Mahasiswa adalah penerus persyarikatan.
Statement diatas menjadi dasar bagi setiap perguruan tinggi Muhammadiyah
untuk menyiapkan kader-kader mahasiswanya yang intelektual, berpikiran maju,
dan berideologi yang kuat untuk meneruskan perjuangan persyarikatan Muhammadiyah.
Maka dibentuklah ortom Muhammadiyah yang bisa menampung mahasiswa dalam wadah
yang tepat, yaitu ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
IMM menjadi sarana dakwah sekaligus tempat mengolah diri untuk menyiapkan
kader-kader yang cerdas, intelektual dan berakhlak mulia.
Faktanya, banyak di perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah yang memang
tidak seluruhnya bisa menjadi kader, karena dasar yang dibawa pada awalnya
tidak seluruhnya pula berbasic Muhammadiyah, hanya sebatas simpatisan, atau
pelarian karena tidak diterima di perguruan tinggi negeri. Alasan-alasan inilah
yang menjadi sebab kenapa tidak muncul kader-kader yang diharapkan oleh
persyarikatan.
Contoh kasus saja, dalam IMM pun tidak seluruhnya yang mengelola adalah
orang-orang yang berideologi Muhammadiyah, mereka masuk IMM ada yang terpaksa,
nampang nama, hanya sekedar ingin aktif, sehingga IMM tidak berjalan dalam roda
Muhammadiyah, banyak anak IMM yang kelimpung sana sini, meskipun tidak bisa
dipungkiri bahwa jiwa mahasiswa adalah jiwa pencari, mereka akan terus saja
mencari apapun sampai pada akhirnya mereka menemukan kebenaran yang sesuai dan
cocok untuk mereka yakini, maka tak heran kalau dalam diskusi mahasiswa yang
dibahas adalah seputar ideologi, kepercayaan, keTuhanan, dan kebenaran. Karena
untuk hal-hal seperti itulah mereka merasa dalam keraguan.
Jika IMM saja sudah sedemikian buruk, lalu apa yang bisa diharapkan untuk
meneruskan persyarikatan ini? Mengapa saya menggunakan kata buruk, dalam hal
ini contoh sederhananya, kader IMM shalatnya masih bolong bahkan tidak shalat,
kader IMM tidak mencerminkan akhlak mulia yang diusung dalam visi misinya,
kader IMM masih bergaul bebas dan tidak mengenal norma antara lawan jenis, maka
kader IMM seperti inilah yang dikategorikan sedemikian buruk.
Pengkaderan pertama dalam IMM disebut dengan DAD (Darul Arqam Dasar),
pengkaderan ini tidak bisa semata-mata menjadi tolak ukur untuk mencetak kader
yang baik dalam IMM, maka pengkaderan dalam bentuk personal atau kolektif harus
tetap dijalankan, pengkaderan tidak berhenti sampai di DAD saja, tapi selama
masa kepengurusan dalam IMM harus tetap mengolah dan melatih diri baik diri
sendiri ataupun oranglain untuk selalu melakukan kaderisasi diri yang baik.
Adanya pengkaderan khusus dari pimpinan juga menjadi hal yang baik untuk
memantapkan basic diri menjadi penerus dakwah, karena disaat-saat jiwa
pencarian mahasiswa menjadi sangat kronis bahkan dalam ambang kebingungan yang
daki, maka kontrol khusus dari pimpinan-pimpinan menjadi sangat perlu, selain
sebagai bentuk perhatian pada ortom juga sebagai kontrol sosok bapak pada anak
yang sedang dalam kebingungan mencari kebenaran.
Naelul Fauziah
0 komentar:
Posting Komentar