Jumat, 04 Juli 2014

Bertemu Jodoh


Seorang teman pernah bertanya di sela-sela diskusi panjang tentang pilpres dan surat-suratan para pendukung, entah angin darimana tiba-tiba saja ia memulai pembicaraan yang membuatku mendadak diam.
Eh nay, kalau kamu ketemu jodohmu kamu ingin di situasi seperti apa?
Bola matanya yang besar berkedip satu, entahlah itu jenis ekspresi apa.
Eh, kok mendadak bicara itu toh, ayolah kita bahas lagi soal dolly, jadi kamu mau daftar gak ke dolly? #ups
Nay, sukanya deh mengalihkan topik.
Wajahnya sedikit ditekuk.
Lagian orang bicara apa tiba-tiba bahas soal jodoh, alayaaaah.
Mendadak nada suaraku berubah mengikuti seorang murid bernama laila, di akhir kata pasti ia akan mengatakan “alayaah”, entah itu artinya apa, aku belum sempat menanyakannya. Tapi itu semacam ekspresi sebal-sebal bohong, hahaha. Sebal tapi Cuma becanda.
Udah nay, dijawab aja.
Rupanya penasaran sekali ini orang sampai memaksa-maksa.
Oke, oke, maksudnya bertemu dalam situasi apa itu gimana, coba jelasin dulu.
Aku mulai merespon pertanyaan anehnya.
Gini loh, misalnya senior kita kan ada yang bertemu jodohnya pas ikut kajian ramadhan, mereka sama-sama peserta dan bertemulah, saling suka lalu sekarang sudah menikah, ada juga yang pas di warung makan, pertama lihat langsung suka, ta’aruf dan langsung ngajak nikah walaupun yang ini agak ekstrem si, la wong belum kenal kok langsung ngajak nikah.
Jelasnya bersemangat. Dasar orang ini jelasin sampai berapi-api, lupa apa yah lagi puasa, paling habis ini bilang haus, hahaha.
Em, emang beneran po mereka langsung nikah setelah bertemu pertama kali itu?
Tanyaku penasaran.
Iyah, langsung ngajak nikah, yah memang itulah jodoh nay, baru lihat pertama entah sebab apa kamu merasa yakin sekali pada dia.
Senyum merona di pipinya terpancar, aku tahu pasti dia sedang membayangkan sesuatu.
Jadi walaupun kita tidak kenal siapa dia, tapi entah kenapa melihat pertamakalinya kita merasa yakin menyukai dia dan ingin menikah dengannya, itulah jodoh, gitu maksudmu.
Tanyaku masih belum puas.
Katanya si gitu, ya aku juga belum tahu. 
Jawabannya mulai terlihat ragu-ragu.
Tapi bukan itu yang pengen aku tahu, tadi kan aku tanya kamu pengen ketemu jodohmu dalam situasi yang gimana? Kalau aku pengen banget ketemu pas aku lagi di toko komik, atau pas aku lagi ikut seminar, talkshow gitu, setidaknya terlihat dari kepribadinnya dia suka komik, atau dia suka belajar dan mencari ilmu, pasti orang pinter.
Masih penuh semangat ia menjelaskan.
Aku?
Aku mulai merangkai inginku.
Aku ingin bertemu dengannya di tengah hujan, tidak terlalu deras, bukan juga gerimis, ya semacam hujan tapi yang sedang-sedang saja, anginnya tidak kencang, tidak banyak becek di jalan, hujan yang biasa saja, aku dengan penampilanku yang biasa saja, dia juga, sangat biasa saja, aku menunggu hujan berhenti, dia pun begitu, kami sama-sama tak membawa payung, dan hanya berteduh di depan toko. Lalu ketika melihat toko tempat kami berteduh rupanya kami sadar ternyata itu toko buku, lalu kami masuk ke dalamnya, kami sibuk melihat-lihat buku, sebab hobby kami sama suka buku, mengoleksi dan membacanya, dan pada satu titik kami bertemu pada satu rak yang sama, rak novel. Lalu mata kami bertemu, dia seorang yang biasa saja tapi entah kenapa terlihat sangat hebat, sebab dimataku orang yang suka membaca adalah orang yang hebat, kelopak matanya hitam, mungkin sebab ia sering membaca dan sedikit tidur, alisnya menaik seperti orang yang sedang menantang, mungkin menantang seberapa banyak bisa membaca, tatapannya tajam, sangat tajam, pertama kali mata kami bertemu di bola matanya tak ada satupun yang bisa kubaca, seorang yang susah ditebak, tapi rupanya ia amat ramah sebab ia memulai pembicaraan.
Lagi cari novel apa?
Suaranya, cukup jantan, seperti umumnya suara lelaki yang memiliki jakun, terdengar jantan dan betul-betul lelaki.
Aku yang memang dasarnya malu pada orang baru tentu saja hanya membalas dengan senyuman.
Saya juga suka novel, saya suka novel ini, bagus ceritanya. Bukan sekedar novel.
Ia melanjutkan bicara sambil memberiku satu buah buku yang menurutnya bagus.
Sifat dasar maluku mendadak hilang, sebab pembicaraan mulai spesifik, tentu saja karakterku bila sudah bertemu orang yang klop untuk membahas sesuatu tersebab samanya yang disuka, yang dibaca atau yang ditonton, aku menjadi lupa diri.
Ah ini, aku juga punya novel ini, tapi belum selesai kubaca, sebab butuh waktu panjang, harus sambil berpikir.
Jawabku bersemangat.
Novel berjudul dunia sophie menjadi awal pembicaraan.
Pembicaraan berlanjut, hujan masih saja belum berhenti, ia mulai bercerita mengenai novel apa saja yang ia baca, yang ia suka, genre apa, aku memang paling suka mendengarkan, dan aku jadi tahu satu hal, orang yang baru kukenal ini senang membagi ilmunya. Gantian aku yang bercerita novel apa yang kusuka, dan ternyata tak banyak yang berbeda soal genre apa yang kami baca, beberapa penulis buku pun sama-sama kami suka.
Yeah, aku ingin bertemu jodohku dengan situasi seperti itu.
Rupanya sejak tadi ia tertidur, aku yakin ia tak mendengar sedikitpun jawabanku, besok besok kalau ditanya lagi aku malas menjawab.
Dengkurnya terdengar keras, bertemu jodoh, aku jadi teringat akan seseorang, yang saat pertama kali melihatnya tanpa ragu, amat yakin aku merasa dialah, yah dialah. Tapi entahlah, itu memang baru katanya, qila wa qola kan tidak pernah pasti.


5 Juli 2014

Pakpayoon, Phathalung. 

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;