Kau tak
boleh merindukanku.
Katamu di malam yang
tiba-tiba berubah jadi mencekam, sebab suaramu tiba-tiba saja berubah jadi
lebih berat dan tawa yang khas itu tak kudengar sedikitpun. Aku menjadi takut
sebab situasi seperti ini aku tahu, kau ingin mengatakan sesuatu hal yang
serius.
di ujung telepon aku hanya
diam, sebab aku tak tahu jawaban jenis apa yang layak atau pertanyaan macam apa
yang pantas kulontarkan. Kurasa diam menjadi jawaban.
Kenapa
jadi diam?
Aku ingin sekali
berpura-pura tak mendengar ucapanmu tadi, lalu kujawab eh kau bilang apa tadi,
sinyalnya buruk aku tak dengar, atau aku bilang suaramu kecil sekali disini
sangat berisik, kau bilang apa barusan. Tapi aku tak bisa, sebab aku tahu kau
tak suka aku berbohong.
Mengapa aku tak boleh
merindukanmu keluhku dalam hati, bukankah ini hak siapapun, entah kau milikku
atau bukan, sebab rasa tak ada seorang pun yang berhak menolak atau
menghindarinya, ini hakku, terserah kau suka atau tidak, pokoknya aku ingin
merindukanmu, pokoknya jika aku merindukanmu itu hakku, titik.
Yeah, aku hanya berani
mengeluarkan desahku dalam hati, sementara suaraku masih saja tak terdengar
olehmu di ujung sana, sebab aku memang hanya diam, meski wajahku mendadak
berubah merah marah dan bibirku manyun, kau pun tak akan tahu.
Hei, halo
apa masih ada orang disana?
Suaramu terdengar jelas di
telingaku, aku tahu, aku bisa merasakannya, rupanya kau menjadi kesal sebab
diamku.
Fa, kau
memang tak boleh merindukanku sebab mulai besok, lusa dan seterusnya aku akan
selalu disisimu sehingga tak mungkin lagi ada celah untukmu merindukanku.
Sayang sekali, saat
kata-kata itu keluar, rupanya sinyal tak mendukung, koneksi lemah, dan alhasil
si gadis tak mendengar apapun.
Di ujung telepon yang
mendadak mati tanpa diketahui...
Si gadis menjadi salah
paham, wajahnya masih saja ditekuk, bibirnya masih manyun kesal, kenapa si dia,
kenapa coba harus bilang seperti itu, melarang-larang aku, huft.
Si laki-laki yang memang
sengaja ingin membuat ulah dan iseng tersenyum-senyum sendiri, ah pasti dia
salah paham, biarlah, biar saja, tawa jahatnya memenuhi kamar kost sempitnya.
#dampak jual saham m3.
02 Juli 2014
Pakpayoon, Pathalung.
0 komentar:
Posting Komentar