Ramadhan,..
Sudah 23 kali aku bertemu
denganmu, tapi naas sungguh imanku masih belum juga bertambah baik, akhlakku
masih begini begini saja, masih suka sekali membicarakan aib orang, masih suka
menunda-nunda sholat, masih malas berbuat baik, dan masih masih yang lain..
Ramadhan,..
Iyah, sudah 23 kali aku
bertemu denganmu, dan di hampir setiap pertemuan itu lagi-lagi aku selalu jauh
dari orang-orang yang kusayang, jauh dari keluarga, jauh dari kerabat, dan
menjelang waktu pertemuan seperti hari-hari ini selalu membuatku teringat akan
seseorang, selalu, setiap kali kita bertemu, aku kembali mengingat dia,
seseorang yang tak pernah habis cintaku untuknya, seseorang yang hanya menemani
ramadhanku 9 tahun saja, selepasnya ia membiarkanku bertemu denganmu dengan
kesendirian.
Tahun lalu, aku berdo’a di
ramadhan berikutnya aku berharap akan ada seseorang yang menggantikan dia,
menemani pertemuan ramadhanku dengan manis dan bahagia, dan lagi, ramadhan yang
kudo’akan di tahun lalu sudah tiba, bukan hanya tidak ada seseorang yang
menemani dengan bahagia, juga tidak bersama ibu yang selalu siap sedia dengan
hidangan makanan apapun saat berbuka, yang akan kuciumi tangan dan pipinya saat
lebaran nanti, juga tak bersama adik laki-lakiku yang memang tak pernah bertemu
bertahun-tahun, dan juga tak bersama si kecil hikmah, yang rentan sakit dan
sangat lemah, tapi sungguh aku sayang sekali pada mereka.
Ramadhan,..
Untuk pertama kalinya dalam
hidupku, pertemuan kita kulalui di negri orang, sebuah tempat pengasingan,
dimana aku merasa menjadi minoritas, orang-orang sepertiku yang akan bertemu
denganmu cukup kesulitan, aku tak tahu bagaimana hari-hari bersamamu akan
kulalui, tapi aku berharap bisa melewatinya dengan baik, dengan imanku yang
menjadi baik, dengan akhlakku yang juga menjadi baik.
Ramadhan...
Aku rindu dia, rindu
seseorang yang kupanggil abi, rindu ibu, rindu adik-adikku, rindu cerewetnya
nenekku, rindu baiknya kakekku membangunku sahur, ah betapa sulit ternyata
menghadapi pertemuan denganmu dengan tumpukan kerinduan yang harus kulebur dan
kubenamkan dalam-dalam.
Sebab itulah, aku selalu
berharap di tahun-tahun berikutnya pertemuanku denganmu tak lagi kurasa
sendirian, mungkin dengan seseorang yang saat bangun kulihat wajahnya di
sampingku, entah aku yang terlebih dulu bangun, lalu menyiapkan sahur, atau dia
yang bangun lebih dulu lalu membangunkanku. Aku hanya berharap tidak merasai
ramadhan sendirian, sudah cukuplah bertahun-tahun usia mudaku kuhabiskan dengan
jauh dari banyak orang terkasih, yang bisa saling mengingatkan kebaikan, dan
berlomba-lomba menjadi paling baik.
Iyah, hanya itu harapanku...
Ramadhan, bantu aku melewati
pertemuan denganmu dengan cara baik, dan hasilnya pun jauh lebih baik, aku malu
sungguh pada Tuhan yang sudah terlalu baik padaku...
Mari berfastabiqul khairat
jadi insan yang lebih baik, Amin..
26 Juni 2014
Pakpayoon, Pathalung.