa, sebab aku tahu kau tak suka aku berbohong.
Mengapa aku tak boleh merindukanmu keluhku dalam hati, bukankah ini hak siapapun, entah kau milikku atau bukan, sebab rasa tak ada seorang pun yang berhak menolak atau menghindarinya, ini hakku, terserah kau suka atau tidak, pokoknya aku ingin merindukanmu, pokoknya jika aku merindukanmu itu hakku, titik.
Yeah, aku hanya berani mengeluarkan desahku dalam hati, sementara suaraku masih saja tak terdengar olehmu di ujung sana, sebab aku memang hanya diam, meski wajahku mendadak berubah merah marah dan bibirku manyun, kau pun tak akan tahu.
Hei, halo apa masih ada orang disana?
Suaramu terdengar jelas di telingaku, aku tahu, aku bisa merasakannya, rupanya kau menjadi kesal sebab diamku.
Fa, kau memang tak boleh merindukanku sebab mulai besok, lusa dan seterusnya aku akan selalu disisimu sehingga tak mungkin lagi ada celah untukmu merindukanku.
Sayang sekali, saat kata-kata itu keluar, rupanya sinyal tak mendukung, koneksi lemah, dan alhasil si gadis tak mendengar apapun.
Di ujung telepon yang mendadak mati tanpa diketahui...
Si gadis menjadi salah paham, wajahnya masih saja ditekuk, bibirnya masih manyun kesal, kenapa si dia, kenapa coba harus bilang seperti itu, melarang-larang aku, huft.
Si laki-laki yang memang sengaja ingin membuat ulah dan iseng tersenyum-senyum sendiri, ah pasti dia salah paham, biarlah, biar saja, tawa jahatnya memenuhi kamar kost sempitnya.



#dampak jual saham m3.



02 Juli 2014
Pakpayoon, Pathalung.



Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;