Kau boleh membuka hatimu pada yang lain, aku tak melarang.
Katamu suatu hari dengan
wajah dinginmu, dan wajah dingin itu menjadi begitu amat dingin dari biasanya
sebab dingin hujan membuat pertemuan kita menjadi berbeda.
Aku tak
mau.
Jawabku ketus.
Kau pikir mudah membuka hati
untuk orang lain? Andai saja tetes hujan saat itu bisa kuraih ingin sedikit
kubasahi wajahmu dengannya agar kau tersadar dari kata-kata aneh itu.
Aira
Panggilmu tajam, ah
kata-katamu sore itu mendadak seperti sebilah pisau.
Sebelum kata-katamu semakin
sulit kuterima, kubiarkan kau meracau sendiri dengan hujan.
Mau kemana
aira?
Tanyamu masih dengan wajah
dingin.
Tak perduli hujan sederas
apapun, lebih baik aku tak mendengar lagi bicaramu yang aneh itu.
Biar saja hujan turun sederas
apapun, dengan begitu tak pernah ada yang tahu ada tetes hangat di pipiku..
0 komentar:
Posting Komentar