Kamis, 13 Februari 2014

Kembalikan Semangat Itu..


Hari itu, dengan bermodalkan keridhoan keluarga dan dukungan orang-orang, saya terus saja berjalan, karena saya tahu apa yang kita lakukan tanpa ridho orangtua hanya akan sia-sia. Tanpa bekal yang cukup, tanpa modal yang kuat, saya begitu percaya diri berjalan, entah, sepertinya do’a umi tak terbantahkan di hadapan Tuhan.

Hari itu, hanya bermodalkan kepercayaan diri, saya menetapkan pilihan, memilih jogjakarta sebagai bagian dari jalan yang harus saya lalui, meskipun dengan banyak argumen bahwa orang-orang yang belajar agama murni hanya segelintir, kurangnya ulama perempuan, dan seabreg alasan, hati saya separuh menginginkan tempat lain, egoisme itu muncul, bukankah wajar bila kita hanya ingin melakukan hal-hal yang kita sukai saja, tapi permintaan umi tak bisa ditolak, dengan mengatas namakan seseorang yang dengan alasan apapun, saya pasti akan melakukannya.

Sampai jogja, banyak orang yang saya temui mengeluarkan airmatanya, hanya beberapa orang saja yang keyakinannya masih bulat, sisanya sudah mencair, perlahan-lahan. Orang berlomba menangis entah karena alasan apa, yang saya tahu jika karena sedih berpisah dengan keluarga itu tak berguna, toh sejak kecil saya sudah terbiasa berpisah, apalagi yang perlu saya tangisi. Ternyata toh sekeras apapun hati seorang perempuan, tetap saja, mengeluarkan airmata adalah satu-satunya luapan emosi paling manjur, saya juga menangis, tidak bukan karena alasan sedih berpisah dengan keluarga, saya menangis, karena ternyata dunia baru yang saya begitu percaya diri, saya tak lolos di dalamnya, sejak itu saya sadar betul, saya tak punya apa-apa, tak bisa apa-apa, dan tak tahu apa-apa.

Sepertinya Tuhan masih menyayangi saya, ada harapan kecil, ada kesempatan kecil untuk saya meraihnya. Sejak itu, saya baru merasakan kerasnya belajar, kerasnya perjuangan, sejak dulu saya telah terbiasa hidup santai, dan pilihan umi membuat saya harus berjuang dari nol. Tak ada yang bisa disalahkan, toh memang sudah hukum alam bila menginginkan sesuatu maka kita harus berusaha keras memperolehnya, tak peduli harus sesulit apa kita menjalaninya.
Berat sebenarnya, melakukan hal yang bukan saya inginkan, tapi ingatan tentang abi dan umi membuat beban itu meluap perlahan-lahan, semoga ini menjadi bakti saya untuk mereka.
Ya, sejak itu saya mulai berubah, tidak mudah memang, saya yang tak suka hidup diatur, saya yang suka dengan kebebasan, saya yang sangat keras kepala dan egois, bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang yang memacu adrenalin dan keegoisan saya, semua itu amat berat awalnya, tapi lagi-lagi saya memilih kesini, adalah ingin berubah dan menjadi seseorang yang diimpikan oleh dia, seseorang yang cintanya tak pernah habis.
Sejak itu saya bahkan lupa rasanya kehilangan semangat, atau semangat yang putus nyambung, setiap kali orang-orang menjatuhkan, saya bisa langsung berdiri tegak dengan cepat, saya bisa bangkit tanpa uluran tangan, entah kenapa semangat yang besar itu pernah saya miliki dan saya mampu mempertahankannya.
Lalu kehidupan di satu fase ini berakhir begitu saja, banyak hal yang sudah berubah, sikap, penampilan, gaya, kepercayaan diri, pola pikir, bahkan mungkin berat badan, selama 3 tahun berubah.

Hidup tak pernah berhenti, ia terus maju melaju..
Fase berikutnya, yang harus saya lalui.

Banyak hal yang berbeda, saya harus membiasakan diri lagi dengan fase ini, karena saya tahu yang saat ini saya miliki bisa saja tidak cocok atau tidak pas dengan apa yang ada dalam fase kedua ini.

Semangat yang besar dan entah darimana asalnya itu, awalnya masih kuat sekali ada, ia masih bersemayam, dan tak hilang dengan cepat. Satu waktu, dua waktu, sampai waktu berikutnya muncul, ia menjadi samar-samar, dan hari itu, saya tak bisa menjelaskan keadaannya, ia hilang, redup, bahkan sempat mati sesaat.

Saya sadar betul, hidup harus terus berjalan, saya berusaha menata kembali, mengingat kembali bagaimana saya bisa mendapatkan semangat yang luar biasa itu, namun, sampai hari ini saya lupa, saya lupa harus bagaimana mendapatkan kembali semangat yang bisa menggenapkan harapan besar seseorang yang cintanya tak pernah habis itu.
Tuhan, bantu saya menemukannya...


Persada, 13 Februari 2014

23.36

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;