Sisa hujan masih membekas di
balik kaca mobil, tetiba saja hujan deras menemani perjalanan, aku menatapnya
lekat-lekat, setiap kali naik mobil secara refleks aku akan memilih duduk dekat
kaca, aku menyukainya sebab memandangi jalanan lewat kaca jendela seperti
merangkai kenangan secara detail di tiap sudut jalan, sebab aku akan mengingat
seperti apa jalanan yang pernah kulewati pada hari ini, seperti apa langit yang
kulihat pada hari ini, detail itu suatu saat akan menjadi rangkaian kenangan
yang suatu hari akan kuurai satu persatu setiap kali kata rindu menghinggapi.
Seperti pula hari ini sambil
memandangi tetes hujan di kaca, sore yang dingin, duduk di sudut kursi mobil,
melewati hijau pepohonan, secara tiba-tiba pula rangkaian kenangan di masa dulu
kuurai satu persatu, duduk di jendela kamar, diluar hujan deras tak juga henti,
sembari menahan gigil, kutatap lekat-lekat tetes hujan yang cepat, kutulis
namaku di kaca, lalu secara refleks pula kutulis namamu di kaca ada nama kita
dibalik tetes hujan di jendela kamarku, aku tersenyum sendiri, kuhapus kembali
nama kita, sambil masih duduk dekat jendela, kutulis lagi namamu, hanya namamu
saja dan kulingkari. Sore yang gigil itu lirih bisikku pada Dia, merafal do’a
dan harap yang kusebut diam-diam.
Aku mengingat itu, aku
tersenyum lagi hari ini mengingatnya, betapa bodohnya aku saat itu, hampir saja
kuulangi, menuliskan namamu di kaca mobil, tapi tiba-tiba saja pesan masuk itu
kuhafal kuat dalam benak.
Tidak semua
yang diinginkan akan diperoleh kan?
Semoga Tuhan tidak pernah
bosan mendengar do’a dan pinta dari orang-orang berdosa, sepertiku.
Aku, masih akan menyebutmu
dalam do’aku....
15 july 2014
Pakpayoon, Phattalung.
0 komentar:
Posting Komentar