Aku
tak pernah bosan memandangimu, caramu makan, caramu berjalan, caramu
mengambil minuman, semua kutatap lekat-lekat, punggungmu yang kulihat
jelas di kaca, aku menyukainya, aku suka memandangi punggung seorang
lelaki, karena dengan punggung kokoh itu aku bisa menyandarkan
tubuhku, dengan punggung kokoh itu, satu persatu beban akan teratasi,
dan aku mendesah kecil dalam hati berharap punggung yang kulihat saat
ini, menjadi tempatku bersandar kelak.
Kau
serius tidak mau makan, aira?
Pertanyaan
yang sudah kau ulangi 3 kali selama 15 menit, sejak awal aku sengaja
menyempatkan makan sebelum bertemu denganmu, itu sudah kurencanakan,
alasan bodohnya, karena pada saat nanti kau mengajakku makan, aku
bisa menolaknya, lalu aku hanya menemanimu dan memandangimu makan,
mengingatnya, menatapmu lekat-lekat dekat, cukup itu saja, dan aku
menyukainya, aku menyukai apapun darimu.. aku menyukai apapun yang
bisa kuingat mengenaimu.
Aira,
aku punya sebuah cerita lucu, apa kau mau dengar ?
Masih
dengan mulut penuh makanan, sambil sesekali minum, dan sesekali pula
mata kita bertemu, kau bersemangat untuk bercerita, dan aku selalu
siap menjadi pendengar yang baik untukmu.
Jadi
tadi itu aku sedang menunggu kedatangan seseorang, kami sudah
berjanji untuk bertemu, itu sudah kami rencanakan, aku dengan bahagia
memburu waktuku, memotong apapun kesibukanku dan pada jam yang tepat,
aku dengan setia sudah duduk manis menunggunya, 30 menit berlalu, dia
belum juga tiba, aku masih mendesah bahagia, tidak apa, mungkin
jalanan macet, mungkin dia masih menyibukan dirinya, segala
kemungkinan sudah kupikirkan, dan aku masih tetap bahagia, tidak apa
sesekali aku menunggunya, 1 jam berlalu, desahku sudah mulai berubah,
mendongakan kepala berkali-kali, kulihat jam di layar hp, sudah 1 jam
aku duduk manis menunggu, kuhela nafas, tidak apa, pasti sebentar
lagi dia tiba, kupejamkan mataku, kurafalkan mantra sakti yang
kuingat, dia bilang kalau ingin bertemu sebut namanya 3 kali maka dia
akan muncul dihadapanku, dan oh my God, Tuhan mendengar rafalku, saat
mata kubuka, dari kejauhan aku tahu, itu pasti dia.
Helaan
nafasmu berhenti sejenak, kau mengambil minum, mata kita kembali
bertemu, kau bilang ceritamu sudah titik.
Terus,
lucunya di bagian apanya petra ?
Dengan
memasang wajah pura-pura tak berdosa aku bertanya.
Tidak
ada, Cuma heran aja aku mau menunggunya selama itu, itu lucu buatku
karena sejujurnya aku tidak suka menunggu.
Dengan
senyum khasmu, kau memandangku, saat itulah aku sadar betapa aku
menyukaimu.
Sudah
selesai, kita jalan yuk
Dengan
lembut kau menarik tanganku, menyatukan jemari kita, saat itulah aku
merasa tidak lagi perlu khawatir, karena bersamamu, menghilangkan
ketakutanku.
Tanganmu
dari dulu selalu hangat ya, bahkan saat sudah sebesar ini pun
tanganmu masih hangat.
Kau
benar, sejak kecil entah kenapa tanganku selalu hangat, setiap kali
bersentuhan dengan teman perempuan, guru, mencium tangan ibu,
pertanyaan yang keluar selalu sama, kamu
sakit ya aira, kok tangannya hangat?
Aku
tidak tahu, mungkin karena darah yang mengalir di tubuhku terlalu
mendidih atau karena apa, suhu tubuhku selalu hangat, udara sedingin
apapun tidak akan merubahnya, tanganku akan tetap hangat.
Kutatap
dirimu lekat, betapa jarak kita saat itu teramat dekat, aku mengingat
satu persatu wajahmu, matamu, senyummu, aku mengingatnya, aku
mendesah sekali lagi dalam hati, Tuhan, izinkan aku bersamanya tidak
hanya saat ini, aku ingin bersamanya terus, dan terus, hingga tiada
lagi akhir dari seluruh waktu.
Aira,
aku janji kita akan terus seperti ini, tidak hanya sekarang tapi
seterusnya, dan seterusnya.
Seolah
desah kecilku terdengar olehmu, kau menoleh, memandangiku lekat,
dengan senyum khasmu, dengan jemari kita yang masih menyatu.
Hari
itu, kau dan aku menghabiskan waktu bersama, mengeja satu persatu
diri kita, menghafalnya, mengingatnya dalam-dalam, hingga suatu hari
nanti saat tidak ada lagi jarak di antara kita, kita akan
mengingatnya, tersenyum, bahkan tertawa, dan dengan suara tenangmu
kau akan mengatakan,
Ternyata
dulu kita romantis ya sayang, dan saat ini kita akan jauh lebih
romantis karena kita tidak lagi takut dengan jarak, dengan waktu,
dengan apapun yang menghalangi kita, karena kita sudah berada di
langit yang sama.
Dan
aku akan tersenyum mendengarnya, senyum malu seorang gadis yang sudah
berhasil kau miliki.
22.00
Soundtrack
: Hari Bersamanya _ Sheila On 7
Hari
bersamanya _Sheila on 7
Hari
telah berganti tak bisa kuhindari
Tibalah
saat ini bertemu dengannya
Jantungku
berdegup cepat kaki bergetar hebat
akankah
kuulangi merusak harinya
Reff
Mohon
Tuhan untuk kali saja beri aku kekuatan tuk menatap matanya,
Mohon
Tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku
Hariku
bersamanya, hariku bersamanya
Kau
tahu betapa aku lemah dihadapannya
Kau
berapa lama aku mendambanya
Back
to reff
Tuhan
tolonglah, Tuhan tolonglah
Back
to Reff
0 komentar:
Posting Komentar