Selasa, 21 Februari 2012

Ekspedisi tahun lalu


Rabu pagi, 22 February 2012
Um,,, sebenarnya bingung juga harus mulai darimana tapi gppalah kita berekspedisi kembali mengenai tugas dakwah tahun lalu, jadi dengarkan saja ceritaku….
Awal pertama tugas MH alias mubaligh hijrah, saya ditempatkan di daerah kota, tepatnya krikilan, ngaglik, sleman. Ya bersyukur banget lah jelas karena kawan yang lain dapat tempat yang lumayan menguji adrenalin, jiaaaahh… ga segitunya seh tapi bener loh ada yang udah sakit duluan, ngeluh ga ada koneksi telpon, daerah kampung yang jauh dari keramain, yaah dan semacamnyalah, yang jelas tempatku di kota, di daerah perumahan orang punya dan jaringan yang lancar.
Untuk tugasku ditempat ini tidak terlalu sibuk, karena masih banyak da’I yang ada, mayoritas muhammadiyah juga, terus bahasa juga ga kerepotan banget karena mayoritas bisa bahasa Indonesia, yaaa pokoknya enaklah… di tempat ini tidak terlalu banyak tantangan, tugasku paling banyak Cuma bergulat dengan anak kecil, ya ngajar TPA, saya juga ngajar di TK ABA, tapi anak-anaknya juga tidak terlalu sulit diatasi, Cuma ya kendalanya karena mereka orang-orang kota yang juga lumayan berada jadi lebih berlebihan dalam segala hal, acara-acara masjid dan remaja lebih banyak pemborosan, masa tiap anak yang TPA dikasih uang, kalau ga dapat ga mau berangkat, yaa kan kerepotan juga kalau begitu tapi kalau dilarang, para tetuanya Cuma bilang “gpp kok dek, biarkan saja namanya juga anak kecil, gpp buat jajan mereka” tapi jujur saya kecewa berat dengan dididik begitu anak akan terbiasa dengan segala sesuatu untuk melakukan kebaikan harus berhubungan dengan duit. Ya akhirnya saya coba perlahan-lahan menanamkan sifat hemat pada anak, dengan cara setiap kumpul atau ada perlombaan ga ada konsumsi, awalnya mereka ngeluh karena biasanya ada tapi lama-lama bisa juga. Terus kendala yang kedua, kurang generasi muda yang mau aktif di masjid, kalau kepengurusan remas gitu ada tapi orang2nya pada sibuk kerja, sekolah dll jadinya TPA dan urusan masjid kurang diurus. Ya akhirnya saya berusaha mengkader yang usia-usia SMP untuk belajar mengurusi masjid dan TPA, awalnya peminatnya lumayan dan hasilnya juga mereka lumayan antusias tapi itu ga bertahan lama, pada akhirnya mereka juga ngeluh yang sama, sibuk sekolah.
Terus MH kedua, rada bosan karena MH kedua saya ditempatkan di daerah dan lokasi yang sama dengan yang pertama, Cuma sekarang sendirian, kalau sebelumnya ada teman putri sekarang temannya dari putra. Tidak terlalu banyak masalah karena setidaknya saya sudah tahu kondisi masyarakat sini, dan mereka pun sudah tahu dan mengenal saya, tapi masalah yang muncul justru bukan dari mad’u tapi dari saya sendiri sebagai subjek dawah, maaf maaf saja kalau waktu MH pertama saya tinggal dengan keluarga yang A sekarang di keluarga B, karena B yang minta saya tinggal dirumahnya. So, itulah awal muncul masalah. saya ga betah tinggal di keluarganya yang notabene berada dan dia juga orang terkaya di daerah itu, dan yaaa semuanya membuat saya jadi tidak maksimal. Sikap keluarga yang tidak responsive, semuanya sibuk dengan dunianya masing-masing, yang jelas saya ga betah dan merasa tersiksa dan pada akhirnya saya sakit, masuk RS PKU dan tugas kutinggalkan begitu saja sampai selesai MH. Itu cerita MH yang kedua.
Selanjutnya MH yang terakhir, MH yang paling berkesan dan menyenangkan.
Lokasi di desa ngelindur, gunungkidul. Walaupun dapat tugas di daerah desa paling ujungnya wonosari tapi lagi-lagi saya ditempatkan di daerah yang komunitas berada, jadi untuk semua fasilitas bisa terlengkapi dengan baik, dan itu tidak jadi masalah dan jaringan pun cukup baik. Tapi disinilah muncul banyak tantangan dakwah. Tantangan dakwah yang dihadapi cukup beragam, Pertama, disana sangat langka dan kekurangan kader da’I terutama yang siap berdakwah dan mengajar TPA. Karena letak geografis juga yang cukup jauh dari kota, sehingga sulit untuk dijangkau dai. Disana Cuma ada satu orang da’I yang biasa keliling untuk mengisi pengajian dan mengajar TPA, tapi dia juga sambil kuliah di yogya jadi tidak bisa setiap hari ada di kampung tersebut, sehingga ketika tiba-tiba dibutuhkan sulit untuk mencarinya. Kedua, daerah yang saya tempati adalah daerah rawan kristenisasi, sehingga banyak misionaris yang masuk dan berdakwah disana. Disana juga sudah ada beberapa sekolah Kristen, ada gereja juga, biasanya mereka berdakwah lewat media pemberian air bersih besar-besar2an, karena di daerah sana sangat kekurangan air dan air itu harus beli setiap bulan, jadi dengan media tersebut pelan-pelan masyarakat menerima dan akhirnya terjerumus oleh ajakan mereka, sudah banyak masyarakat yang murtad dari islam. Kemudian hambatan yang ketiga, karena saya ga bisa bawa motor jadi ga bisa menjangkau daerah itu secara keseluruhan. Daerah disana letak antara rumah, masjid, tempat2 yang dijadikan masyarakat untuk berkumpul jaraknya cukup jauh jadi untuk menjangkau setiap tempat si da’I harus keliling dan yaaa tadi itu masalahnya saya ga bisa bawa motor jadi ga bisa kemana-mana dan hanya bisa mengisi ceramah dan mengajak dakwah hanya di lokasi yang sekitar rumah yang saya tempati. Dan hambatan yang terakhir karena bahasa, karena disana daerah perkampungan jadi mad’u lebih bisa berbahasa jawa dan saya, karena orang sunda yang jelas2 ga ngerti bahasa jawa. Saya udah berusaha mengatasi masalah2 diatas tapi masih kurang maksimal, yang pertama saya udah berusaha memaksimalkan diri dengan berdakwah dan mengisi tidak hanya ceramah, tidak hanya TPA, tapi juga di sekolah-sekolah dasar, mengajarkan ngaji ibu-ibu, mengajarkan anak-anak remaja yang setaraf SMA dan SMP tentang akhlak dan pergaulan, untuk mengingatkan mereka agar berhati2 dalam bergaul, untuk yang perempuan diajarkan bagaimana menjadi wanita muslimah yang baik, yang laki-laki bagaimana harus menjaga pandangan. Semua itu untuk bekal mereka di masyarakat karena pada saat ini masyarakat kampung pun lebih bebas dalam pergaulan. Kemudian, untuk mengatasi kristenisasi, saya mengisi materi-materi yang lebih bersifat aqidah dan ibadah, terutama dalam hal aqidah, dengan ditayangkan film-film yang berhubungan dengan aqidah. Tapi semua itu tetap saja masih kurang maksimal dengan segala keterbatasan yang saya miliki.

Naelul Fauziah
10.12 AM.

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;