Rabu, 23 Mei 2012

Tetes-tetes kecil pemikiran Natsir tentang pendidikan




“Saat pertama kali berjumpa dengannya di tahun 1948, pada waktu itu ia Menteri Penerangan RI, saya menjumpai sosok orang yang berpakaian paling camping (mended) di antara semua pejabat di Yogyakarta; itulah satu-satunya pakaian yang dimilikinya, dan beberapa minggu kemudian staf yang bekerja di kantornya berpatungan membelikannya sehelai baju yang lebih pantas, mereka katakan pada saya, bahwa pemimpin mereka itu akan kelihatan seperti ‘menteri betulan’”.
[George McT Kahin, Guru Besar Cornell University]
Siapa yang tak mengenal tokoh besar yang namanya harum sepanjang sejarah islam bahkan sejarah dunia, ulama besar yang bernama Muhammad Natsir yang lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 dan meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun).??
Saya.
Iya, saya memang tidak mengenal terlalu jauh tentang Natsir bahkan hanya pernah sesekali mendengar namanya ketika belajar sejarah dan pahlawan-pahlawan islam, tapi tidak ada yang istimewa saat itu, hanya tahu nama dan tidak tahu seperti apa kepribadiannya, maka tidak menjadikan saya termasuk orang yang kagum pada beliu.
Kemudian pernah pula beberapa kali baca artikel seseorang tentang Natsir, dalam artikel itu si penulis menjelaskan sosok Natsir yang membuatnya kagum, saya baca sampai dua kali artikel itu tapi entahlah rasanya tidak terlalu istimewa, yah diluar itu saya tetap apresiatif pada orang-orang hebat tapi tidak mutlak saya mengaguminya.  
Sampailah pada malam itu, kuliah malam seperti biasa, dengan tema kebangkitan umat islam. Malam itu, dosen saya menjelaskan tentang orang-orang islam di indonesia yang patut untuk dicontoh karena idealisme dan keteguhan  mereka mempertahankan islam sebagai dasar hidup di tengah negara yang penuh kemunafikan (mencontek bahasanya soe hok gie). Perlunya kita berkaca pada orang-orang yang tawadhu’, sederhana, tapi kuat memegang ideologi islam dalam hidup.
Orang islam di indonesia banyak, orang islam yang masuk dalam pemerintahan juga banyak, orang islam yang imannya kuat tidak kalah juga lumayan banyaklah, walaupun saat ini saya meragukannya. Tapi, orang islam yang masuk dalam pemerintahan, yang hidup ditengah-tengah kemunafikan dan kecurangan, yang bisa mempertahankan keimanan, itu yang langka. Dan Muhammad Natsir lah salah satu orang yang masuk dalam kategori ini, dan itu pula salah satu alasan kenapa sekarang, saya mengaguminya... hehe.  
Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Natsir merupakan pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di MULO, Di MULO Natsir belajar bermain biola. Ia juga aktif di kepanduan organisasi Pemuda Islam, Jong Islamiten Bond. Saat di MULO itulah Natsir untuk pertama kalinya duduk berdampingan dengan murid-murid Belanda, sebuah kebanggan baginya karena dahulu, ada mimpi yang tak sampai ia capai, ia ingin sekolah di Holland Inlander School (HIS) Padang, Itulah sekolah dambaan M. Natsir sejak kecil. Tapi pemerintah Belanda hanya menerima anak pegawai negeri dan anak saudagar kaya. Sedangkan Natsir bukan termasuk golongan kaya, sehingga dia ditolak di sekolah tersebut.  
Ini hanya sebagian kecil sejarah hidupnya, dan jemariku tak sanggup menuliskan semuanya hanya dalam beberapa halaman saja, maka saya hanya ingin sedikit berbagi beberapa tetes kecil yang saya tahu.
Ketika saya membaca capita selecta, sebuah karya yang menampung tulisan, dan pidato-pidato beliu dalam sebuah buku, tapi Saya belum sempat mencari buku aslinya, maka saya sempatkan untuk mencari pdf bukunya. Ada yang menarik dari tulisan beliu yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya pendidikan anak. Dalam Capita Selecta Jilid I hal 57-60, beliu mengatakan :
“Madju atau mundurnja salah satu kaum bergantung sebagian
besar kepada peladjaran dan pendidikan jang berlaku dalam kalang-
an mereka itu”.
Tepat sekali apa yang Natsir katakan, maju mundurnya suatu kaum/negara tergantung pada pendidikan dan pelajaran yang berlaku di negara tersebut, jika kita sekarang melihat indonesia, sebuah negara yang dengan segala kelebihannya tapi lebih banyak kekurangannya ini dikatakan sebagai negara yang sudah bobrok, korupsi dimana-mana, bahkan semakin jelas dan terang, dan kriminalitas, perzinahan, mabuk-mabukan, narkoba sudah menjadi tontonan, lalu apa lagi yang bisa dibanggakan? Dan apa yang harus kita lakukan?.
Belajar. Belajarlah dengan baik, perbaiki pendidikan yang ada, ajarkan anak-anak kita kelak pendidikan beragama, pendidikan akidah, pendidikan akhlak, pendidikan ilmu pengetahuan, yang semuanya berada dalam satu otoritas, yaitu pendidikan berbasis islam.
“Tak ada satu bangsa jang terkebelakang mendjadi madju, me-
lainkan sesudahnja  mengadakan  dan  memperbaiki  didikan anak2  dan
pemuda2  mereka. Bangsa Djepang, satu bangsa Timur jang sekarang
djadi buah mulut orang seluruh dunia lantaran madjunja, masih akan
terus tinggal dalam kegelapan sekiranja mereka tidak mengatur
pendidikan bangsa mereka; kalau sekiranja mereka tidak membuka-
kan pintu negerinja jang selama ini tertutup rapat, untuk orang2
pintar dan ahli2  ilmu negeri lain jang akan memberi didikan dan ilmu
pengetauan kepada pemuda2  mereka disamping mengirim pemuda2-
nja keluar negeri mentjari ilmu dan pendidikan”.
Maka kuncinya saat ini ada pada kita, sebagai generasi muda penerus bangsa, belajarlah dengan baik, dan ajarkan anak-anak kita kelak pendidikan dan pelajaran yang baik, sesuai ajaran islam. Tidak perlu mahal-mahal bayar les private matematika, IPA, Bahasa inggris, piano, balet, gitar, drum, latihan vocal, tapi cukup kita ajarkan setiap shubuh, maghrib belajar membaca al Qur’an dengan baik, ajarkan dan tanamkan pada mereka akhlak yang baik, berbuat baik. Berikan contoh yang baik sebagai ibu dan bapak yang baik, maka ia akan terlahir menjadi generasi yang baik dan bisa memperbaiki negara indonesia.
Konsep ini sesuai pula dengan nasehat Lukman al Hakim pada anaknya yang tercantum dalam surat Lukman ayat 12-18. 


Fighting... JJ
Wallahu a’lam bi showab

0 komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda dengan postingan saya?

 
;