Kutulis surat ini sesaat
sebelum aku sahur, mataku sudah terjaga jauh sebelum waktu sahur tiba, rasanya
ada sesuatu yang ingin kulakukan, dan akhirnya kutulis surat ini dengan penuh
sukacita..
Ramadhan, ....
Satu hari sebelum kau tiba
perasaanku dilanda berbagai macam rasa, antara rindu yang kian merayu pada ibu,
kewajiban yang harus kutunaikan, rindu pada kampung halaman, rindu pada
sahabat-sahabatku, dan rindu pada seseorang yang telah membiarkan ramadhanku
sendirian.
Malam sebelum kau sampai,
tiba-tiba berubah menjadi malam yang menakutkan, ada kesepian sekaligus
kerinduan yang sudah bertumpuk-tumpuk tak menentu, ada keinginan dan harap yang
tak pernah sampai. Dan pada akhirnya aku harus menerima bahwa sahurku tanpanya
lagi.
Ramadhan,...
Sahur pertamaku sepi, meski
dalam ramai dan bising suara saling bersahutan, aku selalu merasa sahurku sepi,
tanpanya lagi dalam sekian waktu yang telah terjadi.
Ramadhan seperti ini bukan
yang pertama, telah berkali-kali kualami dan tak ada yang berubah, aku selalu
merindunya saat ramadhan dan lebaran menjelang.
Ramadhan, sampaikan salamku
padanya, aku yakin dia pasti baik-baik disana.
Masih terekam jelas di
kepalaku, setiap menjelang ramadhan dan lebaran dia selalu membelikanku petasan
api, kami nyalakan berdua di beranda rumah, aku bahagia bukan kepalang karena
kesukaanku sejak kecil bermain petasan api, dan dia selalu mengerti. Ibu yang
sibuk menyiapkan makan malam, adik laki-lakiku yang masih asyik bermain
mobil-mobilan, dan aku selalu bersamanya, menghabiskan waktu berdua.
Dia selalu berjanji
memberiku hadiah kalau aku bisa tamat berpuasa, dan karena besar inginku dapat
hadiah darinya aku selalu tamat. Dan hadiahnya kau tahu? Ayam panggang satu
porsi dan dibelikan baju baru... hihihi, saat itu seperti menjadi manusia
paling bahagia keinginanku telah sempurna ditunaikan.
Ibu memang tak pernah
menjanjikan apapun tapi ibu pasti memberiku hadiah, entah mainan, baju baru
atau alat tulis. Sejak kecil aku tidak suka bermain boneka seperti anak perempuan
kebanyakan, mainanku layang-layang, petasan api, manjat pohon, tengkar dengan
laki-laki, dan yang paling aku suka bermain masak-masakan. Aku biasa mengambil
banyak daun, jenis rumput dan
bunga-bungaan lalu mereka kumasak dan kusimpan untuk buka puasa, meski itu
hanya mainan aku membuatnya seolah kenyataan dan terbukti sudah hasil suka
masak sejak kecil saat ini aku suka sekali makan, hehe.
Ramadhan,...
Saat kecil aku nakal sekali,
sering bertengkar dengan anak laki-laki, tapi aku selalu kalah dan pada
akhirnya hanya bisa menangis. Pernah suatu kali aku bermain sampai larut
sekali, karena dia tak pernah mengizinkanku bermain diluar berlama-lama,
akhirnya aku kabur dan berbohong mengerjakan tugas sekolah, padahal aku bermain
ke sungai yang cukup jauh dari rumah, aku takut sekali ketika pulang dia
marah-marah padaku, dan aku tak mau berbohong lagi padanya karena salahku juga
lutut kakiku cedera sampai mengeluarkan darah banyak dan aku tak henti-hentinya
menangis. Maafkan aku yah, yah, dulu aku masih nakal. Sekarang sudah tidak lagi
kok.
Ramadhan,..
Saat ini usiaku 21 tahun,
aku berharap di saat usiaku 22, 23 atau 24 dan seterusnya ramadhanku tidak
seperti ini, ramadhanku akan menjadi ramadhan yang tak perlu lagi
kukhawatirkan.
Ramadhanku akan bahagia.. aku yakin.
2 komentar:
Mengesankan..mewek. Haha
dasar,,he
Posting Komentar