Seseorang yang tidak
kukenal, ia duduk sendirian di ujung jembatan, disana ada kursi panjang yang
ramai dedaunan, daun-daun kuning yang berjatuhan, jembatan yang sepi, tidak ada
lalu lalang, pantas saja ia begitu asyik duduk, kedua tangannya menyentuh permukaan
kursi, matanya nanar memandangi hamparan danau dan matahari yang mulai
tenggelam, bajunya sedikit lusuh, jilbab coklatnya menutupi sebagian wajahnya
sebab angin yang menemaninya dalam sunyi, sepertinya ia sudah cukup lama berada
disana, entah sejak pagi, siang tadi atau bahkan hari kemarin, tak ada yang
tahu, tapi sinar wajahnya yang tersapu cahaya mentari merekah girang, entah apa
yang membuat senyum itu terlihat tulus sekali.
Sore itu tanpa sengaja aku
melewati jembatan, ingin mengabadikan senja dalam ingatan sebab hari ini hari
terakhir aku berada di perantauan, esok langit dan indah kota ini tak bisa
kurasai lagi, dan aku melihatnya, gadis yang senyumnya tulus, dengan baju lusuh
dan jilbab coklat muda, kulitnya tidak terlalu putih tapi sore itu aku rasa
cahaya mentari membuat wajahnya menjadi bersinar kegirangan.
Tersebab ini hari
terakhirku, dan esok, lusa bahkan seterusnya mungkin aku tak bertemu gadis itu
lagi, aku ingin sekali menyapanya, sekedar bertanya apa yang dia lakukan di
sore yang manis ini. Berkat rasa penasaranku yang terlampau besar, kuberanikan
diri mendekat.
Belum sampai sepersekian
langkah aku mendekat, rupanya gadis itu sadar ada seseorang yang
memperhatikannya sejak tadi. Dalam sekian detik saja aku melihat wajahnya,
wajah yang tidak pernah kulihat selama ini, senyum yang tulus, tapi menyimpan
banyak duka pada sorot matanya, akhirnya aku tahu ia duduk disini sedang
menunggu, entah apa yang ia tunggu aku tak tahu, aku hanya melihat itu dari
wajah yang penuh kesabaran.
Apa yang
hendak anda tanyakan, sepertinya anda orang yang sudah kesekian menghampiri
saya dan bertanya hal yang sama.
Suaranya parau tapi lantang.
Dan aku sungguh malu sudah melakukan hal gila ini, menghampiri seseorang yang
tidak kukenal hanya karena ingin tahu apa yang sedang ia lakukan.
Begitu
rupanya, maaf kalau saya menganggu, saya hanya sekedar lewat dan kebetulan
melihat anda, dan mungkin pertanyaan saya sama dengan yang lain, sedang apa
anda duduk disini, ini sudah hampir malam, tidak baik gadis berkeliaran malam
hari.
Jawaban sok diplomatis yang
kulontarkan. Setidaknya untuk menutupi rasa maluku ini.
Saya
sedang menunggu, menunggu waktu, menunggu hari berlalu, dan menunggu seseorang
yang akan datang. Itupula jawaban yang saya lontarkan pada setiap orang yang
bertanya. Dan mohon tidak bertanya lagi. Biarkan saya disini, tetap menunggu
sendirian.
Hanya itu, dan setelah itu
aku tidak berani melanjutkan pertanyaan, baiklah hari ini cukup, sebaiknya aku
memang pergi, toh gadis ini siapa pula dia tidak kukenal.
Sepanjang perjalanan pulang,
wajah gadis itu timbul tenggelam dalam ingatan, mengapa gadis setulus itu harus
menunggu begitu lama, siapa yang dia tunggu, untuk apa dia menunggu.
Sudahlah.
***
2 tahun kemudian...
Akhirnya aku bisa
menginjakkan lagi kota kenangan ini, kota tempat merantau selama 4 tahun, hidup
dengan berbagai budaya dan lingkungan yang berbeda, tapi aku menyukainya, aku
suka kota ini, sebab ia membuatku jadi lelaki dewasa.
Dalam perjalanan menuju
penginapan, mobil yang membawaku berhenti sebentar, supir yang membawaku hendak
mengambil barang di salah satu temannya, kami berhenti tepat di sebuah tempat
yang bagiku tak asing lagi, danau kecil, jembatan diatas danau, dan kursi
panjang di ujung jembatan, rumah yang dulu baru beberapa sekarang sudah penuh
dengan perumahan dan mobil mewah, kupikir ini tak akan memakan waktu lama, aku hanya
duduk di kursi belakang dengan santai, tapi ternyata sudah 15 menit berlalu
supir yang membawaku tak juga datang, aku mulai merasa kesal, akhirnya aku
keluar dari mobil.
Suasana yang masih kuingat,
tempat terakhir yang kukunjungi sebelum aku pulang, dan seseorang yang duduk di
ujung jembatan, mataku nanar melihat ke ujung jembatan, wajah yang pernah
kulihat, wajah yang dulu, gadis itu, yang sedang menunggu, mengapa hari ini dia
masih duduk disana. Satu tanda tanya besar.
Hampir saja aku berlari menghampirinya
sebab sudah 2 tahun berlalu dan mengapa ia masih juga disini? Banyak pertanyaan
yang memenuhi pikiran. Tapi langkahku berhenti, sebab gadis itu sudah tak
sendiri lagi, disampingnya ada seseorang, yah seseorang yang sudah sangat
kukenal, wajah yang tak asing, senyum yang naif, dan hey, baju itu, bukankah
itu baju kesukaanku, mengapa laki-laki itu memakainya juga, mereka terlihat
sangat bahagia, gadis yang kuketahui itu terlihat sangat bahagia, sesekali ia
sandarkan kepalanya pada bahu laki-laki itu dan tangan si laki-laki pun
merangkulnya, mereka pasangan yang berbahagia, dan entah kenapa aku sangat iri
melihatnya.
Rupanya laki-laki bodoh itu
yang ia tunggu, entah sebab apa aku merasa muak dengan laki-laki itu, sudah
hampir 2 tahun berlalu, dan dulu saat aku melihat gadis itu, aku melihat ada
ketulusan, kesabaran dan cinta yang sangat besar, lelaki mana yang menolak
dicintai dengan cinta yang besar oleh perempuannya.
Aku mengenalnya, sangat
mengenalnya, dia sudah tak asing lagi dalam hidupku. Dan memang, saat kulihat
sekali lagi wajah lelaki itu, wajah kami memang sama.
***
Terkadang dalam hidup, ada
orang yang tidak pernah sadar dan menyadari bahwa jauh di tempat yang ia tidak
tahu, ada seseorang yang sudah menunggunya, seseorang yang setia dan tulus
menunggunya, mencintai dengan cinta yang besar, tapi banyak orang yang tidak
menyadari itu.
Pakpayoon.
13 Agustus 2014