Selasa, 10 Juli 2012 0 komentar

Biografi Ibnu Taimiyah dan Hamka



PEMBAHASAN
a.                   Biografi buya Hamka
Nama lengkap dari Prof. Dr. H. Hamka adalah Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah bin Abdullah bin Soleh, atau yang dikenal dengan panggilan Buya Hamka. Buya Hamka dilahirkan di sebuah perkampungan yang bernama Sungai Batang dekat Danau Maninjau Sumatra Barat.
Dia dilahirkan pada tanggal 17 Februari 1908 yang bertepatan dengan tanggal 14 Muharam 1326 H. Buya Hamka adalah anak seorang ulama yang terkemuka dan terkenal yaitu Dr. Haji Karim alias Haji Rasul , pembawa faham pembaharu Islam di daerah Minangkabau.
Buya Hamka adalah seorang pujangga, ulama, pengarang, dan politikus.Dia banyak mengubah syair dan sajak, menulis karya sastra, mengarang buku-buku bernafaskan keagamaan.Dia menjadi tempat bertanya dan rujukan berbagai masalah keagamaan.Ia pernah menjadi anggota Dewan Konstituante (dari partai Masyumi) setelah pemilu tahun 1955.
Buya Hamka belajar didesanya selama tiga tahun, ia lalu melanjutkan pendidikannya kira-kira tiga tahun pula di sekolah agama di Padang Panjang dan Parabek. Karena bakat dan otodidaknya yang kuat, ia dapat mencapai ketenaran dalam berbagaibidang. Bakatnya dalam bidang bahasa menyebabakan ia dengan cepat dapatmenguasai bahasa Arab sehingga ia mampu membaca secara luas termasuk berbagai terjemahan dari tulisan-tulisan Barat.
Bakat tulis-menulis tampaknya memang telah dibawanya sejak kecil, yang diwarisinya dari ayahnya, yang selain takoh ulamajugapenulis,terutama dalam majalah al-Munir. Pada usia tujuh belas tahun, sekitar tahun 1925. Dia telah menerbitkan bukunya yang pertama Khatibul Ummah, yang berarti Khatib dan Umat. Kisah perjalanan naik haji ke tanah suci ditulisnya dalam surat kabar Pelita Andalas. Tahun 1928, ia menerbitkan majalah Kemajuan Zaman dan pada tahun 1932 ia terbitkan pula majalah al-Mahdi. Kedua majalah tersebut bercorak kesusastraan dan keagamaan.Pada tahun 1936-1943 Hamka menjadi ketua redaksi majalah Pedoman Masyarakat di Medan, sebuah majalah yang pernah mencapai oplag tertinggi sebelum perang dunia kedua. Pada tahun 1959, ia menerbitkan majalah Panji Masyarakat.
Pada tahun 1960 dilarang terbit karena menentang politik Soekarno. Bahkan ia sendiri ditangkap dan semua buku-bukunya pun dilarang beredar. Selama meringkuk dalam tahanan berbagai macam siksaan yang ditimpakan kepadanya, lebih–lebih siksaan yang bersifat mental. Berkat pertolongan dan perlindungan dari Allah Swt semua siksaan dan penderitaan selama berada dalam tahanan itu juga ada hikmahnya bagi dia. Dimana dia dapat mengarang sebuah kitab Tafsir al–Qur’an yang beliau beri nama “ Kitab Tafsir al – Azhar “ dan sekaligus merupakan sumbangannya yang terbesar bagi umat manusia. Dimana dia berkata: “ Sebaiknya sayalah yang mengucapkan terima kasih kepada yang menahan saya, karena selama dua tahun dalam tahanan dan di rumah sakit persahabatan, saya telah berhasil mengarang Tafsir al–Qur’an yang tidak dapat saya selesaikan dalam tempo 20 tahun diluar tahanan“. Setelah keluar dari tahanan dia lebih banyak mencurahkan dan menyisihkan waktu dalam soal agama saja, seperti memberi kuliah subuh, ceramah melalui RRI, TVRI dan membina Masjid Agung al–Azhar sebagai imam besar.Pada tahun 1967 dia direabiliter oleh presiden Suharto dan larangan menyebarkan buku–buku karangannnya dicabut kembali sedangkan dalam organisasi Muhammadiyah sejak tahun 1971.dia ditetapkan menjadi penasehat pimpinan pusat Muhammadiyah sampai akhir hayat. Berkat ilmu pengetahuan yang di dapati dengan cara belajar sendiri, maka pada tanggal 8 Juni 1974 Buya Hamka mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Melaysia Kuala Lumpur.
Pada bulan Juni 1975 berdirilah MUI dan Buya Hamka terpilih menjadi ketua pertama sampai tahun 1981 dia meletakkan jabatan setelah heboh soal fatwa mengenai kehadiran umatIslamdalamperayaanNatal.
Di samping terkenal sebagai ulama besar, dia juga terkenal sebagai pengarang yang sangat produkif hampir seluruh waktunya dicurahkan pada dunia tulis–menulis.
Di dunia tulis–menulis ia rintis pada usia yang relatif muda yaitu pada usia 17 tahun. Dia sudah berhasil mengarang sebuah buku, satu keistimewaan dia dalam menulis, dimana hasil karya–karyanya enak dibaca karena didalamnya disertai bahasa yang indah dan menawan setiap pembaca.Disamping itu juga mudah pula dipahami maksud isinya. Inilah salah satu faktor yang menyebabakan pembaca buku– buku Buya Hamka tidak bosan, banyak sekali buku–buku yang dia karang meliputi berbagai ilmu antara lain: sejarah, filsafat, tasawuf , fiqih, roman dan lainnya.
Hamka telah mengarang buku kurang lebih sebanyak 150 buah buku sebagaimana yang tertera didalam buku perjalan terakhirnya disebutkan: “Dari semenjak menciptakan buku “ Khatibul Ummah “ yang merupakan buku agama pertama dibuatnya dengan menggunakan bahasa arab sampai pada buku yang paling besar dan terakhir ialah : “ Tafsir al–Qur’anul Karim al–Azhar “ tidak kurang 113 buku sedangkan buku–buku lainnya dari sejak “ Tengelamnya Kapal Van Der Wijcknya dan Dibawah Lindungan Ka’bah “ roman yang bernafaskan agama Islam sampai pada politik, filsafat, yang telah dimuatnya mencapai 150 buku. [1]

b.                  Biografi Ibnu Taimiyah[2]
Taqiyuddin Ahmad Ibnu Taimiyah dilahirkan pada tahun 661 H (1263 M) di harran, Syiria. Dari kalangan yang terdiri dari cerdik pandai dan theolog terkenal. Ibnu Taimiyah baru berusia tujuh tahun ketika harran diserang oleh pasukan mongol, beserta kedua orangtuanya ia terpaksa mengungsi ke Damaskus. Karena kepanikan yang melanda syiria selatan tersebut mereka sangat banyak mengalami kesulitan di pengungsian. Peristiwa tragis ini sangat membekas di dalam hati ahmad yang masih muda dan sensitif, dan tak dapat dilupakannya. Semakin bertambah usianya semakin besar kebenciannya kepada orang-orang mongol.
Ibnu Taimiyah merupakan tokoh pemersatu pasukan tempur yang besar untuk memerangi orang-orang mongol walaupun orang-orang mongol ini telah memeluk agama Islam. Sedemikian banyak kejahatan dan kelaliman mereka yang telah disaksikannya sehingga ia berpendapat bahwa walaupun orang-orang mongol tersebut menganut Islam, pada dasarnya mereka tetap pemberontak dan memerangi mereka merupakan sebuah kewajiban agamawi.
Sebenarnya Taimiyah adalah nama keluarga, namun tidak diketahui apakah keluarga tersebut berasal dari arab atau bukan. Mungkin sekali mereka adalah orang-orang kurdi. Orang-orang kurdi terkenal dengan kegagahberanian, kekerasan, integritas moral yang tinggi dan kecerdasannya. Kualitas-kualitas ini tampak jelas di dalam pribadi taimiyah walaupun ia dibesarkan di dalam lingkungan para cerdik-pandai yang tenang. Sudah tentu Ibnu Taimiyah berkenalan dengan orang-orang kurdi yang pada abad keenam dan ketujuh hijriyah tampil sebagai pembela Islam dan kaum muslimin, serta paling banyak menderita karena serangan-serangan pasukan kristen. Sesungguhnya orang-orang kurdi inilah yang telah meruntuhkan kejayaan penakluk-penakluk kristen dan merambah jalan bagi raja-raja mamluk mesir untuk memukul mundur pejuang-pejuang kristen ke eropa.
Karena orangtua dan sanak keluarganya menetap di damaskus maka disitu pulalah Ibnu Taimiyah mendapatkan pendidikannya. Ayahnya, Syihabuddin adalah seorang guru hadits dan pengkhutbah yang terkenal di masjid besar damaskus. Di samping itu, pamannya, Fakhruddin, adalah cendikiawan dan penulis yang termasyhur. Oleh karena itulah Taqiyyudin bin Taimiyah memperoleh pendidikan di sekolah ayahnya sendiri dan lingkungan keluarganya sendiri yang secar turun temurun merupakan tokoh-tokoh cerdik-pandai. Ia juga belajar dari para cendikiawan terkemuka di damaskus pada masa itu. Studi-studinya tidak hanya terbatas pada al Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Ia juga mempelajari dan menjadi ahli di bidang Matematika, Sejarah, dan Kesustraan. Secara khusus ia mempelajari huku dari mazhab hambali dimana ayahnya merupakan tokoh yang penting.
Pada masa itu dunia Islam sedang mengalami kemunduran. Di sebelah timur kaum muslimin dikalahkan oleh pasukan mongol, dan di sebelah barat mereka terusir dari spanyol. Para cerdikpandai yang berada di negeri-negeri tersebut mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman. Kebanyakan di antara mereka pergi ke Cairo dan Damaskus, yang pada masa itu merupakan pusat kebudayaan dan tempat yang paling aman. Kedua orangtua dan sanak keluarganya telah mengungsi ke damaskus.
Cabang ilmu pengetahuan terpenting yang ditekuni Ibnu Taimiyah adalah theologi. Ada eberapa alasan historis mengapa ia memilih theologi. Orang-orang Ayyubiyah yang berkuasa di Syiria dan mesir sebelum Ibnu Taimiyah tampil adalah pendukung-pendukung paham Asy’ari yang fanatik.
Ibnu Taimiyah baru saja menyelesaikan pendidikannya pada waktu ayahnya meninggal dunia pada tahun 682 H (1283 M). Ketika ia baru berusia dua puluh satu tahun. Setahun kemudian jabatan mahaguru di bidang hadits yang dipegang oleh ayahnya di berbagai madrasah terkemuka di kota damaskus diserahkan kepadanya. Dalam waktu singkat namanya menjadi termahsyur melebihi ahli-ahli hadits lain yang terkemuka pada masa itu, seperti Ibnu Daqiq al-Id, Kamaludin al Zimlikani dan Syamsuddin al Dzahabi. Kemudian ia mulai mengajar dan berkhutbah di masjid besar Umayyah dan pendengar-pendengarnya yang terdiri dari para siswa, sahabat, penganut mazhab-mazhab lain, pendukung, dan penentangnya kian hari kian bertambah. Nama Ibnu Taimiyah sering disebut-sebut dan dihormati di dalam lingkungan intelektual baik di dalam daerah kekuasaan raja mamluk maupun di luarnya. Kuliah-kuliahnya mencakup semua subyek di dalam pengetahuan Islam, namun semuanya mempunyai tema yang sama yaitu menghidupkan kembali semangat Nabi beserta sahabt-sahabatnya sewaktu Islam masih murni dan belum dicampuri oleh ide-ide asing dan bid’ah, karena yakin bahwa pendapatnya sesuai dengan ide-ide praktek Islam yang murni, maka pendapatnya itu dipertahankannya dengan segala pemikiran logis dan argumentasi-argumentasi kuat berdasarkan pengetahuannya yang luas dan mendalam mengenai al Qur’an, Sunnah, Sejarah, dan cabang ilmu pengetahuan yang lain, dan diungkapkan dengan bahasa yang sangat meyakinkan.
Kehidupan politik negara pada masa itu secara garis besarnya dikendalikan oleh bangsawan-bangsawan mamluk turki, sementara pemerintahan sipil khususnya di bidang yudikatif, dipegang oleh orang-orang arab. Sebagai sebuah kelas yang tersendiri, ahli-ahli hukum memiliki kekuasaan yang sangat besar, mengawasi pemerintahan sehari-hari, secara efektif sekali dapat mengatur kehidupan beragama rakyat.
Awal mula permusuhan terhadap Ibnu Taimiyah adalah tahun 698 H. Ketika orang-orang hamah meminta pendapat mengenai sifat-sifat Allah yang disebutkan di dalam al Qur’an. Ibnu Taimiyah memberikan jawaban dalam bentuk risalah yang berjudul ar-risalah al-hamawiyah. Risalah inilah yang mencetuskan tantangan para Fuqaha’ yang diketuai oleh Qadhi Jalaludin dari mazhab hanafi di Damaskus. Ibnu Taimiyah dihadapkan kepada para hakim dan ahli hukum untuk mempertanggungjawabkan pandangannya di dalam risalah itu. Maka terjadilah perdebatan sengit yang akhirnya dimenangkan oleh Ibnu Taimiyah. Peristiwa ini merupakan awal dari perang polemik yang seru di kemudian hari.
Keberaniannya dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang murni yang dari awal tujuan utamanya adalah membebaskan umat dari bid’ah, kemudian ia berbicara tidak hanya melalui khutbah dan pengajaran di madrasah, tapi melalui tulisan. Karena tulisan-tulisan itulah awal dari ia dipenjarakan. Ia tidak pernah menyesali dan menarik kembali kata-katanya tetapi hukuman itu diterimanya dengan tabah dan gembira. Sekalipun di dalam penjara ia terus menerus menulis, karena ia tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya dengan bermalas-malasan.
Ibnu Taimiyah meninggal dunia di dalam penjara pada tahun 728 H (1328 M).


[1]Taufiq Ismail, Arif Rachman, Afif Hamka, Wan Anwar, Ali Audah, “100 Tahun Hamka,” Horison, No 9, 2008. Hal 5.

[2] Khan, Qamaruddin, Pemikiran politik Ibnu Taimiyah, Bandung : Penerbit Pustaka, 1995 M. Hal 10-30.
1 komentar

Perjalanan masa depan


28 Juni 2011

Selamat malam aira,
Sudah hampir setahun aku tak menyapamu, berkeluh kesah tentang malam  dan bagaimana bulan masih terang disaat pagi menjelang, entah apa yang membawaku sampai pada titik ini, menyapamu kembali seperti waktu dulu, berkirim surat rindu dan menyapa malammu dengan penuh sukacita. 

Ketika kau memutuskan untuk pergi, aku berpura-pura ikut bahagia, melihatmu tersenyum bangga bukankah bagian dari hidupku? Maka tak ada alasan aku harus menghalangimu. 

Mimpimu adalah bagian dari mimpiku, mimpi kita. Aku berjanji apapun yang bisa kulakukan akan kulakukan untuk wujudkan kebahagiaanmu, maka ketika kau katakan akan pergi, alasan apa yang bisa kukatakan untuk mencegahmu, kau bilang hanya sebentar tapi setahun sudah terlewati dan bahkan kau tak memberi kabar sedikitpun, kau pasti sudah lupa, lupa dengan cerita kita, lupa denganku, seseorang yang senang bisa melihatmu tersenyum. 

Aira,
Apa kau masih dengan senyummu yang seindah pelangi,  yang bisa membuat redup seluruh isi bumi, apa kau masih suka menulis dan mengarang lagu? Apa makanan kesukaanmu masih sambal dan ikan teri?
Aira, apa kulitmu masih seperti mentari di pagi hari, apa kau masih sering terlambat bangun dan telat ke kampus? Dan apa kau masih suka nonton film kartun kesukaanmu?
Aira, aku bahkan tak bisa lagi mendefinisikan semuanya. Wajahmu, tubuhmu, suaramu, senyummu, jalanmu, aku tak bisa mendefinisikan lagi semuanya.
Aira,
Malamku menjadi dingin, sepi tak beremosi, ia hening dan tak berpenghuni, sinar bulan pun semakin hari semakin redup tak berenergi, hujan sesekali turun tapi tak pernah nampak pelangi, langit biru tak pernah kulihat lagi, semua terasa sepi dan gelap.
Sudah berkali-kali kukirim surat tapi pada akhirnya akan terkirim lagi ke rumahku, kuhubungi nomor Hpmu, operator selalu bilang nomormu tidak aktif lagi, kucari-cari namamu di internet siapa tahu kau sesekali bermain di facebook, tweeter, atau emailmu, tapi nihil, kau tetap tak ada.
Aira,
Hari ini adalah hari dimana kau dan aku pertamakali bertemu, saat mata kita beradu, senyummu yang hangat itu menyapaku, dan akhirnya kita menjadi satu.... kita berjanji mewujudkan mimpi kita bersama...
Aira, selamat ulang tahun pertemuan kita yang ke-20.




Petra

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;