Kamis, 26 Juni 2014

Surat untuk ramadhan


Ramadhan,..
Sudah 23 kali aku bertemu denganmu, tapi naas sungguh imanku masih belum juga bertambah baik, akhlakku masih begini begini saja, masih suka sekali membicarakan aib orang, masih suka menunda-nunda sholat, masih malas berbuat baik, dan masih masih yang lain..
Ramadhan,..
Iyah, sudah 23 kali aku bertemu denganmu, dan di hampir setiap pertemuan itu lagi-lagi aku selalu jauh dari orang-orang yang kusayang, jauh dari keluarga, jauh dari kerabat, dan menjelang waktu pertemuan seperti hari-hari ini selalu membuatku teringat akan seseorang, selalu, setiap kali kita bertemu, aku kembali mengingat dia, seseorang yang tak pernah habis cintaku untuknya, seseorang yang hanya menemani ramadhanku 9 tahun saja, selepasnya ia membiarkanku bertemu denganmu dengan kesendirian.
Tahun lalu, aku berdo’a di ramadhan berikutnya aku berharap akan ada seseorang yang menggantikan dia, menemani pertemuan ramadhanku dengan manis dan bahagia, dan lagi, ramadhan yang kudo’akan di tahun lalu sudah tiba, bukan hanya tidak ada seseorang yang menemani dengan bahagia, juga tidak bersama ibu yang selalu siap sedia dengan hidangan makanan apapun saat berbuka, yang akan kuciumi tangan dan pipinya saat lebaran nanti, juga tak bersama adik laki-lakiku yang memang tak pernah bertemu bertahun-tahun, dan juga tak bersama si kecil hikmah, yang rentan sakit dan sangat lemah, tapi sungguh aku sayang sekali pada mereka.
Ramadhan,..
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, pertemuan kita kulalui di negri orang, sebuah tempat pengasingan, dimana aku merasa menjadi minoritas, orang-orang sepertiku yang akan bertemu denganmu cukup kesulitan, aku tak tahu bagaimana hari-hari bersamamu akan kulalui, tapi aku berharap bisa melewatinya dengan baik, dengan imanku yang menjadi baik, dengan akhlakku yang juga menjadi baik.
Ramadhan...
Aku rindu dia, rindu seseorang yang kupanggil abi, rindu ibu, rindu adik-adikku, rindu cerewetnya nenekku, rindu baiknya kakekku membangunku sahur, ah betapa sulit ternyata menghadapi pertemuan denganmu dengan tumpukan kerinduan yang harus kulebur dan kubenamkan dalam-dalam.
Sebab itulah, aku selalu berharap di tahun-tahun berikutnya pertemuanku denganmu tak lagi kurasa sendirian, mungkin dengan seseorang yang saat bangun kulihat wajahnya di sampingku, entah aku yang terlebih dulu bangun, lalu menyiapkan sahur, atau dia yang bangun lebih dulu lalu membangunkanku. Aku hanya berharap tidak merasai ramadhan sendirian, sudah cukuplah bertahun-tahun usia mudaku kuhabiskan dengan jauh dari banyak orang terkasih, yang bisa saling mengingatkan kebaikan, dan berlomba-lomba menjadi paling baik.
Iyah, hanya itu harapanku...
Ramadhan, bantu aku melewati pertemuan denganmu dengan cara baik, dan hasilnya pun jauh lebih baik, aku malu sungguh pada Tuhan yang sudah terlalu baik padaku...
Mari berfastabiqul khairat jadi insan yang lebih baik, Amin..





26 Juni 2014

Pakpayoon, Pathalung. 

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;