Selasa, 15 Juli 2014

Aku, masih akan menyebutmu dalam do’a.



Sisa hujan masih membekas di balik kaca mobil, tetiba saja hujan deras menemani perjalanan, aku menatapnya lekat-lekat, setiap kali naik mobil secara refleks aku akan memilih duduk dekat kaca, aku menyukainya sebab memandangi jalanan lewat kaca jendela seperti merangkai kenangan secara detail di tiap sudut jalan, sebab aku akan mengingat seperti apa jalanan yang pernah kulewati pada hari ini, seperti apa langit yang kulihat pada hari ini, detail itu suatu saat akan menjadi rangkaian kenangan yang suatu hari akan kuurai satu persatu setiap kali kata rindu menghinggapi.
Seperti pula hari ini sambil memandangi tetes hujan di kaca, sore yang dingin, duduk di sudut kursi mobil, melewati hijau pepohonan, secara tiba-tiba pula rangkaian kenangan di masa dulu kuurai satu persatu, duduk di jendela kamar, diluar hujan deras tak juga henti, sembari menahan gigil, kutatap lekat-lekat tetes hujan yang cepat, kutulis namaku di kaca, lalu secara refleks pula kutulis namamu di kaca ada nama kita dibalik tetes hujan di jendela kamarku, aku tersenyum sendiri, kuhapus kembali nama kita, sambil masih duduk dekat jendela, kutulis lagi namamu, hanya namamu saja dan kulingkari. Sore yang gigil itu lirih bisikku pada Dia, merafal do’a dan harap yang kusebut diam-diam.
Aku mengingat itu, aku tersenyum lagi hari ini mengingatnya, betapa bodohnya aku saat itu, hampir saja kuulangi, menuliskan namamu di kaca mobil, tapi tiba-tiba saja pesan masuk itu kuhafal kuat dalam benak.
Tidak semua yang diinginkan akan diperoleh kan?
Semoga Tuhan tidak pernah bosan mendengar do’a dan pinta dari orang-orang berdosa, sepertiku.
Aku, masih akan menyebutmu dalam do’aku....





15 july 2014

Pakpayoon, Phattalung. 

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;