Rabu, 13 Agustus 2014

Perempuan yang menunggu



Seseorang yang tidak kukenal, ia duduk sendirian di ujung jembatan, disana ada kursi panjang yang ramai dedaunan, daun-daun kuning yang berjatuhan, jembatan yang sepi, tidak ada lalu lalang, pantas saja ia begitu asyik duduk, kedua tangannya menyentuh permukaan kursi, matanya nanar memandangi hamparan danau dan matahari yang mulai tenggelam, bajunya sedikit lusuh, jilbab coklatnya menutupi sebagian wajahnya sebab angin yang menemaninya dalam sunyi, sepertinya ia sudah cukup lama berada disana, entah sejak pagi, siang tadi atau bahkan hari kemarin, tak ada yang tahu, tapi sinar wajahnya yang tersapu cahaya mentari merekah girang, entah apa yang membuat senyum itu terlihat tulus sekali.
Sore itu tanpa sengaja aku melewati jembatan, ingin mengabadikan senja dalam ingatan sebab hari ini hari terakhir aku berada di perantauan, esok langit dan indah kota ini tak bisa kurasai lagi, dan aku melihatnya, gadis yang senyumnya tulus, dengan baju lusuh dan jilbab coklat muda, kulitnya tidak terlalu putih tapi sore itu aku rasa cahaya mentari membuat wajahnya menjadi bersinar kegirangan.
Tersebab ini hari terakhirku, dan esok, lusa bahkan seterusnya mungkin aku tak bertemu gadis itu lagi, aku ingin sekali menyapanya, sekedar bertanya apa yang dia lakukan di sore yang manis ini. Berkat rasa penasaranku yang terlampau besar, kuberanikan diri mendekat.
Belum sampai sepersekian langkah aku mendekat, rupanya gadis itu sadar ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi. Dalam sekian detik saja aku melihat wajahnya, wajah yang tidak pernah kulihat selama ini, senyum yang tulus, tapi menyimpan banyak duka pada sorot matanya, akhirnya aku tahu ia duduk disini sedang menunggu, entah apa yang ia tunggu aku tak tahu, aku hanya melihat itu dari wajah yang penuh kesabaran.
Apa yang hendak anda tanyakan, sepertinya anda orang yang sudah kesekian menghampiri saya dan bertanya hal yang sama. 
Suaranya parau tapi lantang. Dan aku sungguh malu sudah melakukan hal gila ini, menghampiri seseorang yang tidak kukenal hanya karena ingin tahu apa yang sedang ia lakukan.
Begitu rupanya, maaf kalau saya menganggu, saya hanya sekedar lewat dan kebetulan melihat anda, dan mungkin pertanyaan saya sama dengan yang lain, sedang apa anda duduk disini, ini sudah hampir malam, tidak baik gadis berkeliaran malam hari.
Jawaban sok diplomatis yang kulontarkan. Setidaknya untuk menutupi rasa maluku ini.
Saya sedang menunggu, menunggu waktu, menunggu hari berlalu, dan menunggu seseorang yang akan datang. Itupula jawaban yang saya lontarkan pada setiap orang yang bertanya. Dan mohon tidak bertanya lagi. Biarkan saya disini, tetap menunggu sendirian.
Hanya itu, dan setelah itu aku tidak berani melanjutkan pertanyaan, baiklah hari ini cukup, sebaiknya aku memang pergi, toh gadis ini siapa pula dia tidak kukenal.
Sepanjang perjalanan pulang, wajah gadis itu timbul tenggelam dalam ingatan, mengapa gadis setulus itu harus menunggu begitu lama, siapa yang dia tunggu, untuk apa dia menunggu.
Sudahlah.
***
2 tahun kemudian...
Akhirnya aku bisa menginjakkan lagi kota kenangan ini, kota tempat merantau selama 4 tahun, hidup dengan berbagai budaya dan lingkungan yang berbeda, tapi aku menyukainya, aku suka kota ini, sebab ia membuatku jadi lelaki dewasa.
Dalam perjalanan menuju penginapan, mobil yang membawaku berhenti sebentar, supir yang membawaku hendak mengambil barang di salah satu temannya, kami berhenti tepat di sebuah tempat yang bagiku tak asing lagi, danau kecil, jembatan diatas danau, dan kursi panjang di ujung jembatan, rumah yang dulu baru beberapa sekarang sudah penuh dengan perumahan dan mobil mewah, kupikir ini tak akan memakan waktu lama, aku hanya duduk di kursi belakang dengan santai, tapi ternyata sudah 15 menit berlalu supir yang membawaku tak juga datang, aku mulai merasa kesal, akhirnya aku keluar dari mobil.
Suasana yang masih kuingat, tempat terakhir yang kukunjungi sebelum aku pulang, dan seseorang yang duduk di ujung jembatan, mataku nanar melihat ke ujung jembatan, wajah yang pernah kulihat, wajah yang dulu, gadis itu, yang sedang menunggu, mengapa hari ini dia masih duduk disana. Satu tanda tanya besar.
Hampir saja aku berlari menghampirinya sebab sudah 2 tahun berlalu dan mengapa ia masih juga disini? Banyak pertanyaan yang memenuhi pikiran. Tapi langkahku berhenti, sebab gadis itu sudah tak sendiri lagi, disampingnya ada seseorang, yah seseorang yang sudah sangat kukenal, wajah yang tak asing, senyum yang naif, dan hey, baju itu, bukankah itu baju kesukaanku, mengapa laki-laki itu memakainya juga, mereka terlihat sangat bahagia, gadis yang kuketahui itu terlihat sangat bahagia, sesekali ia sandarkan kepalanya pada bahu laki-laki itu dan tangan si laki-laki pun merangkulnya, mereka pasangan yang berbahagia, dan entah kenapa aku sangat iri melihatnya.
Rupanya laki-laki bodoh itu yang ia tunggu, entah sebab apa aku merasa muak dengan laki-laki itu, sudah hampir 2 tahun berlalu, dan dulu saat aku melihat gadis itu, aku melihat ada ketulusan, kesabaran dan cinta yang sangat besar, lelaki mana yang menolak dicintai dengan cinta yang besar oleh perempuannya.
Aku mengenalnya, sangat mengenalnya, dia sudah tak asing lagi dalam hidupku. Dan memang, saat kulihat sekali lagi wajah lelaki itu, wajah kami memang sama.
***
Terkadang dalam hidup, ada orang yang tidak pernah sadar dan menyadari bahwa jauh di tempat yang ia tidak tahu, ada seseorang yang sudah menunggunya, seseorang yang setia dan tulus menunggunya, mencintai dengan cinta yang besar, tapi banyak orang yang tidak menyadari itu. 



Pakpayoon.

13 Agustus 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;