Minggu, 03 Agustus 2014

Bagaimana Jika...



Aku sudah membayangkanmu jauh-jauh hari, menerka-nerka perjalanan kita, berjalan berdua di pinggir pantai, kau mengenggam erat jemariku sebab aku begitu khawatir pada air, banyak hal sial yang kualami di lautan, aku pernah tenggelam dua kali, untung saja seseorang menyelamatkanku, setiap kali minum aku selalu menumpahkan air, dan banyak hal lainnya yang teman-temanku bilang aku tidak pantas hidup di dunia air.
Aku sudah membayangkanmu jauh-jauh hari, kita hanya berjalan saja di pinggir pantai, menunggu matahari tenggelam, kita duduk manis di pasir, kita saling bercerita, melihat orang-orang berlalu lalang, kau sedikit mencuri pandang pada bule-bule seksi itu tapi aku menyuruhmu memalingkan wajah, tapi kau justru memalingkan wajahmu padaku, hanya melihatku saja, dan itu cukup membuat pipiku merah menahan malu.
Kita menyaksikan matahari cantik itu tenggelam, langit berubah orange kecoklatan, kau bilang ini pertama kalinya melihat sunset dengan perempuan dan itu aku, betapa saat itu aku bahagia tak terkira, dan kita menghabiskan sore itu hanya berdua saja, di pinggir pantai melihat matahari tenggelam, di sebuah pulau tempat kita berbulan madu.
Aku terlalu sering naif dan hidup dalam dunia mimpi, terlalu banyak hal yang kubayangkan dan ingin kulakukan itu hanya denganmu.
Bagaimana jika, suatu hari nanti ternyata Tuhan berkehendak lain, kita tidak berjodoh, lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi yang sudah kaurencakan.
Katamu suatu hari tersebab ketakutan akan sakit yang kualami di kemudian hari.
Aku akan sering-sering meminta pada Tuhan, bukankah tidak ada yang mustahil untuk Dia mewujudkan?
Jawabku menghibur diri.
Andai kau tahu, jauh dalam hatiku, aku pun takut, bahkan mungkin ketakutanku melebihi ketakutanmu, bagaimana jika...
Aku hanya bisa berdo’a.


Pakpayoon.

03 Agustus 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;