“Saat pertama
kali berjumpa dengannya di tahun 1948, pada waktu itu ia Menteri Penerangan RI,
saya menjumpai sosok orang yang berpakaian paling camping (mended) di antara semua pejabat di Yogyakarta; itulah satu-satunya pakaian yang
dimilikinya, dan beberapa minggu kemudian staf yang bekerja di kantornya
berpatungan membelikannya sehelai baju yang lebih pantas, mereka katakan pada
saya, bahwa pemimpin mereka itu akan kelihatan seperti ‘menteri betulan’”.
[George
McT Kahin, Guru Besar Cornell University]
Siapa yang tak mengenal
tokoh besar yang namanya harum sepanjang sejarah islam bahkan sejarah dunia,
ulama besar yang bernama Muhammad Natsir yang lahir di Alahan Panjang,
Lembah Gumanti, Solok, Sumatera
Barat, 17
Juli 1908 dan meninggal di Jakarta, 6
Februari 1993 pada umur 84 tahun).??
Saya.
Iya, saya memang tidak
mengenal terlalu jauh tentang Natsir bahkan hanya pernah sesekali mendengar
namanya ketika belajar sejarah dan pahlawan-pahlawan islam, tapi tidak ada yang
istimewa saat itu, hanya tahu nama dan tidak tahu seperti apa kepribadiannya,
maka tidak menjadikan saya termasuk orang yang kagum pada beliu.
Kemudian pernah pula
beberapa kali baca artikel seseorang tentang Natsir, dalam artikel itu si
penulis menjelaskan sosok Natsir yang membuatnya kagum, saya baca sampai dua
kali artikel itu tapi entahlah rasanya tidak terlalu istimewa, yah diluar itu
saya tetap apresiatif pada orang-orang hebat tapi tidak mutlak saya
mengaguminya.
Sampailah pada malam itu,
kuliah malam seperti biasa, dengan tema kebangkitan umat islam. Malam itu,
dosen saya menjelaskan tentang orang-orang islam di indonesia yang patut untuk
dicontoh karena idealisme dan keteguhan
mereka mempertahankan islam sebagai dasar hidup di tengah negara yang
penuh kemunafikan (mencontek bahasanya soe hok gie). Perlunya kita berkaca pada
orang-orang yang tawadhu’, sederhana, tapi kuat memegang ideologi islam dalam
hidup.
Orang islam di indonesia
banyak, orang islam yang masuk dalam pemerintahan juga banyak, orang islam yang
imannya kuat tidak kalah juga lumayan banyaklah, walaupun saat ini saya
meragukannya. Tapi, orang islam yang masuk dalam pemerintahan, yang hidup
ditengah-tengah kemunafikan dan kecurangan, yang bisa mempertahankan keimanan,
itu yang langka. Dan Muhammad Natsir lah salah satu orang yang masuk dalam
kategori ini, dan itu pula salah satu alasan kenapa sekarang, saya
mengaguminya... hehe.
Ayah
Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan
kakeknya seorang ulama. Natsir merupakan pemangku adat untuk kaumnya yang
berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro Panjang.
Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin
oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk
sekolah di MULO, Di MULO Natsir belajar bermain biola. Ia juga aktif di
kepanduan organisasi Pemuda Islam, Jong Islamiten Bond. Saat di MULO itulah Natsir untuk pertama kalinya duduk berdampingan dengan
murid-murid Belanda, sebuah kebanggan baginya karena dahulu, ada mimpi yang tak
sampai ia capai, ia ingin sekolah di Holland Inlander School (HIS) Padang,
Itulah sekolah dambaan M. Natsir sejak kecil. Tapi pemerintah Belanda hanya
menerima anak pegawai negeri dan anak saudagar kaya. Sedangkan Natsir bukan
termasuk golongan kaya, sehingga dia ditolak di sekolah tersebut.
Ini hanya sebagian kecil
sejarah hidupnya, dan jemariku tak sanggup menuliskan semuanya hanya dalam
beberapa halaman saja, maka saya hanya ingin sedikit berbagi beberapa tetes
kecil yang saya tahu.
Ketika saya membaca capita
selecta, sebuah karya yang menampung tulisan, dan pidato-pidato beliu dalam
sebuah buku, tapi Saya belum sempat mencari buku aslinya, maka saya sempatkan
untuk mencari pdf bukunya. Ada yang menarik dari tulisan beliu yang berkaitan
dengan pendidikan, khususnya pendidikan anak. Dalam Capita Selecta Jilid I
hal 57-60, beliu mengatakan :
“Madju
atau mundurnja salah satu kaum bergantung sebagian
besar
kepada peladjaran dan pendidikan jang berlaku dalam kalang-
an mereka
itu”.
Tepat sekali apa yang Natsir
katakan, maju mundurnya suatu kaum/negara tergantung pada pendidikan dan
pelajaran yang berlaku di negara tersebut, jika kita sekarang melihat
indonesia, sebuah negara yang dengan segala kelebihannya tapi lebih banyak
kekurangannya ini dikatakan sebagai negara yang sudah bobrok, korupsi
dimana-mana, bahkan semakin jelas dan terang, dan kriminalitas, perzinahan,
mabuk-mabukan, narkoba sudah menjadi tontonan, lalu apa lagi yang bisa
dibanggakan? Dan apa yang harus kita lakukan?.
Belajar. Belajarlah dengan
baik, perbaiki pendidikan yang ada, ajarkan anak-anak kita kelak pendidikan
beragama, pendidikan akidah, pendidikan akhlak, pendidikan ilmu pengetahuan,
yang semuanya berada dalam satu otoritas, yaitu pendidikan berbasis islam.
“Tak
ada satu bangsa jang terkebelakang mendjadi madju, me-
lainkan
sesudahnja mengadakan dan
memperbaiki didikan anak2 dan
pemuda2 mereka. Bangsa Djepang, satu bangsa Timur
jang sekarang
djadi
buah mulut orang seluruh dunia lantaran madjunja, masih akan
terus
tinggal dalam kegelapan sekiranja mereka tidak mengatur
pendidikan
bangsa mereka; kalau sekiranja mereka tidak membuka-
kan
pintu negerinja jang selama ini tertutup rapat, untuk orang2
pintar
dan ahli2 ilmu negeri lain jang akan
memberi didikan dan ilmu
pengetauan
kepada pemuda2 mereka disamping mengirim
pemuda2-
nja
keluar negeri mentjari ilmu dan pendidikan”.
Maka
kuncinya saat ini ada pada kita, sebagai generasi muda penerus bangsa,
belajarlah dengan baik, dan ajarkan anak-anak kita kelak pendidikan dan
pelajaran yang baik, sesuai ajaran islam. Tidak perlu mahal-mahal bayar les
private matematika, IPA, Bahasa inggris, piano, balet, gitar, drum, latihan
vocal, tapi cukup kita ajarkan setiap shubuh, maghrib belajar membaca al Qur’an
dengan baik, ajarkan dan tanamkan pada mereka akhlak yang baik, berbuat baik.
Berikan contoh yang baik sebagai ibu dan bapak yang baik, maka ia akan terlahir
menjadi generasi yang baik dan bisa memperbaiki negara indonesia.
Konsep
ini sesuai pula dengan nasehat Lukman al Hakim pada anaknya yang tercantum
dalam surat Lukman ayat 12-18.
Fighting...
JJ
Wallahu
a’lam bi showab