Rabu, 16 Mei 2012

Butiran debu di ujung sepatu.



Langkah kaki tak mau berhenti, terus mencari dan mencari persinggahan yang bisa menetap pada jalan yang buntu. 

Hati dikuasai emosi, pikiran dikuasai ego. Lalu mana yang harus kupilih untuk menentukan jalan? Tidak, masalah hati bukan tentang kalah dan menang, bukan tentang kekuasaan dan ego, tapi tentang rasa, tentang bahagia yang tidak terkira, tentang hujan yang jatuh tiba-tiba, tentang bintang dan rembulan yang terus bersinar, dan tentang kau yang terus berlari menghabiskan nafasku. 

maeumeul dudeurineun kkumiraneun meon hutnarui iyagideul
du soneul ppeodeobwado daheul su eomneun eoryeomputan punggyeongdeul
Because Im weary, Cause Im weary
Because Im weary, Cause Im weary
sumi makhil deut naedallyeoganeun i sesang sogeseo
hollo gwireul makgo eorin sijeorui noraereul bureunda
kkeutdo sijakdo eobsi jaranan gieogui supeseo
irijeori hemaeda meonguljin gaseumeul dallaenda
Because Im weary, Cause Im weary

Setiap harap memiliki tuannya masing-masing, entah harap itu dipikul di bagian apa dalam tubuhmu. Terkadang ia memenuhi perutmu, lalu kau terus mengusahakannya dengan memenuhinya sampai buncit, terkadang ia mengantung di atas bayang-bayang kepalamu, lalu kau terus membentuk gumpalan awan setiap kali kau letuskan dalam satu hembusan nafas. Dan terkadang ia ada di pundakmu, hingga membuatmu terasa berat dan melelahkan. Dan pada akhirnya kau akan mengatakan, “aku lelah memikul harap”. Maka taruhlah di bagian paling tidak penting pada tubuhmu, sehingga beratnya akan terasa seperti debu. 

Pilihan, kitalah yang menentukan. Perasaan, hati, pikiran semuanya menjadi bagian dari kekuasaan kita, kita yang menguasai mereka, orang lain tak pernah bisa ikut andil, orang lain bahkan tak bisa mencampurinya bila kita tak mengizinkannya. Maka kitalah penguasa.
Malam tak pernah benar-benar larut, ia hanya mampir sesaat dibalik gelap, ia ingin mengintip waktu, seberapa detik ia harus bertahan sampai matahari muncul dari tanduk syetan.
Dan kau, ketika semua harap terus memburumu seperti anjing yang meneriakimu seolah kaulah satu-satunya yang tertuduh, ketika kau berpikir tidak ada lagi tempat untuk menyembunyikannya dari nyata, ketika sampai menghabiskan nafasmu yang tersisa, maka jadikan harap itu hanya seperti debu. Ia ada, selalu ada. Dimanapun bagian tubuhmu, dimanapun tempat dudukmu, dimanapun kau injakkan mata kakimu, ia ada. Ia mengawasimu malu-malu. Tapi ia tetap ada tapi tak pernah terasa. 

Taruh saja, yah taruh saja harapmu di ujung sepatu. Biarkan butirannya menjadi debu, terbang dan kembali saat kau menghembuskan nafas sesakmu. Ia akan ada, selalu ada... seperti halnya kau, selalu ada dan tetap ada. Di nafas terakhir yang memburuku.



himgyeoun oneul haru yunanhido tteollyeooneun simjangsori
eolgureun jjinggeuryeodo jiul su eomneun seomeokhan dugeungeorim
Because I love you, Cause I love you
sirin baramgyeori otgiseul tturko gaseume daheumyeon
chama itji motan geu ttae ildeuri nun apeul garinda
eoriseogeun banghwanggwa gonoeui pyeonghaengseon wieseo
jageun ttambangureul dakkanaerimyeo sumeul goreunda
Because I love you, Cause I love you
sumi meojeul deut naedallyeoganeun i sesang sogeseo
hollo gwireul makgo eorin sijeorui noraereul bureunda
kkeutdo sijakdo eobsi jaranan gieogui supeseo
irijeori hemaeda meonguljin gaseumeul dallaenda
Because Im weary, Cause Im weary
Because Im weary, Cause Im weary

22.01 PM.

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;