Petra,
Ini sudah suratku yang kedua
setelah kau berbulan-bulan pergi tanpa kabar. Aku masih tak habis pikir
kesibukan apa yang kau lakukan sampai sejahat itu padaku, bahkan presiden pun,
masih sempatnya berkirim pesan pada istrinya di tengah banyaknya masalah negara.
Petra,
Sampai pada titik ini,
akhirnya aku berkesimpulan, apa mungkin dengan cara ini, dengan diam-diam tak
peduli padaku, berpura-pura tak membaca pesanku, apakah mungkin ini bagian dari
kesengajaan yang kau buat untuk meninggalkanku? Apa dengan melakukan ini kau
ingin membuatku menyerah, kau ingin aku berpikir dengan sejuta prasangka, dan
pada akhirnya aku akan berkata pada diriku sendiri, “menyerahlah, ini sudah
berakhir”. Apa benar semua yang kupikir ini?
Aku hampir putus asa
beberapa bulan ini, tapi sejujurnya aku masih membuang jauh-jauh pikiran buruk
itu, aku takut, itu benar-benar terjadi, dan aku tak pernah siap menerimanya.
Bukankah ini sudah terlalu jauh kita berjalan, bukankah ini sudah terlampau
lama untuk memilih berhenti?
Petra,
Dua malam terakhir ini aku
sering bermimpi buruk, dan entahlah aku khawatir menyampaikan mimpi ini, aku
percaya itu Cuma ulah syetan yang membuatku semakin ragu dan khawatir, jadi aku
berpura-pura tak pernah bermimpi apapun, tapi mengingat kembali bagaimana jahatnya
kau tak menggubrisku, setengah dari kesadaranku meyakini apa mungkin mimpi itu
akan jadi nyata?
Aku hampir putus asa,
kumohon jangan berbuat seperti ini padaku..
4 april, 2014
0 komentar:
Posting Komentar