Terkadang kita terlalu
sering melupakan, menganggap remeh dan tidak mensyukuri tiap hal yang terjadi
dalam hidup kita, yah sering melupakan bahwa jawaban itu ada di sekitar kita
juga. Seperti malam ini. Seorang teman bercerita padaku, ah lagi-lagi aku
selalu menjadi pendengar, bagaimanapun aku memang suka orang lain memberikan
kepercayaan mereka padaku, walaupun sejauh ini aku tak bisa memberikan solusi
yang baik untuk mereka, tapi aku tahu mereka pasti sedikit lega dengan beban
yang mereka tanggung.
Nay, mas
pengen cerita.
Lalu mengalirlah cerita
menjadi anak sungai yang cukup panjang dan dalam, lagi-lagi soal hati dan
perasaan, ah kenapa harus melulu soal itu si, sebab masalahku pun demikian
sama.
Seseorang yang kupanggil mas
ini bercerita soal perjodohannya yang batal, dan ah dia ingin move on mencari
calon istri lain yang sekiranya bisa diajak nikah dalam waktu secepat ini,
begitu mudahnya berpindah hati pikirku. Tapi sebelum jauh pikiran burukku
berkembang menjadi virus negatif dia sudah menyanggah lebih dulu, dia bilang bukan
mudah move on tapi dia tak ingin terus menerus berada dalam kondisi yang
terpuruk sementara dia ingin segera menikah.
Bagaimana mungkin aku bisa
memberikan jawaban dengan seseorang yang ingin move on mencari sosok lain
sementara aku saja sampai hari ini masih terpuruk dalam sangkar harapan kosong
yang menyedihkan.
Bukan mas
cepat move on nay, tapi mas gak mau mikirin hal-hal yang tidak mungkin lagi
dipikirkan, mas gak mau terpuruk, mas gak ingin berharap sendirian.
Jleb. Ah tidak kata-katanya
benar-benar membunuhku perlahan, begitu menusuk sekali sampai aku lupa
bagaimana rasa sakitnya.
Mungkin inilah cara Tuhan
memberikanku pelajaran, jangan membuat harapan kosong sendiri di langit biru,
di tetes hujan yang membasahi jendela atau di jalanan lengang.
Selalu ada hikmah, ada
jawaban...
Tuhan, haruskah aku juga
membuka hatiku?
23 September 2014
Pakpayoon.
0 komentar:
Posting Komentar