Sabtu, 18 Februari 2012

“Hermeneutika”, Metode tafsir yang seperti apa seh?!!!

oleh Bunga Sakura pada 11 Februari 2012 pukul 9:09 ·
 ini menurutku, terserah apa menurutmu.


Kalau sekilas kita baca judulnya, mungkin terkesan begitu ekstrem dan keras yaa itu semua terserah si pembaca mau menilai penulis seperti apa, yang jelas bagi saya memang begitu adanya. Jadi untuk beberapa hal mungkin kita diharuskan bersikap keras, bukan bermaksud keras untuk mencerca para pengusung yang kita akui kehebatan mereka dapat menemukan formula baru dalam menafsirkan qur’an, terlepas dari itu semua kita pun tak sembarang mengakui jika yang ditawarkan memang salah bahkan menyalahkan islam, maka dalam kondisi seperti ini saya pun bersikap menolak dan tentu saja tidak setuju (dalam hal ini menjadi pengikut adian husaini), meskipun dengan segala keterbatasan saya akui, saya hanya seseorang yang berkomentar tanpa memberikan formula baru seperti mereka….. jadi, bagi yang belum tahu maka saya sebatas menyuguhkan yang sudah ada, dan bagi yang tahu mari kita belajar bersama!!!!
So, hermeneutika itu apa seh??? Coba kita Tanya pada Bapak hermeneutika, Friedrich Schleiermcher, bagaimana jawabnya.

Mengawali sebuah pendefinisian dengan akar kata dan berasal dari bahasa apa? Jadi, hermeneutika itu berasal dari bahasa Yunani Hermeneuin yang artinya tafsir/menafsirkan. Penyebutan ini merujuk pada seorang tokoh yunani yang terkemuka pada masa itu, yang dikenal dengan nama hermes (Mercurius), dan dalam mitologi yunani, hermes adalah sosok dewa yang diberi tugas untuk menyampaikan pesan dewa kepada manusia. Dan dalam tradisi yunani, hermeneutika lebih dikenal sebagai sebuah metodologi penafsiran bible saat itu.
Penafsiran hermeneutika adalah sebuah metode tafsir, dimana si penafsir menempatkan teks semuanya sama, tanpa memperdulikan apakah teks itu berasal dari Tuhan atau bukan, dan si penafsir harus melibatkan pihak ketiga dalam hal ini adalah pembaca/objek dari teks tersebut untuk menafsirkan teks. motif pengarang dan kondisi pengarang juga sangat penting untuk dilibatkan.

Tujuan dari hermeneutika adalah untuk menemukan kebenaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam bibel. (bukan dalam al Qur’an)

Kenapa hermeneutika dipakai dalam menafsirkan bibel?? Jawabannya sederhana, karena bibel adalah produk manusia dalam bahasanya Michele foucoult bibel adalah sebuah epistem masyarakat yang mengandung logika internal sehingga bibel tidak bisa kita tafsirkan dengan penafsiran yang kaku, beku, tekstual dan kuno karena dia produk manusia dan isinya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang baru.

Nah, sekarang kalau kita berbicara tentang al Qur’an, maka apakah al Qur’an itu bisa ditafsirkan dengan metode hermeneutika? Tentu saja tidak, ini semua berbeda antara al Qur’an dan bibel, dengan sangat jelas kita tahu bahwa Qur’an itu diturunkan lafadz dan maknanya berasal dari Allah. Dan bukan produk manusia, dalam hal ini Muhammad. Disamping itu, seperti telah kita tahu bersama bahwa dari zaman onta sampai sekarang ulama-ulama islam telah menetapkan model-model dan cara menafsirkan al Qur’an yang layak seperti apa, dari hal terkecil saja bagaimana syarat seorang penafsir yang akan menafsirkan al Qur’an dimana ia harus betul-betul orang yang alim dalam ilmu agama, ikhlas, akidahnya lurus, tidak terpengaruh kesukuan atau lebih dikenal dengan fanatik mazhab, dan seabreg syarat yang kudu dipenuhi oleh seorang mufassir. Dan Itu masih dalam satu persoalan, belum lagi metodologi apa yang digunakan serta ilmu-ilmu apa yang harus dikuasai dalam hal ini oleh mufassir.

Menafsirkan al Qur’an itu tidak mudah, dan tidak sembarang metode bisa digunakan, bagaimana bisa kita menggunakan hermeneutika dalam menafsirkan Qur’an jika model penafsiran saja serba relatif, metode ini juga memiliki fungsi membongkar kenyataan bahwa siapapun orangnya, kelompok apapun namanya kalau masih dalam tahap level manusia, maka bisa dipastikan itu semua terbatas, parsial-kontekstual pemahamannya dan bisa saja keliru.

Kita ambil contoh kecil saja, dalam al Qur’an sudah dengan jelas dan terang difatwakan bahwa hubungan dengan sesama jenis itu haram dan menjijikan, semua ulama sepakat akan keharamannya dan tidak ada seorang pun yang menentang semua itu, sementara saat ini tiba-tiba saja seorang manusia biasa yang entah itu baik apa tidak agamanya saya tidak mau menilai karena itu bukan urusan saya yang jelas yang saya tahu seseorang yang mau menafsirkan Qur’an haruslah benar dan baik agamanya tiba-tiba saja mengatakan dengan lantang bahwa hubungan sesame jenis (baca, sex) itu boleh dan tidak dilarang. Mereka menafsirkan teks dalam hal ini tentang hubungan lawan jenis dengan metode hermeneutika. Sebagaimana yang tadi saya sebutkan bahwa metode ini harus melibatkan pihak ke-3/objek pada teks yang ditafsirkan. Mereka berargumen pengharaman itu kan zaman dulu, sedangkan sekarang aturan itu berlawanan dengan aturan hak asasi manusia (HAM), jadi mau orang hubungan dengan lawan jenis, sesama jenis bahkan binatang sekalipun kita tak boleh ikut campur dan melarang karena urusan ini sudah masuk wilayah hak asasi manusia. Ckckckc… jadi masihkah anda mau menerima metode ini?.

Padahal kalau kita berbicara sejarah, zaman dulu saja (zaman Nabi Hud) kaum homoseksual menerima azab Allah dengan dilenyapkan seketika, sedangkan sekarang bagaimana baiknya seperti apa, hanya Allah yang tahu kebenarannya. Semoga kita dan mereka selalu mendapat hidayah dariNya. Amin.

Jika anda bisa memberi saya contoh penafsiran dengan metode ini pada al Qur'an yang jelas, tidak menyimpang dan sesuai dengan maqasid syari'ah, yaaa mungkin saja penolakan ini bisa berubah. Yang saya tahu dan mengerti hanya sebatas ini.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata “aku lebih menyukai seseorang yang mengatakan sesuatu hal kemudian diakhir perkataannya ia mengatakan dan Allah yang Maha Tahu kebenarannya”.

Wallahu a’lam bi showab.

6.19 PM
10 February 2012
Ranggin Kaman

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;