Malam ini jalanan ramai,
malam yang tak biasa kulewati, lampu-lampu gemerlap, cahaya bulan mulai nampak,
di sudut-sudut jalan orang tertawa bersahutan, sepertinya malam ini menjadi
malam bahagia untuk mereka.
Sayangnya, di tengah gelak
tawa yang tiba-tiba terdengar pekik ditelinga, ada seseorang yang menikmati
hidupnya sendirian, menikmati malam yang tenggelam dengan kesenangan ini
sendirian, ia berjalan gontai, lelah dan merasakan kekecewaan yang mendalam.
Ada perasaan bersalah dan
sedih menyelimutinya,
Mengapa aku
cepat sekali merasa sedih, kecewa ?
Mengapa
sisi kewanitaanku begitu kuat?
Sambil menunggu lampu merah
berhenti, pikirannya melayang ke alam lain. Pikirannya meracau entah kemana, rasa
kecewa itu timbul tenggelam menyelimuti. Ada detak-detak cepat yang bergemuruh
di dadanya, entah kenapa ia merasa begitu menjadi wanita untuk di kesekian
kalinya.
Terkadang ia ingin juga
memiliki sisi maskulin yang bisa mengimbangi betapa rapuh dan sensitif
perasaannya, ah sedikit saja ia dikerasi, sedikit saja ia diabaikan, sedikit
saja ia tak diperdulikan, saat itu juga ia akan merasakan kecewa yang amat.
Tidak bisakah
aku menganggap bahwa ini biasa saja, tidak bisakah hal semacam ini kulupakan
begitu saja dan aku bisa easy going tentunya, menikmati hidup dengan dua sisi
yang berimbang, feminin dan maskulin ?.
Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini untuk kesekian kalinya muncul, dan lagi-lagi ia hanya bisa
bertanya, dan tak pernah menemukan jawabannya.
Pada saat ia semakin
terperosok dalam bawah sadarnya, ada bisikan yang ia amat kenali suaranya.
Duhai makhluk
Tuhan yang mulia, betapa Tuhan menciptakanMu dengan paling sempurnanya ciptaan,
pada saat malaikat sibuk bertanya mengapa Tuhan menciptakan makhluk yang
demikian lemah tapi bisa begitu kuat, yang bisa menenangkan dan memberi
kesejukan yang melihat, Tuhan terus saja menciptakanmu, ia sadar betul akan
menjadi seperti apa kelak ciptaannya ini.
Airmata yang
oranglain anggap sebuah kelemahan, justru Tuhan ciptakan sebagai wujud dari
tumpahan rasa senangnya, rasa sedihnya, rasa bangganya, dan menjadi sebuah kekuatan
khusus untuknya, dimana ia bisa mengekspresikan semua perasaanya melalui
airmata.
Maka menangislah
diam-diam, simpan airmata itu sebagai kekuatanmu.
Bisikan itu semakin kuat
menahanku untuk berhenti, jalanan semakin ramai, kendaraan tak mau berhenti
untuk memberiku ruang lewat sesaat saja, ah betapa malam ini aku sadar betul mengapa
begitu sensitifnya diriku, mengapa begitu kuat sisi femininku. Malam minggu
itu, kupercepat langkahku, aku ingin cepat sampai dan mengatakan pada teman
baikku, bahwa aku perempuan yang kuat..
Suronatan, 02 November
2013..
20.30