Kamis, 09 Mei 2013

Perjalanan Masa Depan (Bersamamu)


Aku tak pernah bosan memandangimu, caramu makan, caramu berjalan, caramu mengambil minuman, semua kutatap lekat-lekat, punggungmu yang kulihat jelas di kaca, aku menyukainya, aku suka memandangi punggung seorang lelaki, karena dengan punggung kokoh itu aku bisa menyandarkan tubuhku, dengan punggung kokoh itu, satu persatu beban akan teratasi, dan aku mendesah kecil dalam hati berharap punggung yang kulihat saat ini, menjadi tempatku bersandar kelak. 
  
Kau serius tidak mau makan, aira? 
 
Pertanyaan yang sudah kau ulangi 3 kali selama 15 menit, sejak awal aku sengaja menyempatkan makan sebelum bertemu denganmu, itu sudah kurencanakan, alasan bodohnya, karena pada saat nanti kau mengajakku makan, aku bisa menolaknya, lalu aku hanya menemanimu dan memandangimu makan, mengingatnya, menatapmu lekat-lekat dekat, cukup itu saja, dan aku menyukainya, aku menyukai apapun darimu.. aku menyukai apapun yang bisa kuingat mengenaimu.

Aira, aku punya sebuah cerita lucu, apa kau mau dengar ? 
 
Masih dengan mulut penuh makanan, sambil sesekali minum, dan sesekali pula mata kita bertemu, kau bersemangat untuk bercerita, dan aku selalu siap menjadi pendengar yang baik untukmu. 
 
Jadi tadi itu aku sedang menunggu kedatangan seseorang, kami sudah berjanji untuk bertemu, itu sudah kami rencanakan, aku dengan bahagia memburu waktuku, memotong apapun kesibukanku dan pada jam yang tepat, aku dengan setia sudah duduk manis menunggunya, 30 menit berlalu, dia belum juga tiba, aku masih mendesah bahagia, tidak apa, mungkin jalanan macet, mungkin dia masih menyibukan dirinya, segala kemungkinan sudah kupikirkan, dan aku masih tetap bahagia, tidak apa sesekali aku menunggunya, 1 jam berlalu, desahku sudah mulai berubah, mendongakan kepala berkali-kali, kulihat jam di layar hp, sudah 1 jam aku duduk manis menunggu, kuhela nafas, tidak apa, pasti sebentar lagi dia tiba, kupejamkan mataku, kurafalkan mantra sakti yang kuingat, dia bilang kalau ingin bertemu sebut namanya 3 kali maka dia akan muncul dihadapanku, dan oh my God, Tuhan mendengar rafalku, saat mata kubuka, dari kejauhan aku tahu, itu pasti dia. 
 
Helaan nafasmu berhenti sejenak, kau mengambil minum, mata kita kembali bertemu, kau bilang ceritamu sudah titik. 
 
Terus, lucunya di bagian apanya petra ?

Dengan memasang wajah pura-pura tak berdosa aku bertanya. 
 
Tidak ada, Cuma heran aja aku mau menunggunya selama itu, itu lucu buatku karena sejujurnya aku tidak suka menunggu. 
 
Dengan senyum khasmu, kau memandangku, saat itulah aku sadar betapa aku menyukaimu. 
 
Sudah selesai, kita jalan yuk

Dengan lembut kau menarik tanganku, menyatukan jemari kita, saat itulah aku merasa tidak lagi perlu khawatir, karena bersamamu, menghilangkan ketakutanku. 
 
Tanganmu dari dulu selalu hangat ya, bahkan saat sudah sebesar ini pun tanganmu masih hangat.
Kau benar, sejak kecil entah kenapa tanganku selalu hangat, setiap kali bersentuhan dengan teman perempuan, guru, mencium tangan ibu, pertanyaan yang keluar selalu sama, kamu sakit ya aira, kok tangannya hangat?

Aku tidak tahu, mungkin karena darah yang mengalir di tubuhku terlalu mendidih atau karena apa, suhu tubuhku selalu hangat, udara sedingin apapun tidak akan merubahnya, tanganku akan tetap hangat.
Kutatap dirimu lekat, betapa jarak kita saat itu teramat dekat, aku mengingat satu persatu wajahmu, matamu, senyummu, aku mengingatnya, aku mendesah sekali lagi dalam hati, Tuhan, izinkan aku bersamanya tidak hanya saat ini, aku ingin bersamanya terus, dan terus, hingga tiada lagi akhir dari seluruh waktu. 
 
Aira, aku janji kita akan terus seperti ini, tidak hanya sekarang tapi seterusnya, dan seterusnya. 
 
Seolah desah kecilku terdengar olehmu, kau menoleh, memandangiku lekat, dengan senyum khasmu, dengan jemari kita yang masih menyatu. 
 
Hari itu, kau dan aku menghabiskan waktu bersama, mengeja satu persatu diri kita, menghafalnya, mengingatnya dalam-dalam, hingga suatu hari nanti saat tidak ada lagi jarak di antara kita, kita akan mengingatnya, tersenyum, bahkan tertawa, dan dengan suara tenangmu kau akan mengatakan,
Ternyata dulu kita romantis ya sayang, dan saat ini kita akan jauh lebih romantis karena kita tidak lagi takut dengan jarak, dengan waktu, dengan apapun yang menghalangi kita, karena kita sudah berada di langit yang sama.
Dan aku akan tersenyum mendengarnya, senyum malu seorang gadis yang sudah berhasil kau miliki. 
 
22.00
Soundtrack : Hari Bersamanya _ Sheila On 7

Hari bersamanya _Sheila on 7
Hari telah berganti tak bisa kuhindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Jantungku berdegup cepat kaki bergetar hebat
akankah kuulangi merusak harinya
Reff
Mohon Tuhan untuk kali saja beri aku kekuatan tuk menatap matanya,
Mohon Tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya, hariku bersamanya
Kau tahu betapa aku lemah dihadapannya
Kau berapa lama aku mendambanya
Back to reff
Tuhan tolonglah, Tuhan tolonglah
Back to Reff

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;